INTUISI : 23

19 2 0
                                    

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan akhirnya Bentang dan teman-teman seangkatanyya sampai ke lokasi camp dengan selamat dan tanpa kurang suatu apa pun. Setibanya disana matahari sudah terik membuat mereka mengeluhkan hal yang sama, yaitu panas.

Termasuk juga Kinara yang saat ini sudah terkapar lemah dibawah sebuah pohon rindang yang tak jauh dari tenda. Dilehernya terkalung sebuah alat seperti pendingin yang bentuknya mirip seperti headphone tapi tidak ada lingkaran di kedua ujungnya. Alat itu merupakan pemberian dari Kafka. Ah betapa pengertiannya cowok tampan itu kepada Kinara. Bahkan Bentang pun tidak ingat untuk membawa kipas mini atau pun semacamnya untuk Kinara.

Kinara duduk sendirian di bawah pohon itu menyaksikan teman-temannya yang begitu asik memasang tenda-tenda tempat mereka tidur malam nanti, dan juga besok. Sebenarnya Kinara sangat ingin bergabung dengan yang lain untuk ikut memasang tenda. Ya walaupun dia tidak bisa tapi kan setidaknya dia bergerak. Tidak seperti sekarang santai-santai menonton lalu tinggal terima bersih.

Meskipun temannya yang lain tidak ada yang mencibir karena mereka semua sudah paham tapi, Kinara tetap merasa tidak enak. Namun bersantai sendirian begini juga bukan maunya Kinara. Salahkan saja tubuhnya yang too sensitive dengan suhu. Kalau dia memaksakan diri berjemur di lapangan itu yang ada malah kulitnya akan melepuh dan berujung menyusahkan banyak orang.

"Dek, Mamanya mana?" Ledek Kafka yang kehadirannya tidak disadari oleh Kinara karena asik tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Lagi cari Papa baru." Sahut Kinara asal membuat Kafka terkekeh.

"Nih, makan dulu. Lo pasti laper kan?"

Kafka menyodorkan sebuah kotak bekal berukuran besar yang berisi buah-buahan. Makanan kesukaan Kinara.

"Banyak banget, Kaf. Buat gue semua ini?" Kafka tersenyum mengiyakan.

"Di habisin ya, Ki. Gue kesana dulu." Pamitnya lalu beranjak dari sana. Tapi baru saja selangkah Kinara memanggilnya.

"Kaf... "

Kafka menoleh begitu mendengar panggilan Kinara.

"Makasih banyak." Ucap Kinara diiringi senyum cantik.

Kafka jelas terpesona dengan senyum Kinara. Apalagi ketika tersenyum mata Kinara menyipit, sangat imut dimata Kafka hingga membuatnya jatuh cinta kepada gadis itu setiap hari.

"Sama-sama calon pacar." Jawab Kafka sambil mengacak pelan rambut Kinara yang akhir-akhir ini selalu dibiarkan tergerai.

***

"Oke temen-temen boleh minta perhatiannya sebentar?"

Kafka selaku ketua OSIS  menginteruksi seluruh teman-temannya untuk berkumpul membuat barisan dan semuanya menurut. Termasuk juga para guru dan keamanan pendamping yang ikut serta disana.

"Agenda kita hari ini nggak banyak mengingat kondisi badan yang masih capek sehabis perjalanan. Jadi malem ini cuman ada dinner biasa dan api unggun kecil-kecilan. Tapi sebelumnya, saya mohon kesediaan dari sebagain temen-teman untuk cari ranting kayu di dekat sini. Jadi setelah barisan ini saya bubarkan temen-temen semua langsung bikin dua kelompok ya, kelompok yang ada di sebelah kanan saya tetep stay disini untuk bantu kita menyiapkan hidangan makan malam, dan kelompok di sebelah kiri saya akan mencari ranting kayu yang akan kita gunakan untuk membuat api unggun. Apa ada yang keberatan dengan intruksi dari saya? Silahkan angkat tangan?"

Wah, meski bukan pertama kalinya. Tapi Kinara selalu kagum saat melihat Kafka seperti sekarang. Bediri tegak dengan kepercayaan diri maksimal menampilkan wibawa serta jiwa pemimpinnya. So, Gorgeous!

INTUISIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora