Part 49

34 6 0
                                    

"Luna~ lo dimana?" Joano langsung berseru memanggil Luna begitu mengijakkan kaki di rumah gadis itu.

"Di dapur!" Jawab Luna setengah berteriak.

Joano langsung meluncur ke dapur dan melihat Luna sedang sibuk berjibaku dengan peralatan memasak.

"Lo lagi ngapain sih? Sibuk banget kayaknya." Perhatian Joano teralihkan oleh beberapa hidangan yang tersedia di atas meja.

"Gue lagi belajar masak. Mau nyobain nggak?" Luna lantas menyodorkan satu sendok sup ke hadapan Joano. "Ini belum matang sih, tapi lo punya kesempatan buat nyoba duluan."

Joano membuka mulutnya lalu menyesap sup itu.

"Gimana? Enak nggak?" Luna membulatkan kedua bola matanya saat menunggu jawaban Joano, ia penasaran.

Joano menganggukan kepalanya. "Enak. Sejak kapan belajar memasak? Perasaan kemarin-kemarin masih belum bisa bedain mana jahe mana lengkuas, cepet banget kemajuan lo."

Luna meringis, ia kemudian mematikan kompornya, mengangkat sup itu lalu memindakan ke meja makan. "Kurang lebih seminggu deh kayaknya."

"Selama itu kenapa gue nggak tahu?" Joano menarik kursi lantas duduk di atas sana.

"Ya karena gue nggak cerita. Lagian, emang ada orang yang lagi belajar masak bikin pengumuman?"

Joano mengangguk, benar juga.

"Yang masak ini gue semua. Coba deh, kalau bisa habisin sekalian." Ucap Luna dengan semangat.

"Makan gue banyak sih, tapi ya nggak ngabisin juga." Tukas Joano sambil menatap beberapa hidangan di depannya.

Luna menyendok nasi ke piring lalu menaruhnya di hadapan Joano. "Yaudah. Semuat perut lo aja."

Joano mengambil beberapa lauk yang lain dan mencobanya satu per satu. "Kok enak semua sih. Bukan lo kan yang masak? Pasti beli!"

Luna memukul pelan bahu Joano hingga mendengar suara lelaki itu mengaduh.

"Enak aja. Ini semua beneran gue yang masak. Nih, liatin jari-jari gue yang kena pisau." Luna lalu memamerkan telapak tangannya yang terdapat beberapa goresan. Ada yang masih dibalut plester, ada juga yang sudah mulai mengering.

Joano segera meraih tangan Luna untuk memeriksa luka gadis itu. "Sakit nggak? Lo ngapain sok-sokan belajar masak, sih?"

Luna melepaskan tangannya dari genggaman Joano. "Ck, sejak kapan skill memasak dibilang sok-sokan? Skill memasak itu untuk bertahan hidup. Bukan supaya dibilang sok-sokan."

"Lagian lo kenapa tiba-tiba belajar masak sih? Perasaan lo dulu kalau di suruh ke dapur aja males banget kalau nggak penting-penting amat."

Luna tersenyum tipis. "Kan gue udah bilang kalau untuk bertahan hidup. Lagian gue juga udah nggak sekolah jadi ada banyak waktu untuk belajar memasak."

Joano kembali menyuapkan makanan ke dalam mulut lalu berkata, "baguslah kalau sekarang lo udah bisa masak, jadi gue nggak bakal khawatir lo pingsan lagi."

"Iya, lo nggak perlu khawatir." Kata gadis itu sambil terkekeh. "Oh ya, sekalian ajarin gue naik motor dong. Gue juga pengen bisa kayak orang-orang."

Joano meletakkan sendok dan garbunya ke atas piring lalu menatap Luna bingung. "Lo pengen bisa naik motor?"

Luna mengangguk semangat. "Iya, gue pengen naik motor biar bisa pergi kemana-kemana sendiri. Itu kan juga termasuk skill bertahan hidup."

Joano terpaku, berbeda dengan ekspresi sebelumnya, kali ini lelaki itu menatap Luna lebih serius. Ada perasaan mengganggu di benaknya."Iya, Nanti diajarin."

Sunda Manda [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora