3. Perjodohan

25K 1.2K 4
                                    

Happy Reading


Pagi hari, Ayla sudah siap untuk berangkat sekolah, tetapi Papa nya masih berbicara di telepon dengan seseorang. Ayla terus menunggu Papa nya menyelesaikan telepon nya.

Ayla memainkan handphone nya, sesekali ia tertawa ketika melihat video lucu di handphone nya.

Dikta bergidik ngeri. Kenapa adik nya seperti orang gila? Apakah ini efek dari di kejar orang gila.

Sepertinya jika menunggu Papa nya selesai telepon bisa membuat Ayla terlambat ke sekolah.

"Dikta, kamu antar Ayla ke sekolah hari ini," ucap Tari yang sedang merapikan meja makan.

Dikta yang semula sedang tertawa menatap handphone seketika tawa nya hilang begitu saja. Cowok itu menatap Ayla dengan tatapan sinis, begitupun sebaliknya.

"Kenapa gak sama Papa aja?" tanya Dikta. Ayla mengangguk setuju. Jika naik motor bersama Dikta rasanya manusia itu ingin membawa Ayla ke alam lain. Kecepatan yang di kendarai Dikta selalu tinggi, membuat Ayla sedikit takut.

"Kamu gak liat Papa lagi apa." Refleks Dikta dan Ayla melihat ke arah Adi secara bersamaan.

"Ck iya deh," final Dikta malas. Sebenarnya Dikta sangat tidak suka jika harus mampir terlebih dahulu ke tempat lain sebelum ke kampus. Dikta lebih suka jika langsung berangkat saja menuju kampus nya.

"Ayla sama Bang Dikta berangkat Ma." Kedua anak itu mencium tangan Tari.

"Hati hati sayang," balas Tari

Kedua anak nya keluar meninggalkan rumah dengan langkah berat. Sesekali Ayla melihat ke arah Papa nya agar Papa nya yang mengantar nya ke sekolah.

Tali sepatu yang Dikta gunakan terlepas. Cowok itu berjongkok untuk membenarkan tali sepatu nya. "Aduh ngapain sih," kesal Ayla saat menabrak Dikta.

Setelah selesai mengikat tali sepatu nya, Dikta berdiri lalu membalikkan badannya agar berhadapan dengan Ayla. "Lo sengaja nabrak gue pasti."

Ayla memutar bola matanya malas. "Gak ada kerjaan banget gue begitu." Ayla berjalan terlebih dahulu meninggalkan Dikta. Dikta nampak menahan emosi nya. Cowok itu membenarkan jaket yang ia kenakan lalu berjalan menyusul Ayla.

Setelah mengangkat telepon, Adi kembali ke meja makan. Meja yang tadi nya berisi tiga orang kini tinggal satu orang. Mungkin anak anak nya sudah berangkat. Pria itu tidak tau karena terlalu fokus dengan panggilan teleponnya.

"Telepon dari siapa Pa? Keliatannya penting," tanya Tari sembari menyiapkan roti untuk suaminya.

"Tadi Atlas membicarakan soal perjodohan Ayla dan anak nya." Adi memakan roti yang telah di siapkan.

Tari  ikut duduk di samping Adi. "Secepatnya lebih baik Pa," ucap Tari menatap sang suami lalu Adi mengangguk.

***

Ayla turun dari motor tanpa sepatah kata pun. Ayla berjalan tanpa memperdulikan orang di belakang nya. "Sama sama," sindir Dikta, menatap Ayla yang sudah jalan beberapa langkah.

Ayla membalikkan badan nya. "Makasih Abang," ucap nya lalu memasuki sekolah dan Dikta melajukan motornya menjauh dari sekolah itu.

Baru saja Ayla memasuki sekolah tiba tiba ada seseorang cowok yang menghampiri nya. Seperti nya Ayla kenal dengan cowok ini. "Selamat pagi bidadari," ucap Farel dengan raut wajah yang sangat gembira, tetapi Ayla tidak menggubris. Ayla memilih untuk terus berjalan menuju kelas nya.

Teman teman Farel yang melihat itu tertawa kencang, membuat raut wajah Farel berubah. Ini bukan pertama kalinya Farel tidak di respon oleh cewek. Memang setiap ada cewek yang menurutnya cantik, pasti Farel akan menggoda nya.

LOVE LATER [END]Where stories live. Discover now