callmeelia 49 end

16.5K 767 17
                                    

Hai readers
Jangan lupa vote dan komen


Kalian sudah berada di akhir cerita
Terima kasih sudah membaca cerita ini


Thank you

~happy reading~





Tiba tiba Garry meraih pistol Zhafira yang ditendang Elia dengan ngesot sambil menahan rintihan yang keluar dari bibirnya. Pistol tersebut ia arahkan kepada Max dengan tubuh bergetar

DORRR!!!

Max berhasil menghindar karena ia melihat dari ekor matanya tapi...

DORRR!!!
DORRR!!!

Dua tembakan tersebut mampu membuat Elia yang sibuk mengeluarkan isi perut Kalila menengok ke asal suara. Ia terdiam seketika. belatih yang ia genggam lolos dari tangannya. Tangannya seakan lemas hanya dengan menggenggam belatih tersebut

Ia berdiri berjalan pelan pelan dengan tubuh yang dipenuhi darah, air mata yang ia tahan luruh seketika saat mendapati seorang pria terbaring lemah dengan darah yang keluar dari perut dan juga dadanya

Ia terduduk lemas disamping laki laki tersebut.
"Xa-xan" ucapnya bergetar

"Xan hiks....XANNNN!!!! BANGUNNN!!!!" Teriaknya histeris sambil mengguncang tubuh Max yang penuh dengan darah para musuhnya

"Xannn hikss heii bangun...bangun sayang" ucapnya sambil Menaruh kepala Max di pahanya sambil menepuk wajah Max berharap bangun

"XANNNN!!!! BANGUNNN!!! HIKS....BANGUNN ANJINGG!!! LU UDAH JANJI SAMA GUE UNTUK SELALU ADA DISAMPING GUE HIKS...bangun xann!!"

Mereka semua yang melihat itu menahan air matanya, saat melihat rapuhnya seorang Elia, mengingat bagaimana perjuangan mereka berdua dalam mengusut tuntas masalah ini, saling menjauhi, acuh dan bersikap seperti tidak saling mengenal untuk mengklabuhi para musuhnya

Giliran mereka bersama malah dipisahkan dengan takdir masing masing.

"He-i sa-syang ja-ngan nangis" ucap Max saat membuka matanya perlahan menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya

"Xann hei kamu bangun, bertahan ya kita kerumah sakit okeh" ucap Elia lembut

Max menggeleng sebagai jawaban
"Sakit El, gue mau tidur"

"GAKK!!! JANGAN TUTUP MATA LU BRENGSEKK!!! CEPET KALIAN BAWA XEN KERUMAH SAKITT, CEPET SYALANN JANGAN DIAM AJ HIKS..." Tangisnya histeris

"Kalau kalian gak mau bawa Xan, biar gue aj. Hikss...Ayo Xan kita kerumah sakit"

ucapnya berusaha menggendong tubuh Xan tapi terjatuh, ia trus mencoba lagi dan lagi dengan air mata yang trus menetes tapi tidak berhasil tubuh Elia seakan lemas.

Mereka yang melihat entah kenapa tidak bisa bergerak sama sekali untuk menolong Elia dalam membawa Xan, seakan akan tubuh mereka mati rasa secara mendadak.

"Gak El, bi-arkan g-gue pe-rgi setidaknya janji gue untuk meninggal lebih dulu terkabul"

Elia menggeleng kepalanya kuat
"Gak Xan kita harus sama Sama lagi, kalau lu sembuh hiks... Gue gak akan kembali kedunia gue, gue mau disini sama lu"

"G-gak El uhukk.. tem-pat lu gak disini, gue cuma karakter fiksi, gue cuma buatan sang penulis" ucapnya terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya

Elia menangis kencang saat mendengar penuturan Max, ia mengingat hal itu Max hanya karakter fiksi dinovel yang ia masuki. Tapi ia sudah terlanjur jatuh pada karakter fiksi yang penulis buat.

"Ja-di bia-rkan akhh gue pergi dengan ten-ang" ucapnya terbata bata

"Hiks... Xan kalau ini yang lu mau, gue akan lepasin lu. Terima kasih sudah memberi banyak kenangan didunia novel ini. Terimakasihhh. Selamat tinggal kekasih novel ku " bisiknya mengecup kening Max sekilas 

tepat saat kalimat terakhir itu terucap dibibir Elia Max menghembuskan nafas terakhirnya

"Hiks....hiks...XANNNNN!!!!!" Teriak nya dengan mendekap kepala xan untuk terakhir kalinya

°°°°°°°°

Elia memang pulang membawa kematian bagi sang antagonis tapi ia juga membawa kematian bagi sang tokoh utama dihatinya. Membawa setiap kenangan yang Max berikan padanya dengan ijin sang penulis

Cerita ini sudah selesai dengan ending nya masing masing. Elia sukses membangun karakter bodohnya dalam novel dandelion ini, membuat para pembaca geram dengan tingkah dan sifat Elia yang terlalu menyeyeye dalam mengusut tuntas masalah dinovel ini.

Ia hanya manusia biasa, takdir novelnya tergantung pada sang penulis novel, ia hanya mengikuti setiap alur yang diberikan sang penulis, tanpa mengubah alur tersebut.

Dengan ijin sang penulis ia sukses membawa pulang semua kenangan dan cinta dari sang tokoh tokoh dalam cerita ini.

Terima kasih untuk mu sang Fantasi

❛ 𝑻𝒆𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝒎𝒖,𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒇𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒚𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒅𝒑𝒕 𝒌𝒖 𝒈𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎.𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒊𝒓𝒐𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒕𝒖𝒎𝒑𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒕𝒂𝒔 𝒔𝒖𝒄𝒊 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 *'𝑲𝒊𝒕𝒂'*❜ Elia

                               

   End

___________________________________________

Terima kasih sudah membaca cerita ini mohon maaf jika ada kesalahan disetiap bab cerita.

Sampai jumpa dicerita selanjutnya

Thank you ♡♡

                           

                         



CALL ME ELIA  [Revisi Ulang]Where stories live. Discover now