Part 30

45 5 0
                                    

Luna memilih untuk duduk di taman sambil menghirup udara segar setelah melihat kejadian barusan, untungnya halaman rumah Bella sangat luas jadinya ia bisa memisahkan diri sejenak dari keramaian.

Hati Luna berkecamuk mengingat apa yang seharusnya tidak ia lihat, meski begitu Luna terus berusaha untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa tidak seharusnya ia marah apabila Joano menjalin hubungan dengan orang lain, itu adalah hak Joano dan Luna harus menghormatinya. Pahit memang, tapi Luna harus menerima kenyataan ini.

Luna beberapa kali mengibaskan tangannya ke area pelupuk mata, sungguh gadis itu tidak ingin menangis tapi entah mengapa matanya terasa perih padahal beberapa detik lalu ia baik-baik saja.

Setelah menenangkan dirinya, Luna hendak kembali ke dalam untuk melanjutkan pesta yang belum selesai, tapi pandangan gadis itu justru teralihkan pada sosok familiar yang tengah berdiri di seberang sana.

Luna berjalan mendekat untuk memastikan bahwa pengelihatannya masih berfungsi dengan baik.

Di sana, di seberang rumah Bella, Luna melihat ayahnya sedang bertamu ke rumah orang lain. Yang menjadi permasalahan adalah sang penjamu merupakan seorang wanita cantik yang mungkin juga seusia ibunya.

Luna berdiri dari balik gerbang, untungnya satpam yang sedang berjaga sedang sibuk dengan tayangan televisi, jadi ia tidak perlu berbasa-basi untuk menjawab pertanyaan alasan mengapa ia berdiri di sana.

Baiklah, Luna akan berpikiran positif. Mungkin saja Ayahnya itu sedang bertamu ke rumah temannya yang merupakan seorang pria, kemudian temannya itu tidak ada di rumah makanya sang istri yang menjamu ayahnya, atau kemungkinan lain wanita itu adalah klien ayahnya makanya ia tidak canggung saat bertamu malam-malam seperti ini.

Akan tetapi, kekhawatiran yang sedari tadi ingin Luna singkirkan jauh-jauh pun terjadi, Ayahnya berselingkuh.

Dengan kedua bola matanya sendiri Luna melihat Ayahnya mencium wanita itu dengan mesra, mereka berpelukan cukup lama sebelum Ayahnya masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya.

Luna terpukul, kepercayaan pada Ayahnya kini memudar. Luna mengira Ayahnya adalah orang yang setia pada Ibunya meski keduanya sering kali bertengkar. Luna mengira kata 'selingkuh' yang membayanginya sedari kecil hanyalah kata yang digunakan ibunya untuk menyudutkan ayahnya karena tak kunjung mendapat promosi naik jabatan. Kenyataannya Luna salah. Ibunya tidak akan menuduh suaminya sendiri jika ia tidak mengetahui kebenarannya.

Pertahanan Luna runtuh seketika, kakinya lemas, ia tidak bisa lagi menopang tubuhnya untuk tetap tegak berdiri. Luna menangis, kini harapannya untuk mempunyai keluarga bahagia pupus sudah.

"Mbak, mbak nggak papa?" Satpam yang sedang berjaga menghampiri Luna ketika gadis itu tengah menangis tersedu-sedu, mungkin suara tangisan Luna terlalu kencang hingga membuat Satpam itu datang menghampirinya.

"Nggak papa, Pak." Jawab Luna masih setengah terisak. Ia mengusap pipinya yang kini sudah dipenuhi air mata, dengan susah payah Luna kembali mengangkat tubuhnya.

"Mbak yakin nggak papa? Mungkin ada sesuatu yang bisa saya bantu, Mbak?" Tanya Satpam menawarkan diri dengan ramah.

"Nggak papa, Pak. Makasih banyak." Luna menjawab sambil sesegukkan. "Kalau mau pesan taksi di mana ya, Pak?"

"Ke sebelah kanan sini, Mbak. Lurus terus, belok kanan lagi juga sudah kelihatan pangkalan taksinya." Kata Satpam itu sambil menunjukkan arah.

Luna paham akan arahan Satpam itu, sangat mudah. Ia lantas pamit.

Baru setengah perjalanan Luna baru tersadar jika sedari tadi ponselnya bergetar, ia melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari Joano. Luna membuka aplikasi chatnya, alih-alih membalas pesan Joano yang sudah menumpuk, Luna justru menggulirkan jarinya mencari kontak Bianca, ia mengetik pesan singkat:

Luna

Bi, gue pulang duluan ya. Gue nitip tas.

Luna lalu menekan tombol kirim.

Sebenarnya Luna ingin sekali menghubungi Joano balik, tapi ia takut jika keberadaannya justru akan mengganggu kebersamaan lelaki itu dengan Bella, apalagi hubungan mereka baru saja terjalin.

Luna mempercepat langkah kakinya. Mencari taksi seorang diri adalah pilihan yang tepat, apalagi melihat kondisi emosialnya kini. Sungguh sangat kacau.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now