Part 7

86 4 0
                                    

Helen dan Vania kembali mendatangi Kepas keesokan harinya, Keduanya memasuki kafe itu lalu duduk di dekat jendela. Setelah Vania memesan, wanita yang sebaya dengan Helen itu lantas melangkahkan kakinya ke keluar ruangan melalui pintu samping dan melihat berbagai macam ikan hias yang terpampang rapi beserta kolamnya di sana. Sementara itu, Helen masih sibuk dengan laptop di tempatnya.

Setelah beberapa saat, Vania kembali masuk ke dalam kafe itu lalu duduk di bangkunya, berseberangan dengan Helen.

"Sebenernya gue males, sih, dateng kesini lagi, tapi ya gimana? Kopi dan suasananya enak." Bisik Vania sambil menopang dagunya.

"Hush, gimana kalo dia denger." Kata Helen memberi peringatan.

"Makanya gue bisik-bisik." Vania semakin menurunkan nada bicaranya agar tidak ada yang mendengar ucapannya. "Bosnya rada-rada."

Helen hanya tertawa menanggapi perkataan Vania.

"Hel, masalah kemarin gimana?"

Kedua alis Helen tertaut mendengar pertanyaan Vania. Saat itu juga pelayan datang membawa pesanan mereka, satu Caramel Macciato, satu caffe mocha dan satu slice cake varian Black Forest.

Setelah pelayan itu pergi, Helen justru balik bertanya apa maksud perkataan Vania. "Masalah apa?"

"Laki-laki yang mau gue jodohin. Nanti pas kita balik ke Jakarta..."
Belum sempat Vania melanjutkan perkataannya Helen sudah memotong kalimat wanita itu.

"Gue nggak mau mikirin laki-laki. Sebaliknya, gue pengen adopsi anak."
Helen tersenyum tipis di akhir kalimatnya.

"Hah! Yakin, Lo."

Helen menganggukkan kepalanya, terlihat sangat mantap akan pilihan yang akan ia ambil.

"Gedein anak tanpa seorang ayah itu susah, Hel."

"Lo bener. Emang susah. Tapi..." Helen menghentikan ucapannya saat melihat sosok familiar dari luar jendela sana. Ia terpaku menyaksikan sesuatu yang menurutnya tidak seharusnya terjadi. Helen terperanjat tak percaya dengan apa yang ia lihat kini. Wanita itu kontan berdiri dari tempat duduknya lalu beranjak pergi menghampiri objek yang menjadi perhatiannya.

Vania hanya menatap bingung melihat tingkah aneh Helen. "Ada apa? Kenapa?"

***

"Hari ini kamu udah bisa main sunda manda?"

Pertanyaan Luna sontak membuat Joano menggerakkan kakinya, menggoyangkannya, apakah ia masih merasakan ngilu atau tidak. "Kayaknya aku udah bisa main."

Luna menyungging senyum, akhirnya ia mempunyai teman bermain sunda manda. Gadis kecil itu lantas mengulurkan tangannya, memberikan koin kepada Joano untuk digunakan bermain.

"Mau nggak buat peraturan?" Usul Joano.

"Peraturan?"

"Iya, kalau yang kalah harus memenuhi permintaan pemenangnya."

"Berarti kalau aku yang menang bisa minta es krim?"

Joano menganggukkan kepalanya, ternyata Luna sangat mudah mencerna apa yang ia maksud. "Iya. Kalau aku yang menang kamu juga harus memenuhi permintaanku."

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now