56. Arzel & Vanya

21.9K 929 4
                                    

Happy Reading

Waktu terasa begitu cepat. Kini anak anak mereka telah berusia dua tahun. Masa masa ini sangat menggemaskan karena anak anak mereka semakin lucu dengan tingkah laku aneh nya.

"Pa...pa...pa...pa" panggil Vanya yang melihat papah nya sedang asik bermain game. Anak anak nya Leon biarkan untuk bermain di karpet yang ada di kamar nya. Sedangkan lelaki itu sibuk dengan handphone nya di atas kasur.

"Kenapa sayang?" jawab nya tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone yang terus berbunyi suara game online.

Arzel berjalan ke arah lelaki yang sedang sibuk memainkan handphone nya. Bayi cowok itu berusaha naik ke atas kasur yang tinggi. Membuat nya kesulitan untuk naik kesana.

Leon yang melihat itu tersenyum lalu menyudahi aktivitas bermain game nya. Ia meletakkan handphone di nakas lalu beralih mengangkat tubuh mungil putra nya.

"Kalo gak bisa bilang cil" ucap nya sembari tertawa mengejek anak nya itu.

Arzel tidak suka di panggil bocil. Mendengar papah nya mengucapkan kata itu dia langsung mengerucutkan bibirnya. Papah nya kembali di buat tertawa dengan raut wajahnya anak nya ini.

"Abang Al" panggil Vanya. Dia sudah terbiasa memanggil Arzel dengan sebutan Al. Nama itu di ambil dari huruf Al yang berada di nama Revaldo.

Leon turun dari kasur untuk mengangkat tubuh putri nya. Dia membawa Vanya untuk duduk di kasur bersama dirinya dan anak laki laki nya. Leon mengelus lembut rambut Vanya yang halus dan lembut. Ayla memang rajin merawat rambut anak anak nya agar terlihat sehat.

Laki laki dengan baju rapih turun dari tangga rumah nya. Lelaki itu tersenyum lebar ketika melihat kedua orang tuanya yang sudah menunggu di meja makan.

"Selamat pagi pah mah" sapa nya.

Orang tua nya tersenyum lebar karena anak nya ini sudah benar benar pulih. Mereka tidak akan lupa dengan kejadian mengejutkan, kurang lebih tiga tahun yang lalu.

Mereka melakukan sarapan pagi bersama. Semua masakan hari ini adalah menu favorit lelaki itu. Dengan lahap lelaki itu menyantap makanan di hadapan nya. Orang tua nya tersenyum lebar melihat hal itu.

"Pah" panggil nya.

Pria berumur empat puluh tujuh tahun itu menengok ke arah putra nya. Tidak hanya papah nya tetapi mamah nya juga kini memperhatikan nya.

"Aldo mau ke Jakarta"

Deg!

Seketika jantung kedua orang tua nya berdegup kencang mendengar hal itu. Mereka takut sekali kejadian dulu akan terulang kembali. Cukup mereka stres gara gara kejadian waktu itu, tapi sekarang jangan.

Setelah satu tahun setengah berada di rumah sakit jiwa akhirnya Aldo pulih dari gangguan jiwa nya. Proses yang tidak sebentar ia lewati. Betapa susah nya untuk kembali pulih tetapi upaya nya tidak sia sia dan dapat membuahkan hasil.

"Nak jangan ya?" pinta Maira yang khawatir menatap anak tiri nya yang sudah dia anggap seperti anak kandung nya sendiri.

"Aldo kangen mereka mah" ucap nya dengan penuh harapan agar orang tua nya dapat mengizinkan nya. Semenjak pulih dari sakit nya. Aldo kini sudah tidak memanggil Maira dengan sebutan tante, kini dia sudah memanggil nya dengan sebutan mamah. Maira sangat senang akan hal itu. Ini adalah salah satu hal yang dia tunggu tunggu.

Aldi menatap istrinya yang nampak tidak setuju dengan keputusan anak nya. Maira menggeleng pelan saat suami nya meminta persetujuan melalui tatapan.

"Papah gak mau hal itu terulang lagi" ucap Aldo untuk menegaskan anak nya. Jujur saja iya setuju dengan Maira. Ia tidak ingin anak nya terluka lagi. Saat berada di Singapura, Maira telah menceritakan tentang surat yang di temukan oleh pelayan.

LOVE LATER [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora