❄02

28.4K 2.2K 77
                                    

Cahaya matahari berhasil menyusup di sela tirai jendela hingga berhasil membangunkan seseorang yang seperti silau.

Bara mengerjap beberapa kali kemudian meregangkan tangan. Netranya lalu melirik seseorang yang semalaman ia buat menangis sepanjang malam, namun sayang. Eksistensi Valina tidak ada.

Suara gemircik air dari kamar mandi mengambil atensi Bara. Memungut satu persatu pakaianya lalu mengenakannya, Bara menghampiri pintu kamar mandi.

"Valina, jangan terlalu lama di dalam. Kamu bisa kedinginan." katanya tak mendapat sahutan selain kesunyian. Entah mengapa Bara mendapat firasat untuk membuka pintu itu.

Segera ia lakukan dan pemandangan mengejutkan menyambut Bara.

"VALINA!" Bara mendekati Valina cepat apalagi melihat banyaknya darah bercecer di lantai.

"Valina, hei. Bangun, ya. Maafin aku, tapi jangan tinggalin aku. Sayang, hei bangun." Bara menepuk pipi pucat Valina yang sayangnya tidak mendapat respon balik.

Bara menggelengkan kepalanya, menolak menerima bahwa Valina meninggalkannya.

"Kita ke rumah sakit, ya. Kamu pasti kesakitan." bisik Bara kemudian menggendong tubuh telanjang Valina keluar.

❄❄❄


Seorang gadis terlihat linglung menatap sekitarnya. Bagaimana tidak, saat membuka mata dirinya malah mendapati tubuhnya berbaring di atas rerumputan.

Bertambah bingung ketika mendapati dirinya memakai seragam yang asing di matanya.

"Ini kok gue di sini? Bukannya gue bunuh diri di apartemen Bara?" seseorang yang tak lain Valina itu terus bertanya-tanya.

Kringg!!

Bunyi bel khas sekolah itu menyentak Valina dari kebingungannya. Mengaruk wajahnya, Valina akhirnya bangkit kemudian mengedarkan pandangan sekitar.

Mengikuti nalurinya, Valina meninggalkan tempat tersebut.

"Hadoih, gue di mana sih ini? Masa Bara buang gue ke sini." gerutunya mengamati sekitarnya. Terlihat murid berseragam sama dengannya keluar dari kelas masing-masing.

Valina menyugar rambutnya frustasi, sebentar kemudian gerakannya terhenti begitu menyadari sesuatu.

"Kok rambut gue pendek gini!" pekiknya meraba-raba rambutnya. Satu lagi, Valina baru sadar dia memakai celana hitam berbanding terbalik dengan gadis-gadis yang keluar mengenakan rok.

"Ala!" seruan seseorang membuat kepala Valina refleks menoleh. Keningnya menyerngit saat gadis asing itu merangkul bahunya akrab.

"Huh! Lo bolos ternyata. Eh, lo dicari noh bestie-bestie lo." ocehnya yang segera membuat Valina membungkam mulut cerewetnya.

"Lo siapa? Ini gue di mana? Terus kok rambut gue pendek? Lo pake rok, terus kenapa gue pake celana panjang gini?" pertanyaan beruntun menjadikan gadis rambut sebahu itu melongo mendengarnya.

"Heh, lo baru bangun Bambang? Ya gimana kagak pake celana, lo kan lagi jadi lakik, Ala."

Atas ungkapan itu, Valina memekik kaget menyebabkan gadis yang tak Valina ketahui namanya itu juga ikut memekik.

"Apa! Mana ada. Gue ori cewek, ya! Dan siapa lagi itu Ala? Gue Valina." sungutnya berkacak pinggang tak lupa dengan kedua mata melotot horor.

"Duh, kagak bener ini. Lo kenapa sih? Kan nama lo Alunada Geyzer? Suerr, gue kagak mau becanda deh. Noh loh dicariin. Oh ya, katanya bentar ada artis yang bakalan datang. Terus terus, hmmm—"

TRAP!Место, где живут истории. Откройте их для себя