Niklas-Facta Non Verba (4)

350 42 4
                                    

Niklas menggenggam tangan Skyla dengan lembut. Pemuda itu juga membawanya ke sudut ruangan yang tenang. Niklas duduk di kursi terlebih dahulu dan menarik Skyla ke pangkuannya. Tindakan yang mungkin akan membuat jantung Skyla langsung meledak jika dirinya tidak tengah menangis.

"Hei, ada apa? Coba cerita sama aku," katanya. Suaranya lembut dan menenangkan. Jemarinya kini bergerak menyapu pipi Skyla yang basah.

Skyla menggeleng, dia tidak bisa berbicara sementara air matanya terus meleleh. "Gak ada apa-apa kok."

"Kalau enggak ada apa-apa, kok nangis?" Niklas kini melingkarkan lengannya di tubuh Skyla dan memeluknya erat-erat. "Kalau kamu mau cerita, aku ada di sini. Tapi, kalau kamu enggak mau bilang apa pun, ya bukan masalah. Yang perlu kamu tahu, aku ada di sini dan siap melakuan apa saja buat kamu."

"Termasuk pelukan?" tanya Skyla dengan suara parau.

Niklas tersenyum tipis. "Benar. Termasuk pelukan."

"Kalau begitu aku mau dipeluk."

Skyla kemudian membenamkan wajahnya di dada Niklas. Pemuda itu membalasnya dengan memeluk tubuhnya lebih erat. Pelukan Niklas membuatnya merasa nyaman dan aman seperti tidak ada satu pun hal buruk di dunia ini yang dapat melukainya. Lengannya yang kekar juga sepertinya bisa menghalau semua kemalangan yang mungkin akan menimpanya.

Setelah beberapa menit, Skyla akhirnya menemukan suaranya. "Maafkan aku," bisiknya.

"Kenapa minta maaf?"

"Karena aku cengeng, seharusnya aku gak begini."

"Kamu gak perlu minta maaf karena cengeng, Sky. Semua orang berhak menangis dan sedih."

"Tapi, aku lemah."

"Apa yang membuatmu berpikir kalau kamu lemah?"

Skyla meneguk ludah kemudian mencoba bicara meski bibirnya masih gemetar. "Aku cengeng dan bodoh. Aku diam saja dan tidak bisa membalas saat orang jahat padaku. Aku bukan perempuan kuat, tangguh, atau badass hingga bisa membela diriku sendiri."

"Dan kamu merasa lemah karena itu?"

Skyla mengangguk. "Kurasa semua orang akan sependapat denganku."

Niklas mundur sedikit lalu menatap mata Skyla. "Semua orang berbeda, Sky. Kalau semua perempuan itu tangguh dan badass seperti yang kamu bilang, dunia tidak akan baik-baik saja."

"Kenapa begitu?"

"Mereka akan saling mendominasi dan menjatuhkan. Jadi, dunia tetap perlu seseorang yang tetap tenang menghadapi masalah dan perlu sentuhan kelembutan yang hanya dimiliki perempuan. Bukan berarti aku setuju kalau kamu tidak membela diri saat disakiti dan memilih menelan rasa sakitmu sendiri, tapi aku tidak setuju kalau kamu bilang dirimu lemah. Apa pun kata orang, kamu kuat dengan caramu sendiri."

"Tapi, aku nyaris menyerah."

"Tapi, kamu enggak menyerah, kan?" sanggah Niklas cepat.

Skyla menggeleng. "Sepertinya semesta tidak membiarkan aku menyerah, aku tidak mati malam itu."

"Bagaimana kalau itu artinya semesta memberikan kesempatan kedua?" tanya Niklas dengan suara yang tetap selembut sebelumnya.

"Kesempatan kedua?"

"Ya, kesempatan kedua. Mungkin di kesempatan ini, kamu enggak boleh nyerah."

"Tapi, aku tetap sama saja seperti ini."

"Hmm, mungkin kamu melewatkan sesuatu dan semesta ingin kamu tahu itu."

"Iyakah?"

"Mungkin saja, kan," tukas Niklas sambil tersenyum dan mengusap punggung tangan Skyla. "Lalu, kenapa kamu nangis?"

My Boyfriend For TodayWhere stories live. Discover now