MikaCinta pt.7

207 58 50
                                    

Vote Dulu ♡😗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote Dulu ♡
😗



Tak banyak barang dan pakaian yang Mika bawa dari Jakarta, jadi sekarang, dengan dibantu pak Rt, Mika mengemasi semuanya di satu ransel gunung dan satu tas gendong kecil.

Syukurlah, kedatangan pak Rt dan bu Rt dapat segera menghentikan aksi keroyokan warga. Badan dan wajah Mika masih terbilang baik-baik saja meski terdapat lecet di tangan, kaki, dan pelipis kiri.
Tenaga Mika masih mampu, meski badannya nyeri linu dan sedikit lemas akibat syok dan akibat pukulan-tendangan warga.

Kata pak Rt, "Saya malu pisan akan ulah warga saya. Sangat tidak habis fikir. Andai saja mereka tau, jika sekarang ini sedang musim panca roba, sudah biasa jika akan ada beberapa orang yang sakit, apalagi anak kecil. Abah sesepuh Wiwitan kampung Cijangji juga, padahal mah memang punya riwayat penyakit. Yah maklum.. sudah lansia. Terus soal meninggal nya pak Ustadz tea yang mendadak, saya sendiri pernah ngobrol langsung sama dokter puskesmas. Kalau pak ustadz teh, kemungkinan besar meninggal karena serangan penyakit jantung yang tidak diketahui."

Kepala Mika mengangguk lemas. Dia setuju, itu jelas lebih sangat masuk akal. Tidak hubungannya dengan percintaan dirinya bersama Asih.

'Asih..'
Hah.. hati Mika terasa berat tertimbun ribuan ton besi.
Baru saja mereka berdua mengecap manisnya menjalin kasih, sekarang sudah langsung dihadapkan pada ujian yang sangat berat.

Kepalanya menunduk lemas.

"Maafkan saya, dek Mika.. Terpaksa dek Mika harus melakukannya. Sekarang saya belum mampu membendung emosi warga. Dan tidak ingin malah membuat dek Mika dalam keadaan semakin bahaya jika masih di sini." tutur pak Rt.

Mika, "Saya juga sekali lagi minta maaf, pak.. Saya tidak pernah bermaksud tidak baik pada siapapun di kampung ini.."

"Saya tau dek Mika orang baik.."

Mika mengangkat kepalanya.
"Lalu.. bagaimana dengan Asih dan abah, pak Rt? Saya tidak tega dan khawatir.."

"Dek Mika tidak perlu khawatir.. saya dan istri saya akan menjaga mereka berdua."

"Pak.. Hendar atos di payun."
(Hendar udah di depan.)
Suara istri pak Rt muncul di depan pintu rumah.

Pak Rt mengangguk pada istrinya.

"Dek Mika, kamu akan diantar Hendar anak saya sampai terminal bus. Saya, dan istri akan berjaga-jaga dari warga, dan melindungi Asih juga abah."

Abah, Asih, dan Karyan tiba di jalan perkampungan depan rumah pak Rt. Menemukan Mika telah dibonceng diatas motor jupiter milik Hendar.
Asih lari menyusul. Sedangkan motor masih terus menjauh.

"TEH MIKAAA!"

Air mata Asih berlinang deras.
"TEH MIKAAA! TEH MIKAAA!", teriak Asih memanggil nya bersama hati yang semakin bergemuruh bak gemuruh guntur sebelum langit hujan.

Taekook Short StoriesWhere stories live. Discover now