49. Happy or sad?

2.5K 134 7
                                    


~Suatu hari, kita akan berdiri di titik paling terang dan menjalani kehidupan yang kita inginkan.~

🍂

Tenggara membelokkan mobilnya  memasuki gerbang rumah.

Keningnya mengernyit heran melihat ada motor sahabatnya terparkir di depan rumah.

Dia keluar dari mobil. Suara dering telepon membuat dia segera membuka ponselnya.

Panggilan masuk dari Regan.

"SEANA!"

Teriakan itu membuat Tenggara mengalihkan perhatiannya. Mendengar nama Seana, Tenggara langsung berlari memasuki rumah.

Tenggara berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Jantungnya berpacu dengan cepat melihat Seana pingsan.

"Sea? Kenapa bisa?" Tenggara bertanya dengan raut khawatir.

Dia membopong tubuh mungil Seana menuju rumah sakit.

"Tolong hp Sea!" Violetta mengambil tas selempang milik Seana dan segera menyusul ke rumah sakit.

🍂

Tenggara berjalan mondar-mandir di depan ruangan UGD. Raut penuh kekhawatiran tergambar jelas di wajah tampannya.

"Sebenarnya Seana kenapa?"

"Tadi Sea maksain buat inget semuanya. Kita udah berusaha cegah tapi dia nggak mau dengerin." Violetta menjelaskan seraya terisak di pelukan Regan. Regan senantiasa mengelus bahu Violetta, mencoba memberi ketenangan pada gadisnya.

Hati Tenggara berdenyut nyeri mendengar penjelasan Violetta. 

"Sorry, Gar. Gue nggak bisa cegah Sea buat nggak ke rumah lo. Dia maksa banget ngancem nggak mau minum obat." Ucap Raden meminta maaf.

Tenggara mengacak rambutnya frustasi. Tubuhnya merosot ke lantai dingin rumah sakit.

Mata emerald nya menatap kosong ke depan. "Kenapa lo lakuin ini, Se? Ini bakalan nyiksa lo. Gue nggak papa lo nggak inget siapa gue, asal lo nggak ngerasain sakit kayak gini." Batinnya.

Tenggara menundukkan kepalanya, menangis tanpa suara. Namun, semua orang yang di sana tau bahwa lelaki itu tengah menangis. Terbukti dari bahu Tenggara yang bergetar hebat menahan isakan.

Genta mendekati Tenggara dan menepuk bahu lelaki itu. "Gar, lo yang tenang. Kita disini ada buat lo. Gue yakin Seana baik-baik aja."

"Kita berdoa aja." Sahut Esther memberi penguat.

Tenggara berdiri dari duduknya. "Gue pergi dulu."

"Lo mau kemana?" Tanya Gema menahan langkah Tenggara, perasaannya tiba-tiba tidak enak.

Tenggara tidak menjawab. "Gue titip Sea, kalo ada apa-apa kabarin gue."

"Lo mau kemana?" Gema mengulangi pertanyaannya.

"Gar? Woy!"

Gara tidak menghiraukan teriakan itu. Dia berjalan menjauh dari sana. Yang dibutuhkan saat ini adalah pelampiasan untuk menenangkan hati dan pikirannya yang sedang kalut.

"Kenapa tiba-tiba perasan gue nggak enak?" Gumam Gema namun masih bisa didengar.

🍂

"Argghhh." Tenggara memukul dinding rooftop guna melampiaskan emosinya.

Ya, lelaki itu saat ini tengah berada di rooftop apartemen milik Papanya.

TENGGARA [END]Where stories live. Discover now