Christmas Tree pt.3

116 30 9
                                    

"Apa?"

Jungkook bangkit. "Seharian tidak membalas chat kekasih mu, ternyata kau memang sedang asik lebih mementingkan orang lain?!"

"Apa yang kamu bicarakan? Aku semalam berusaha menelpon mu tapi tidak ada jawaban. Soal chat mu aku minta maaf karena memang tidak bisa membalas. Tapi bukan karena orang lain.."

"Lalu bagaimana dengan berita skandal mu? Kamu tidak punya jawaban?" desak Jungkook kesal.

"Tidak.. Itu hanya berita rumor! Aku tidak melakukan apa-apa. Dan tolong.. aku baru pulang jauh dengan perjalanan macet yang sangat melelahkan. Biarkan aku beristirahat dulu."

"Tapi-"

"Aku lelah, Jungkook.." ucap Taehyung bernada memelas bercampur emosi yang mulai tampak keluar.

'Jungkook?
Dia memanggilku Jungkook?'
Batin Jungkook kembali terguncang.
Saat berdua seperti ini, Taehyung terbiasa memanggilnya Jungkookie.. atau Sayang.. atau Bunny.. Sekalipum dalam keadaan mood yang tak baik. Tidak pernah memanggilnya dengan Jungkook.

'Kenapa?
Apa Taehyung mulai berubah?'
Mata bulat Jungkook merah.
"Apa yang membuat mu berubah hyung?"

Langkah Taehyung baru hendak memasuki kamar pun terhenti. Hembusan nafasnya keluar, terdengar gusar.
Badannya berbalik.
"Tolong jangan mendramatisir keadaan..!
Aku kan sudah bilang aku sedang kelelahan.
Kamu sudah dewasa..!"

"Tapi kamu hanya seperti menghindar dari masalah."

"Stop!" geram Taehyung menahan amarah.

"Kamu membiarkan ku gelisah berhari-hari. Ditambah berita skandal mu! Dan sekarang dimana usaha mu untuk menenangkan ku dan menjelaskan itu semua?"

Melihat Taehyung yang bungkam, Jungkook semakin emosi. Air mata telah keluar membasahi pipi nya.
"Apa.. jangan-jangan benar.. bahwa sebenarnya cinta diantara kita itu tidak pernah ada?"

"Jungkookie.." kaki Taehyung melangkah cepat, membawa Jungkook dalam pelukan.
"Itu tidak benar.. aku mencintaimu.. Hanya kamu.." suaranya lembut, menyisir hati Jungkook yang termenung dalam pelukan Taehyung.

"Jika memang demikian.. apa yang akan kau lakukan untukku?" tanya Jungkook.

Pelukan Taehyung lepas untuk dapat menatap si kekasih.
"Akan aku lakukan apapun yang kamu minta."

Diam. Keadaan menjadi hening.

Satu menit..
Dua menit..
Tiga menit..

Lima menit berlalu.

"Hhahh.."
Jungkook menghembuskan nafas panjang sebelum mengatakan, "Oke.
Sekarang kamu istirahat saja dulu. Nanti.. aku akan bicarakan apa yang aku inginkan."

"Baiklah. Maaf ya, sayang. Aku sangat lelah." sahut Taehyung mulai merasa lega. Lalu kembali memeluk Jungkook sebelum dia masuk ke kamar.






Sore itu..
Jungkook duduk termenung di sofa. Jelas sekali raut wajahnya tersirat banyak pikiran. Sementara Taehyung di kamar, baru selesai mandi setelah melakukan perjalanan jauh sedari malam tanpa bisa sempat mandi pagi.
Rambut yang masih basah sehabis keramas, dia keringkan dengan handuk sembari berjalan keluar kamar untuk menemui kekasihnya.

Tv menyala. Bibir Taehyung tersenyum menemukan Jungkook tampak sedang menonton tv.

"Sekali lagi maafin aku, ya, kalau tadi siang aku ikut emosi."
Suara Taehyung menyadarkan Jungkook dari lamunan nya.
Kepala mengangguk.
"Aku juga minta maaf karena tadi aku terlalu emosi."

Perlahan Taehyung genggam tangan si kekasih.
"Sudah pasti aku selalu memaafkan."
Ada senyuman tulus di wajah tampannya, yang membuat Jungkook merasa malu sendiri sehingga harus memalingkan wajah.

"Jadi.. apa yang kamu mau minta, hm?" tanya Taehyung antusias.

Setelah menenangkan diri, Jungkook bilang, "Suatu hari, aku terpikir.. apa yang sebenarnya ada diantara kita. Aku bertanya-tanya.. apa aku memang gay? Aku bahkan belum pernah berpacaran dengan perempuan, juga tidak benci perempuan."

Rahang Taehyung mengeras. "Apa.. itu berarti kamu meragukan perasaanmu sendiri dan perasaan ku?"

Sempat terdiam cukup lama..
"Aku tidak tau.." jawab Jungkook menunduk sedih.

Marah kah Taehyung?
Iya. Namun bukan pada Jungkook. Melainkan pada dirinya sendiri.
Timbul rasa bersalah atas perasaannya yang telah membawa Jungkook ke dalam hubungan yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat ini. Tapi sungguh, tidak ada satu cela lubang pun dalam rasa cinta nya pada Jungkook.
Bukankah dirinya juga berhak atas perasaan itu?

Taehyung, "Lalu apa yang kamu mau sekarang?"

Jungkook kembali memandang nya.
"Aku..
Bagaimana kalau aku ingin mencoba mencari tau sendiri tentang perasaan ku dan diriku.. dengan menjalin kedekatan bersama perempuan?"

Lemas.
Dibalik kerapuhannya, Taehyung mencoba mampu tersenyum.

Jungkook, "Hyung.."

"Aku memaklumi. Aku akan berusaha menerima jika itu yang memang kamu mau. Walaupun.. berat untuk mengakhiri hubungan kita-"

"Tidak, hyung!
Kita tidak putus sekarang." sela Jungkook cepat.

"Bagaimana bisa disaat kita masih bersama kamu dekat orang lain?"

"Bisa hyung! Itu.. itu nanti belum tentu juga aku akan menyukainya. Jadi, kita masih tetap bersama. Oke..?"
Jungkook genggam tangan kekasih nya erat-erat.

Ini memang sangat egois bagi Jungkook. Dan tidak adil bagi Taehyung.
Taehyung yang tentu sangat mencintai Jungkook namun juga terlalu cepat jika untuk mengakhiri semuanya, pun.. mengiyakan.
Tapi.. ada harga diri yang harus dia pentingkan juga, dengan tidak meminta-minta pada kekasihnya, maupun semacam peraturan toxic untuk menguasai Jungkook.

Matanya terpejam sejenak.
"Baik.
Tapi.. mulai malam ini aku harus tidak bisa tinggal bersama lagi, sampai nanti.. di waktu yang kita belum tau kapan."

Genggaman Jungkook terlepas. Hati Jungkook mencelos terkejut.
"Hyungie.. Jangan-"

"Ini untuk kamu, Jungkookie. Lakukanlah agar nanti kamu tidak perlu merasa bimbang lagi tentang dirimu dan kita..!"

Getaran sengatan panas mengaliri aliran darah hingga membuat Jungkook lemas. Pipinya basah.
"Hyungie.."







Sudah klik vote?
Lanjut..♡

Taekook Short Storiesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن