Part 35

47 6 0
                                    

"Jo, ayolah lo ikut jalan sama kita. Udah lama nih kita nggak hangout bareng. Lo nggak kangen ama kita apa?" Ujar Mike memaksa.

"Nggak ah. Gue mau langsung pulang aja." Tolak Joano tanpa basa-basi. Ia langsung memakai tasnya setelah membereskan buku-bukunya.

"Kamu nggak ikut bukan karena ada aku kan, Jo?" Tanya Bella dengan raut bersalah. Sepertinya ia masih tak enak hati karena apa yang telah ia lakukan pada Joano.

"Nggak lah, Bel. Santai aja." Jawab Joano singkat.

"Trus kenapa nggak ikut? Kalo lo nggak ikut itu artinya lo masih kesel sama Bella." Timpal Alfian sok tahu. "Lagian anak-anak juga udah percaya kok kalo kalian nggak pacaran. Nggak ada gosip apa-apa. Kan kita berempat. Lagi siapa sih yang nyebarin gosip nggak jelas? Ada-ada aja."

"Lo juga. Lagian kenapa sih kalo digosipin pacaran. Ama cewek ini, kecuali kalo lo di gosipin ama gue, baru." Tambah Mike. "Dulu lo digosipin ama Luna, biasa aja lo. Kenapa lo kayak gini ke Bella?"

"Tahu lo. Jahat banget jadi orang." Tukas Alfian lagi.

Joano ingin menyangkal semua tuduhan yang ditujukan padanya, tapi kalau dipikir-pikir apa gunanya juga? Mereka tidak akan percaya sampai ia menuruti keinginan mereka. Joano tidak ingin kemana-mana setelah pulang sekolah, ia hanya ingin belajar kemudian istirahat. Tidak ada alasan lain, selain sedang malas untuk diajak pergi keluar.

"Bukannya gitu, gue cuma lagi males aja." Jawab Joano pada akhirnya, ia tidak ingin memberi alasan apapun lagi.

"Males kenapa sih? Udah ayok. Gue nggak mau tahu pokoknya lo harus ikut." Kata Alfian memberi keputusan.

Joano hanya menghela napas kasar.
"Lun, yuk hangout bareng anak-anak. Mereka maksa mulu, nih." Ujar Joano saat Luna tengah beranjak dari tempat duduknya.

Luna diam sebentar sambil menatap satu per satu ke arah, Bella, Mike dan Alfian. "Nggak ah. Gue mau istirahat aja. PR kemarin juga belom gue kerjain."

"Yaudah, kalo gitu gue anterin lo pulang dulu." Usul Joano.

"Nggak usah. Udah jalan aja, gue bisa naik ojol." Tolak Luna buru-buru. Tidak mungkin kan orang lain menunggu Joano hanya karena dirinya?

"Tenang aja kali, masih ada gue. Gue fotoin nomor plat ojolnya." Bianca tiba-tiba nyeletuk di tengah obrolan mereka.

"Luna bukan anak TK yang harus lo jagain dua puluh empat jam, Joano."

"Tahu tuh Joano. Dia udah gede."

Ucap Mike dan Alfian bergantian.

"Kita duluan ya, have fun kalian." Bianca lalu meraih pundak Luna lalu menggandeng gadis itu keluar kelas.

***

Sesampainya di rumah, Luna langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Ia memejamkan matanya sambil menaruh lengannya di atas wajah gadis itu.

Dua detik kemudian ponselnya yang berada di atas meja berbunyi. Satu buah pesan masuk. Luna tak segera membuka pesan tersebut, ia terlalu malas untuk menggerakkan badannya yang sudah terlalu nyaman dengan posisinya sekarang.

Lima menit kemudian, Luna masih dengan posisinya ternyamannya. Tak selang berapa lama ponselnya kembali berdering, kali ini bukan sebuah pesan, melainkan sebuah telepon dari nomor yang tak di kenal.

Satu kali, dua kali Luna tidak menggubris hingga panggilan ketiga akhirnya ia mau mengangkat teleponnya.

"Halo."

"Selamat siang mbak Luna, saya dari ojol mau nganterin makanan ke rumah mbak Luna. Saya sudah di depan mbak, tapi rumahnya tertutup. Saya tinggal makanannya di depan rumah atau gimana ya mbak?" Tanya panjang pendek seorang laki-laki di seberang telepon.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now