Candra & Indra pt.5

151 59 41
                                    


Keep vote & komen

Dua obor menerangi rumah yang ditempati Indrayan dan pangeran Candra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua obor menerangi rumah yang ditempati Indrayan dan pangeran Candra. Pengawal pribadi ini berjalan menuju rumah itu setelah menemui simbok pemilik penginapan di rumah nya, dan sempat mengobrol ringan.

'Semoga dek Candra sudah tidur', batinnya.
Karena pasti akan tidak nyaman, canggung saat nanti mereka berdua berhadapan kembali.

Baru saja masuk,

"Sudah memberikan uang nya?"

Indrayan kaget saat langsung disambut kehadiran pangeran yang duduk di kursi ruang depan, sambil bersidekap tangan di dada.

"Sudah, dek..", jawab Indrayan sambil menenangkan diri.
"Kenapa belum tidur?"

"Jujur pada ku, Indra!", tegas pangeran yang sangat tidak terduga.

Indrayan tersenyum berusaha tenang.
"Iya, dek Candra.. Ada apa?"

"Katakan padaku yang sejujurnya tentang perasaan mu!"

Keningnya mengerut. Indrayan bertanya, "Saya tidak mengerti maksud dek Candra."

Raut wajah yang tadinya tegas, berubah menjadi masam. Pangeran Candra mendengus kesal sembari berusaha sabar.
"Kau menyimpan perasaan padaku!"

Sontak mata besar Indrayan melebar.

"Kau menyukai ku, Indra!", tegas pangeran lagi.

Setelah terdiam beberapa saat, Indrayan berkata, "Iya, saya mengagumi, menyukai dek Candra sebagai sahabat sekaligus adik saya."

"Kau bohong! Aku pernah menemukan buku mu secara tidak sengaja. Jangan meremehkan ku karena lebih muda dari mu! Aku membacanya."

Seketika terbayang kembali di benak pangeran Candra akan salah satu tulisan Indrayan yang menulis tentang nya.

'Dia Candra Buana.
Sosok yang selalu terang benderang menerangi hari-hari ku. Seperti makna dari namanya, Candra yang berarti bulan, Buana yang berarti bumi. Selalu bersinar menerangi kegelapan malam di bumi. Yang tak hanya sekedar terang, tetapi juga indah. Dimana setiap makhluk yang menatap, dapat menikmati keindahannya tanpa khawatir akan terbakar oleh silau.
Seperti dia.. Candra Buana, yang memiliki kemilau lebih dari sekedar terang, yaitu keindahan. Keindahan yang selalu merayu jiwa ku untuk selalu ingin melihat dan menggapainya.
Lebih indah dari rembulan..

Namun, aku adalah aku.. hanya mampu menikmati dan menjaga keindahan nya tanpa dapat menggapainya.
Lalu mengabadikannya dalam ingatan dan tulisan.'

Bibir Indrayan mengulas senyum yang bergetar.
"Maafkan saya atas sesuatu yang sangat lancang ini. Ini tidak sepantas nya say-"

"Kenapa kau tidak memahami diriku, Indra?", tanya pangeran memotong ucapannya.

"Hh?"

"Harusnya kau bisa menebakku yang memiliki perasaan sama dengan mu!", suara pangeran terdengar agak meninggi.

"A-apa?", lemas hati Indrayan mendengar pengakuan si pangeran.

"Sekarang bilang jika kau mencintaiku! Karena aku akan membalas nya.", suaranya bergetar di akhir kalimat.

Indrayan gelisah mendengar perintah sang pangeran.
"Tapi, dek Candra.. kita berdua ini-"

"Aku tidak peduli!"
Pangeran Candra paham. Segera dia bicara kembali.
"Aku tidak ingin peduli, Indra! Hati ku terlalu lelah menahan dan berusaha membuang semua rasa ini.
Aku sudah bersedia dengan segala resiko nya. Aku bersedia hidup bersama mu sebagai orang biasa. Kaya atau miskin, aku tidak peduli. Karena kebahagiaan ku adalah bersama mu seorang.
Kau juga menginginkan nya, kan?!"

Tanpa sadar, kepala Indrayan mengangguk.

Pangeran Candra tersenyum bahagia.
"Ayo kita menikah! Nikahi aku!"

"A-apa??"

Tolong, apakah Indrayan salah dengar..?

"Aku ingin kita menikah."

Dapat Indrayan lihat mata indah pangeran Candra yang menatap nya penuh harap.

Oh, Sang Hyang Adi.. kepalanya terasa berat. Pusing.
Indrayan membisu.

Mereka berdua adalah laki-laki. Bagaimanapun, pikiran Indrayan tidak sejauh atau senekad pangeran Candra. Dia masih cukup tau diri. Apalagi dirinya hanya seorang prajurit, dan pengawal pribadi. Mau memberi pakaian apa jika nanti dia menikahi seorang anak Maharaja..
Dan akan seperti apa nanti para bikkhu jika dia meminta berkat menikahkan mereka berdua yang berjenis kelamin laki-laki..

"Maafkan saya, dek Candra.. itu permintaan yang mustahil." Indrayan menunduk. Tak tau harus bagaimana lagi.















Bumi sudah tampak mulai terang. Pangeran Candra sudah berjalan-jalan keluar untuk menikmati kesejukan pagi hari. Sementara Indrayan, sepertinya belum bangun.
Dia harus menghindar sebentar dari sosok yang menolak nya semalam. Agar hatinya menjadi sedikit lebih baik.

Kasihan sekali pangeran ini..

Pedesaan juga terlihat belum ramai. Kaki pangeran Candra terus melangkah, tanpa menyadari dua orang berkuda telah mengikuti nya dari belakang.
Sampai kemudian, pangeran Candra terkejut merasakan gelang nya ditarik oleh seseorang.

Terjadilah aksi saling tarik menarik antara salah satu orang berkuda itu dengan pangeran Candra.

Warga yang melihat pun berteriak ikut panik. Ingin menolong, tapi diancam oleh satu orang berkuda lain.

Setelah berhasil menang, pangeran Candra lari sekencang mungkin. Baru sadar jika dia masih mengenakan perhiasan yang pasti mengundang niat buruk orang lain.
Dia dan perhiasannya harus selamat. Karena perhiasan itu akan dapat dia jual untuk bekal memulai hidup baru nya sebagai orang biasa.

"Jaka, pangeran Candra kemana ya?", curhat Indrayan pada kuda nya yang biasa dipanggil Jaka itu.
Dia berkeliling sekitar desa, sampai ketika dia mendengar suara gaduh warga di sebelah timur, langsung dia hampiri.

"Ada apa pak? Bu?"

Seorang bapak-bapak tua menjawab, "Ada pemuda yang di kejar-kejar penjahat. Saya rasa mereka komplotan pencuri."

Perasaan Indrayan tidak enak.
"Pemuda? Dia siapa?"

"Saya tidak tau. Tapi dia rupawan dan memakai perhiasan yang sangat bagus."

Terkejutlah Indrayan.
"Lari kemana dia?"

"Ke arah selatan sana.", tunjuk si bapak.

Sekencang mungkin, Indrayan pacu kuda nya. Semoga saja pangeran Candra dapat segera dia selamatkan.













Apakah Indrayan alias Taehyung akan bisa menyelamatkan dek Candra alias dek Jungkook?
Hm.. klo udah vote, yuk, lanjut ke bab ending y♡♡

Taekook Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang