Cael-The Philosophy of Cooking (2)

819 113 28
                                    


Cael sekarang mengambil satu sendok mentega dan fry pan. Pemuda itu membiarkan mentega itu meleleh, baru setelahnya memasukkan potongan daging ke dalamnya. Sementara itu, Skyla masih sibuk dengan asparagus, kentang dan bawang.

"Kamu bisa bawa shallot-nya ke sini, Sky?"

Skyla mengangguk dan menaruh pisau di atas talenan. Dia berjalan mendekati dengan mangkok berisi pesanan Cael di tangan. Sementara itu, Cael yang kini masih sibuk menaburkan lada di atas daging yang dipanggang. Pemuda itu lalu memasukkannya ke dalam fry pan. Tidak lama setelahnya aroma harum tercium di seantero dapur.

"Enak ya baunya."

"Kamu benar," sahut Cael. "Kamu sekarang memperhatikan aroma masakan juga?"

Skyla memiringkan kepala. Sebuah pertanyaan aneh yang membuatnya bingung untuk mencari jawaban hingga akhirnya dia memilih untuk mengangguk saja. Mungkin Skyla pacar Cael selama ini tidak pernah memperhatikan masakan atau memang tidak suka ada di dapur makanya pemuda itu sedikit heran saat dia mengatakan soal aroma masakan.

"Enggak perlu bingung, Sky. Normalnya kalau semakin banyak waktu yang kita habiskan di dapur, semakin banyak yang kita perhatikan," ucap Cael tiba-tiba. "Contohnya aku akan memperhatikan nyala api yang diperlukan untuk memasak daging tanpa membuatnya gosong serta durasi waktu yang diperlukan sampai daging ini siap dimakan. Kamu sendiri akan memotong sayuran dengan penuh perhatian agar tanganmu tidak teriris atau sengaja membuat potongan yang mudah dimakan."

"Ah, iya." Skyla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak tahu lagi harus memberikan respon seperti apa.

"Kamu tahu enggak kalau nilai moral yang perlu kita ambil dari dapur adalah bahkan ritual yang paling biasa pun patut mendapat perhatian kita."

"Semacam tidak ada hal kecil terlewat atau semuanya bisa memburuk?" Skyla mencoba untuk lebih aktif dalam obrolan, setidaknya dengan begini dia bisa membuat Cael lebih nyaman karena merasa omongannya diperhatikan.

"Benar. Kamu pintar banget, Sky!"

Pujian Cael membuat pipi Skyla kembali memanas. Untung saja, Cael tidak menatapnya lebih lama karena harus membalik daging. Kalau sampai Cael melakukannya maka entah mau ditaruh di mana mukanya.

"Sama seperti hidup."

"Apa?" Skyla buru-buru mendongak karena pemuda itu kembali bicara.

"Buatku memasak itu gambaran hidup."

"Kamu bisa jelaskan padaku?" pinta Skyla. Dia bersungguh-sungguh soal ini karena pemikiran Cael luar biasa menarik. Semacam perspektif baru dari seseorang yang berkutat di dapur, mungkin pemuda ini chef atau semacamnya. "Please!"

"Dengan senang hati, Skyla. Maaf ya kalau aku agak cerewet nanti."

"Aku akan dengarkan apa pun itu."

"Karena kamu pendengar yang baik?" tanya Cael dengan satu alis terangkat.

"Karena kamu yang bicara, Cael Price," sahut Skyla jujur. Dia akan mendengarkan apa pun yang dikatakan Cael karena pemuda itu pacarnya hari ini dan dia harus membahagiakannya bagaimanapun caranya. Meski harus mendengarkan dongeng paling panjang sekalipun.

"Kamu manis banget, Skyla," ucap Cael sambil lagi-lagi memamerkan senyum menawannya.

"Terima kasih, Cael," sahutnya pelan.

Lama-lama, Skyla makin terbiasa dengan cara Cael yang memuji untuk hal-hal tidak penting yang dilakukannya. Cael mengangguk sambil menyendok shallot dari panggangan dan menaruhnya di piring saji. Selama menunggu dagingnya matang, pemuda itu mengambil krim kental Cornish dan mustard lalu mengaduknya menjadi satu.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang