INTUISI : 10

64 5 0
                                    

Sepulang dari masjid tadi, Bentang lanjut melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu olahraga. Sama seperti hari kemarin, pagi ini pun ia masih memilih lari di taman komplek ketimbang di ruang olahraga Ayahnya. Rasanya lebih fresh dan menyenangkan berada di alam bebas. Apalagi dirinya ditemani oleh si cantik Kinara, yang senyumannya lebih indah dari pada matahari terbit. :p

Tadinya ia sudah menentang keras keinginan gadis itu untuk ikut lari pagi dengannya. Tapi mendadak ia tidak tega saat mendengar Kinara berbicara.

"Boleh dong Ben, please. Janji aku bakal anteng dan nggak capek-capek."

"Nggak boleh juga? Bentang jahat banget serius."

"Parahnya abis ini aku bakal ditinggal sendirian."

Akhirnya dengan training dan kaos serba hitam cowok itu mulai berlari disekitar taman. Tentu saja posisinya tidak jauh dari Kinara yang menepati janjinya duduk manis di bangku taman sambil menggenggam satu cup jus alpukat. Sesekali gadis itu melambaikan tangan kepada Bentang diiringi senyuman lepas. Dan dibalas Bentang dengan tawa kecilnya.

Dari tempatnya Bentang memandang Kinara dalam-dalam. Ia merasa jika waktu berlalu begitu cepat. Kinara kecilnya yang dulu suka menangis dan mengadu kepadanya tentang banyak keresahan, sekarang sudah tumbuh menjadi gadis super cantik dengan segala kelebihan.

"Ben liat sini dong!" Ujar Kinara girang sambil menyorot Bentang menggunakan kamera ponselnya.

Bentang menurut.

"Senyum ya. One, two sweet cheeze!"

Satu potret Bentang ditaman pagi ini berhasil menambah koleksinya di folder rahasia. Bedanya kali ini Kinara mengambil gambar dari objek favourite nya secara terang-terangan. Dan mendapat kualitas foto yang nyaris sempurna. Minus karena foto itu diambil dari jarak yang sedikit jauh.

Bentang menghampiri Kinara beberapa menit kemudian dengan rambut acak-acakkan dan wajah penuh keringat.

"Elapin Ki." Pintanya pada Kinara yang saat ini masih hanyut dalam pesonanya.

Apalagi saat melihat cowok itu membasahi rambutnya dengan air mineral lalu menyugarnya beberapa kali. Kinara sampai menggigit bibir bawahnya.

"Ki..."

"Um?" Jawab Kinara sembari mengerjap, berusaha mengambil kembali kesadarannya.

Bentang menuntun tangan Kinara ke wajahnya. Gadis itu bahkan tidak tahu sejak kapan ia menggenggam sapu tangan hitam milik Bentang.

Meski debaran jantungnya kian menggila, ia tetap menuruti keinginan Bentang, ia jelajahi wajah rupawan itu dengan tangannya. Sesekali ia menyentuh rambut gondrong Bentang yang basah. Jangan tanya seberapa gugup Kinara saat hangat nafas Bentang yang masih memburu itu terasa di wajahnya. Terlebih lagi tatapan mata Bentang yang terus tertuju kepadanya.

Sampai tiba-tiba tatapan keduanya bertemu. Dengan jarak wajah sedekat ini, Kinara tidak mampu mengimbangi sepasang bola mata Bentang yang menyorotnya sangat dalam. Kinara lantas menunduk, menatap kedua tangannya yang entah sejak kapan berada di dalam hangatnya genggaman Bentang.

"Jalan sama aku yuk, Ki?" Ajak Bentang dengan wajah meyakinkan.

"Sekarang?" Tanya Kinara polos dan dianggukki Bentang.

"kamu... 'kan harus sekolah."

"Aku mau bolos hari ini ... Sama kamu."

Kinara memukul dada Bentang kemudian keduanya tertawa.

Dalam hati Kinara bertanya, mungkinkah ini clue bahwa perasaannya akan segera terbalas?

Ya, Tuhan, boleh kah?

