Luna terjingkat, ia segera berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela, ia membuka tirai dan melihat seorang ojol sedang menunggu di depan komplek rumahnya.

"Saya di dalem, Pak. Tunggu sebentar." Jawab Luna singkat. Ia lalu membuka pintu dan mengambil makanan yang ditujukan kepadanya.

Sebenarnya Luna sendiri tidak memesan makanan secara online, tapi entah mengapa saat tukang ojol itu menyebut namanya, secara naluriah ia langsung menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih lanjut lagi. Untungnya setelah mengonfirmasi tentang kebenaran alamat dan pemilik nama, makanan itu memang benar di tujukan kepadanya.

Luna membuka ponselnya dan memeriksa pesan yang belum sempat ia baca.

Dari Joano

Pasti lo belom makan. Cepet makan, habisin!

Luna mengulum senyum. Ia kemudian membuka box pizza yang ada di hadapannya, menyantap dengan nikmat makanan favoritnya tersebut.

Di tengah kegembiraan akan santapan makan siangnya itu, Bel rumah Luna berbunyi. Gadis itu terdiam sejenak, mengira-ngira tentang siapa yang berkunjung ke rumahnya siang bolong seperti ini. Biasanya hanya Joano yang datang, itu juga ia langsung membuka pintu sendiri atau teriak super kencang.
Luna beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu rumahnya.

"Taraaaa~"

Bianca berteriak cukup keras setelah Luna menampakkan wajahnya.

"Lo kok bisa nyampe sini." Tanya Luna heran.

Karena mempunyai orang tua yang mengekang, Bianca hampir tidak pernah bermain setelah pulang sekolah, bahkan saat ingin bermain ke rumah Luna pun ia tidak berani meminta ijin pada Ibunya. Selama tiga tahun, Ibunya hanya mengijinkan Bianca pergi ke beberapa tempat yang memang sudah dapat dipercaya kejelasannya. Misalkan, acara kemah dari sekolah dan tur wisata.

Adapun satu-satunya acara yang tidak berkaitan dengan kegiatan sekolah adalah saat acara ulang tahun di rumah Bella. Itupun karena salah satu orang tua Bella merupakan teman masa kecil dari Ibunya Bianca dan ada pengawasan dari saudara dekatnya Bianca. Alasan Bianca dikekang oleh orang tuanya adalah karena takut dengan pergaulan anak muda zaman sekarang. Karena itu kedatangan Bianca ke rumah Bella adalah kesempatan langka yang tidak datang dua kali.

"Nyokap gue ada rapat mendadak, katanya pulang agak maleman." Ungkap Bianca sambil menyungging senyum di bibirnya. "Gue telepon Daniel buat anterin gue ke sini."

Saat Luna baru menyadari keberadaan Daniel yang sedari tadi berdiri di samping Bianca.

"Nggak disuruh masuk nih?" Tanya Bianca membuyarkan lamunan Luna.

Sepertinya Luna ikut takut jika tiba-tiba orang tua Bianca datang ke rumahnya karena anak mereka pergi bermain tanpa izin.

"Masuk, masuk, masuk." Kata Luna sambil memberi jalan pada Bianca dan Daniel untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Wih, enak nih kayaknya." Bianca langsung berseru begitu melihat pizza yang ada di atas meja ruang tamu. Tanpa basa-basi lagi, gadis itu mengambil satu potong pizza tersebut dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Makan gih. Gue lagi makan, eh kalian tiba-tiba dateng." Ucap Luna lantas pergi ke dapur, mengambil beberapa botol minuman kemasan lalu menaruhnya ke atas meja ruang tamu. "Makan aja Daniel. Tadi Joano beliinnya banyak kok."

Daniel mengurungkan keinginannya untuk mengambil sepotong pizza setelah nama Joano disebut. Untungnya Luna tidak menyadari, jadi ia tidak perlu canggung karena alasan konyolnya. Daniel memilih membuka botol minuman yang telah Luna sediakan.

"Pakai ojol?" Tanya Bianca setengah tidak jelas karena mulutnya dipenuhi oleh makanan.

"Iya." Jawab Luna singkat.

"Sempet-sempetnya dia, udah kayak bapak lo aja." Lanjut Bianca.

Luna hanya meringis menanggapi perkataan Bianca. Jika boleh jujur, Luna merasa bahwa kebaikan Joano bahkan tidak bisa disandingkan dengan Ayahnya sendiri. Luna cepat-cepat mengalihkan topik pembicaraan, ia tidak ingin lama-lama membahas tentang sesuatu yang mengingatkan Ayahnya.

Obrolan ketiganya berjalan dengan seru, saling tertawa dan bercanda satu sama lain hingga sore menjelang. Setelah itu, mereka pergi ke tempat angkringan pinggir jalan untuk menyantap makan malam. Selagi menunggu pesanan, ketiganya melanjutkan obrolan yang belum selesai.

"Bi, kayaknya lo harus pulang deh." Luna tiba-tiba menyela omongan mereka sambil menatap satu arah dengan senyum canggung.

Bianca dan Daniel menoleh ke arah ke belakang dan mendapati Ibu Bianca tengah berada di dalam mobil sembari menatap tajam ke arah mereka.
Bianca mengerucutkan bibirnya. Raut wajahnya terlihat masam. "Gue cabut dulu, ya."

Tanpa menunggu persetujuan dari teman-temannya, Bianca langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Ibunya. Dan, tanpa sepatah kata lagi, Bianca bersama Ibunya pergi dari tempat itu.

Beberapa detik setelahnya, makanan yang mereka pesan datang. Luna dan Daniel menyantap makan malam dengan obrolan yang lebih tenang, tidak seheboh saat Bianca masih bergabung.

"Lo udah mau pulang apa masih mau nyari makanan penutup lagi Lun?" Tanya Daniel sembari memasang helm di kepalanya.

"Boleh, kalau mau nyari makan penutup. Mau kemana?"

"Kemana ya, lihat nanti aja." Tukas Daniel sambil menyalakan mesin motornya.

Ponsel Luna berbunyi, satu pesan dari Bianca.

Gue nggak papa, tapi nyokap ngediemin gue. Nggak usah khawatir besok juga udah baikkan.

Luna menghela napas kasar. "Kata Bianca nggak usah khawatir." Lapor Luna pada Daniel.

"Yaudah kalau gitu nggak usah khawatir, pakai helmya, kita jalan."

Luna tersenyum melihat reaksi santai Daniel. Gadis itu mengenakan helmnya kemudian naik ke atas motor lelaki itu.

"Habis nyari makanan penutup, mau ke tempat yang seru nggak Lun?" Seru Joano sembari terus mengemudian sepeda motornya.

"Boleh. Gue juga lagi pengen jalan nih." Jawab Luna cepat.

Setelah bersosialisasi dengan orang dalam jangka waktu yang lumayan lama, sebenarnya Luna sudah mulai lelah dan ingin pulang ke rumah. Namun, saat mengingat semua yang terjadi pada keluarganya, sepertinya pergi ke suatu tempat yang belum pernah ia kunjung tidak terlalu buruk. Luna ingin menghirup udara segar dan suasana baru, karena itu ia langsung mengiakan ajakan Daniel.

***

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now