9. Ngerjain tugas

6.2K 286 3
                                    


~Pada akhirnya, orang yang akan memahami mu adalah dirimu sendiri.~

🍂

"Susah banget sih, aelah!" gerutu Seana karena sedari tadi membolak-balik buku paket tapi jawabannya tidak ketemu. Saat ini dia sedang mengerjakan PR.

"Ke rumah Kak Gara aja kali, siapa tau bisa dikerjain bareng." Seana bangkit dari meja belajar dan berjalan keluar dari kamar.
Seana berjalan menuruni tangga dengan beberapa buku di dekapannya.

"Eh, Kak Gara di rumah apa di Apartemen, ya?" Seana menghentikan langkahnya.

"Alah, ke rumahnya dulu aja. Nanti kalo nggak ada baru ke apartemen."

Seana berjalan santai menuju rumah Tenggara.

🍂

'Tok tok tok'

"Assalamualaikum." ucap Seana setelah mengetuk pintu rumah Tenggara.

Tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan wanita cantik berusia sekitar 40 tahunan.

"Waalaikumsalam, iya siapa?" tanya perempuan paruh baya yang Seana yakini bahwa dia Ibunya Tenggara.

"Saya Seana Tante, Kak Gara nya ada? Mau minta diajarin tugas, tadi udah nyoba bolak-balik buku paket tapi nggak nemu juga jawabannya." keluh Seana dengan wajah cemberut. Membuat wanita itu tersenyum.

"Kenalin, Tante Zara, Mamanya Gara. Tapi Gara nggak ada di rumah, lagi di apartemen."

"Yah gitu ya, Tante?" tanya Seana dengan polos.

"Iya, Kalau mau ke apartemennya, Tante kasih alamatnya, Mau?"

Seana menggeleng pelan  "Hehe nggak usah, Tante. Seana udah tau apartemennya Kak Gara, soalnya udah pernah ke sana."

"Yaudah kalo gitu, Sea pulang dulu, ya. Mau ambil motor hehe."

"Tante boleh nitip nggak?"

Seana mengangguk. "Boleh, Tante. Boleh banget."

"Yaudah tunggu sebentar, ya. Kamu duduk disini dulu." Mama Tenggara berlari ke dalam rumah. Seana duduk di kursi depan rumah.

Selang beberapa menit, Mama Tenggara datang dengan paperbag ditangannya

"Rumah kamu dimana?" tanya Zara penasaran.

"Deket kok, Tante." Zara mengangguk paham.

"Kasih ke Gara ya, sekalian buat kamu." Zara menyodorkan paperbag berisi brownis.

Seana segera menerimanya. "Iya Tante, Seana pamit dulu." Seana menyalami tangan Zara kemudian berjalan pulang.

Sampai di rumah, Seana mengeluarkan motor Scoopy merahnya, menaruh bukunya di dalam jok motor. Tak lupa paperbag tadi ia gantungkan di depan.

Kemudian menjalankan motornya menuju apartemen Tenggara.

🍂

"Kak Gara, yuhuuu." teriak Seana setelah sampai di depan pintu. Tangannya berulangkali menekan bel.

Ceklek

Pintu dibuka menampilkan Tenggara hanya memakai celana pendek dan kaos hitam oblong.

"Ngapain?" tanya Tenggara dengan heran.

"Kak, bantuin ngerjain tugas gue, ya. Gue belum, please." rengeknya membuat Tenggara mendengus.

"Masuk!" Seana berjalan masuk ke dalam apartemen Tenggara.

Mereka duduk di meja panjang di dekat jendela, sehingga pemandangan kota malam terlihat. Mereka berdua mulai mengerjakan tugas.

"Oh iya, ini dari Tante Zara." Seana membuka paperbag itu dan mengambil brownis coklat di dalam kotak tupperware.

Mata Tenggara berbinar melihat itu. Dengan cepat mengambil brownis itu tapi Seana sudah lebih dulu menjauhkan.

"Kata Tante Zara, buat berdua!" Seana menekankan kalimat terakhirnya.

Tenggara berdecak. "Iya-iya, buka!"

Seana membuka tupperware itu dan memakan potongan brownis coklat. Begitu juga dengan Tenggara.

"Enak banget!" pekik Seana senang saat lidahnya merasakan enaknya brownis buatan Mama Tenggara.

"Hm. Ambil minum, cepet!"

Seana mendengus. "Iya-iya, nyuruh mulu perasaan."

"Babu." Seana mendelik kesal namun berjalan menuju dapur.

Tak berselang lama, Seana kembali dengan nampan berisi dua minuman dan beberapa cemilan.

"Minum, bukan cemilan." cibir Tenggara.

"Pelit banget sih jadi orang. Minta dikit juga. Tau nggak? Pelit tuh kuburannya sempit." Seana mencibir balik.

"Terserah." Tenggara memilih mengalah.

Mereka berdua memakan cemilan. Beruntung tugasnya sudah selesai.

"Se?"

"Apa, Kak." Seana menoleh ke arah Tenggara.

Dengan jahil, Tenggara menunjuk bibirnya.

"Dasar mesum!" pekik Seana seraya memukuli bahu Tenggara.

"Shh, sakit woy!"

"Kak Gara mesum banget."

"Bercanda njir." Seana berhenti memukuli Tenggara. Napasnya tidak beraturan karena capek.

"Kak Gara. Anterin gue pulang, ya!"

"Tadi kesini sendiri."

"Gue takut, ayolah anterin, ini udah malam loh." pinta Seana dengan muka melasnya.

"Ck, iya." Tenggara meraih jaket kebanggaannya kemudian memakainya.

Mereka berjalan keluar apartemen. Sampai di parkiran Seana mengendarai motor Scoopy sedangkan Tenggara memakai motor Sport. Tenggara menjalankan motornya di belakang Seana.

"Thanks, Kak." ucap Seana setelah sampai di depan rumahnya.

"Lo naik motor kayak siput, gue di belakang lo mau oleng lo jalannya lama." keluh Tenggara seraya mencak-mencak.

Seana mendelik tak terima disamain dengan siput. "Heh, gue tadi udah ngebut, ya."

"Serah, masuk sana. Besok gue jemput. Gak ada bantahan." ucapnya yang di angguki Seana.

"Iya, Kak. Makasih udah di anterin."

"Hm, masuk sana. Besok gue jemput."

Setelah Seana masuk ke dalam rumah, Tenggara menjalankan motornya kembali ke apartemen karena sudah jam sepuluh malam.

°°°

TENGGARA [END]Where stories live. Discover now