****

Syafa sempat keheranan melihat anak laki-laki semata wayangnya malah santai di ruang keluarga dengan pakaian rapi, tapi bukan seragam sekolah. Seiingatnya, Bentang tidak pernah membolos sekolah kecuali dia punya alasan super penting dan mendesak.

Tadinya ia ingin menanyakan apa alasan putranya itu berpakaian rapi sepagi ini selain sekolah? Tapi mendadak Syafa paham begitu melihat Kinara berjalan menuruni tangga dengan penampilan yang sama rapi nya dengan Bentang.

Mereka berdua mau pergi?

Setidaknya itu lah yang ada di pikiran Syafa. Sedari tadi dokter cantik itu hanya melihat kedua remaja itu dari balik dapur, ia tak mau mengganggu mereka dengan pertanyaan nya. Dia memperhatikan sikap Bentang yang amat sangat perhatian terhadap Kinara. Melihat gaids cantik itu sedikit kesusahan menuruni tangga karena memakai heels, Bentang langsung sigap berlari menyusul dan menggandeng. Terlihat sekali bahwa putra nya sangat menyayangi Kinara.

Syafa tersenyum lebar menyaksikan kehangatan diantara keduanya. Ia bangga kepada putra kecilnya yang kini sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang penyayang dan bertanggung jawab.

"Cantik banget sih, Ki! Nggak salah nih, aku pilihin bajunya". Puji Bentang dengan senyum sumringah.

Yang di puji sudah tersipu malu sambil memilin ujung dress berwarna putih pemberian Bentang yang saat ini dia kenakan. Sangat nyaman, dan memang terasa pas sekali di badannya. Bentang memang paling paham apa pun soal dirinya. Kecuali...

perasaannya.

"KINARA AZALEEA SYAQIB "

Suara Bentang barusan membuat lamunannya buyar.

"Maaf Ben, aku ngelamun."

Bentang mengusap kepala Kinara lembut sekali seraya berkata, "kamu kebiasaan ya, dimana aja ngelamun. Lagi mikirin apa sih, Ki?"

Kinara menggeleng pelan. "Nggak ada kok. Ayuk berangkat sekarang, kata kamu tempat nya jauh nanti kemaleman."

Bentang mengangguk, sambil tetap menggandeng Kinara sampai masuk kemobilnya. Meski gadis itu sempat protes dan berkata "aku bisa sendiri, Ben." Tapi Bentang tetap bersikeras untuk menuntunnya, takut saja kalau-kalau Kinara jatuh atau terpeleset.

Anggap saja Bentang ini hiperbola. Tapi memang hanya Kinara yang mampu membuat Bentang takhluk.

"Aku kaya pengen es krim deh, Ben." Ucap Kinara tiba-tiba.

Bentang mengangguk, "Kita mempir di depan ya." Dianggukki Kinara.

"Eh, tapi nggak jadi deh! Tiba-tiba pengen matchalatte, ke starbucks ya!"

Bentang menghela nafas pelan, untung saja perempuan itu Kinara. "anything for u girl"

***

Setelah beragai drama Kinara yang meminta berbagai macam jajan, akhirnya kini Bentang bisa mengemudi dengan tenang. Siang itu Jakarta hujan, Bentang menyalakan musik agar tidak terlalu hening. Sedangkan Kinara, gadis anggun itu sudah terlelap disamping Bentang sejak setengah jam yang lalu, dengan tubuh meringkuk dibalut selimut. Sesekali Bentang mengusap lembut wajah damai Kinara. Wajah kinara yang terpejam seperti ini menjadi berkali-kali lipat lebih cantik dimatanya.

Terkadang Bentang penasaran, apa saja yang di lakukan mama Syahra dulu sewaktu ia mengandung sehingga dia mampu melahirkan anak perempuan bak bidadari seperti Kinara ini.

Tersadar dari lamunannya, akhirnya mereka berdua sampai di suatu villa dengan view yang menganggumkan. Pantai Biru yang indah, dengan hamparan pasir cantik.

Bentang yang tak tega membangunkan Kinara akhirnya memutuskan untuk menggendong gadis itu sampai ke kamar yang sudah mereka siapkan. Membiarkan Kinara beristirahat dahulu sembari dia menyiapkan rencananya.

****

INTUISIDove le storie prendono vita. Scoprilo ora