Part 42

47 5 0
                                    

Keesokannya.

Joano baru saja menghentikan skuternya di parkiran sekolah, tapi Bianca sudah setia menunggu di tempat itu. Tentu saja bukan Joano yang Bianca tunggu, melainkan orang yang ada di belakang lelaki itu. Luna.

"Buset, pagi amat lo datangnya." Ucap Joano sambil melepas helmnya.

"Biasa, nyokap berangkat pagi buta." Jawab Bianca.

"Trus lo ngapain berdiri di sini?" Luna ikut nimbrung sembari menyodorkan helm yang selesai ia gunakan kepada Joano.

Bianca tersenyum ceria. "Jam pertama dan kedua kosong, jadi gue mau ngajakin lo ke perpus. Tahu nggak sih kemarin katanya ada stok novel terbaru."

"Serius?" Luna ikut tersenyum semringah.

"Iya, ayok. Tasnya titipin Joano aja." Bujuk Bianca.

Luna setuju, tanpa menunggu persetujuan Joano, ia langsung menyerahkan tasnya pada lelaki itu.

Bianca langsung menggandeng lengan Luna dan mengajaknya pergi. Seketika keberadaan Joano di sana terlupakan.
Meski begitu, Joano hanya menggelengkan kepalanya sambil menggerutu. "Dasar para pecinta cowok fiksi."

Di perpustakaan, Luna dan Bianca duduk tenang sambil membaca novel terbaru yang sedari tadi mereka bicarakan.

Kondisi perpustakaan sangat sepi, hanya ada mereka berdua dan penjaga perpustakaan. Mungkin karena masih pagi makanya murid yang lainnya belum berminat untuk pergi ke sana.

Sepuluh menit berlalu, penjaga perpustakaan sudah pergi entah kemana. Di sana hanya menyisakan Luna dan Bianca.

Luna menutup bukunya lalu menoleh ke arah Bianca. "Bi, gue mau cerita sama lo."

"Iya." Bianca langsung memperbaiki posisinya menghadap ke arah Luna.
Sepertinya cukup serius, meski bukan yang paling serius Bianca tetap antusias mendengar gadis itu bercerita. Jarang-jarang kan Luna mau bercerita meskipun mereka cukup dekat.

"Sebenernya, Daniel udah pernah bilang ke gue kalau dia suka sama gue."

Mata Bianca membulat sempurna. Antusias.

"Serius? Trus gimana?"

"Gue nggak bisa."

Antusias Bianca berkurang. "Kenapa? Lo bener-bener anggep dia cuma teman, ya?"

"Iya. Gue seneng banget punya temen kayak Daniel. Tapi gue nggak bisa kalau lebih dari itu." Jelas Luna.

Bianca mengangguk paham. "Sejak lo berantem sama Joano masalah Daniel, gue nggak berani buat godain kalian, takut kalau Joano marah lagi. Lagian kenapa sih Joano seenggak suka itu sama Daniel. Mereka punya masalah?"

Luna menggedikkan bahu. "Nggak tahu."

Sebenarnya Luna juga penasaran mengapa Joano sangat tidak menyukai Daniel. Apakah hanya karena itu? Perkataan yang mungkin Joano sendiri salah mendengarnya. Entahlah. Yang pasti ia hanya menganggap Daniel sebagai temannya dan menganggap bahwa mungkin Joano salah sangka pada lelaki itu.

"Lun."

"Iya."

Kali ini Bianca yang nampak ragu saat ingin mengatakan sesuatu. "Lo pernah kepikiran nggak kalau sebenernya mungkin orang yang lo suka itu, Joano."

Luna terdiam sejenak kemudian tertawa kaku sambil mengibaskan kedua telapak tangannya. "Lo bicara apa si, Bi."

Bianca meringis. "Bukannya kenapa-kenapa, tapi biasanya cewek sama cowok itu nggak bisa sepenuhnya berteman."

"Mana ada. Lo kan juga berteman sama Joano. Sama kayak gue juga gitu." Sanggah Luna cepat.

"Gue serius, Lun. Pertemanan lo sama Joano itu beda. Nggak kayak gue sama Joano. Coba deh lo pikirin bener-bener lo suka nggak sama Joano? Kalau seandainya Joano pacaran sama Bella atau cewek lainnya, lo gimana?"

Sunda Manda [COMPLETED]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα