15. Nyungsep

5.1K 221 1
                                    


~Teman, akan ada saatnya kita berpisah untuk meraih kesuksesan.~

🍂

Weekend,, hari paling indah bagi remaja. Hari paling nikmat untuk ber santai-santai tidur sampai siang.

Berbeda dengan keempat lelaki tampan itu. Pagi pagi buta, mereka datang ke rumah Tenggara.

Saat ini mereka tengah bermain sepeda onthel, berkeliling komplek.

Tenggara berboncengan dengan Gema, sedangkan Regan berboncengan dengan Genta. Oh iya, Tenggara dan Gema sudah baikan, setelah penjelasan kemarin, mereka sudah akur kembali.

"Cepetan anjeng! Noh si Genta udah jauh." perintah Gema seraya menepuk kepala Tenggara berulang kali.

Tenggara meringis kesakitan. "Shh sakit bangke, berani lo sama gue?"

"Hehe enggak, Bos. Makanya cepetan."

"Iya-iya." Tenggara mempercepat kayuhan nya. Mereka semakin dekat dengan Regan dan Genta.

"Eh eh, kok oleng njing." Panik Gema karena sepeda nya bergoyang-goyang.

"Bangsat, jangan gerak-gerak. Ntar nyungsep." sentak Tenggara karena Gema banyak bergerak.

"Eh eh eh." Bukannya memelankan sepedanya, Tenggara malah semakin memperkuat kayuhan nya.

Regan dan Genta yang mendengar suara ribut di belakangnya, menghentikan sepedanya dan menoleh ke belakang.

Betapa terkejutnya mereka berdua, melihat sepeda Tenggara mendekat kearahnya dengan kecepatan kencang.

Hendak menyingkir, namun sepeda Tenggara sudah menabraknya terlebih dahulu.

Brak

"Arghhh, anu gue kejepit."

"Bangsat, gue kelindes asu."

"Jancuk, buta lo!"

Ringisan serta umpatan umpatan kasar keluar dari bibir masing-masing.

"Argh, shit!" Tenggara masih mengerang kesakitan. Tangannya memegangi selangkangannya yang baru saja bertabrakan dengan stang.

"Lo kalo nyetir yang bener njing. Jadi nabrak 'kan, picek mata lo?!" sentak Regan seraya mengusap bokongnya yang bertubrukan dengan aspal cukup keras.

"Shit, Gema banyak gerak."

"Jadi lo nyalahin gue?!" pekik Gema tidak terima disalahkan.

"Kalo lo nggak gerak-gerak, nggak bakalan nyungsep."

Gema menghela napasnya, mengalah. "Genta mana woy?"

"Lah iya?"

"Woy, tolongin gue napa sat!" teriak Genta dari dalam got.

Tenggara, Gema dan Regan langsung mendekati arah suara. Gelak tawa terdengar begitu keras, Gema menjatuhkan tubuhnya begitu saja karena tidak kuat menahan tawa melihat Genta yang berada di dalam got dengan keadaan mengenaskan, tubuhnya sudah berlumuran dengan air got.

"Asu, buruan bantuin gue, jangan ketawa."

Mereka bertiga masih tertawa sampai cekikikan. Bahkan Gema tertawa sampai tidak terdengar suaranya.

"Anjir ngakak. Lo kenapa jadi gembel gini sat." Masih dengan tawa yang belum mereda, Regan mengulurkan tangannya kearah Genta. Genta langsung menerima dan naik ke atas.

"Bangsat bau banget, setan." Genta menggeram menahan kesal. Kedua matanya berkaca-kaca akan menangis. Bukan karena sakit, tapi karena malunya. Untung saja tempatnya sepi, tidak ada orang yang lewat.

TENGGARA [END]Where stories live. Discover now