INTUISI : 13

57 4 0
                                    

"Kamu yang selalu sibuk, nggak pernah pulang kerumah sampai anak sendiri pun nggak pernah kamu perhatiin. Aku curiga kamu punya perempuan lain diluar Mas!" Kedua bola mata Syahra berapi-api menatap Syaqib. Nafas nya memburu.

"Aku selama ini sibuk kerja semata-mata buat kamu sama Kinara, anak kita. Nggak baik kamu bicara seperti itu, Sya. Bahkan berfikir untuk mengkhianati kamu pun aku sama sekali nggak pernah." Lembut Syaqib berusaha menenangkan amarah istrinya yang sering kali meledak-ledak.

"Halah! Bullshit!" Bantah Syahra langsung. "Bahkan tadi kamu mau bawa Kinara kerumah sakit kan'? Udah gila ya kamu Mas! Kamu bahkan lupa anak kita punya trauma. Ayah macam apa kamu ini!"

Syaqib mengusap wajahnya kasar. "Aku lupa, Sya. Aku lupa karena terlalu panik liat kondisi anak kita tadi. Sumpah Sya.. Aku nggak pernah mau nyakitin kamu sama Kinara, dan nggak akan pernah. Apalagi selingkuh, it's never!"

Syahra menangis, rasanya terlalu menyesakkan untuk ditahan. Setiap kali Syaqib pulang, ada saja kecurigaannya yang membuat keduanya bertengkar.

"Syaa.." Syaqib mendekati istrinya, menyentuh bahunya bermaksud ingin memeluk.

Namun Syahra dengan cepat menepisnya. "Aku bahkan belum bisa percaya lagi sama kamu, Mas!"

"Sya.. Aku bersumpah demi Kinara bahwa aku nggak pernah punya perempuan lain selain kalian berdua. Kamu harus percaya sama aku."

Syahra masih menangis. "Terus perempuan yang gandeng kamu di hotel blora kemarin siapa, Mas? Bisa nggak kamu jelasin sama aku?"

Syaqib menarik nafas dalam-dalam. "Namanya Fani, dia klien penting aku waktu itu. Dan soal gandengan itu karena mau ambil foto untuk iklan perusahaan. Cuman itu aja Sya nggak lebih."

"Bullshit! Kalian bahkan masuk kedalam kamar yang sama malem itu Mas! Kamu brengsek!" Syahra semakin kencang menangis, mengungkapkan semua yang dia pendam berminggu-minggu itu terasa semakin menyakitkan.

"Sya sejauh apa kamu mata-matain aku?"

Syahra tersenyum miring. "Ngaku kamu sekarang?"

"Mau kamu apa, Mas? Kamu mau keluarga kita berantakkan apa gimana?"

"Syaa.." Syaqib menatap tak berdaya kepada istrinya.

"Aku kurang apa sih, Mas? Apa kurang nya aku di bandingkan perempuan itu?" Syahra mengguncang bahu suaminya.

"JAWAB AKU MAS SYAQIB!"

Syahra meneriakki suaminya dengan keras.

"Syaa.. Aku sangat mencintai kamu. Dari dulu sampai sekarang perasaanku nggak pernah berubah. Dan aku nggak pernah berduaan sama perempuan manapun dikamar. Apalagi Fani, dia perempuan baik-baik Sya.. Aku yakin kamu pasti salah liat."

"Cukup Mas! Aku udah muak denger semua kebohongan kamu!"

****

Bentang tetap berada di sisi Kinara sejak tadi tak beranjak sedikitpun. Bahkan saat bundanya meminta dirinya mandi dan sarapan pun lelaki itu sama sekali tak menghiraukan.

"Ben, mandi dulu ya nak, abis itu kamu sarapan. Biar Bunda yang jagain Ki." Bujuk Syafa sudah yang kesekian kalinya.

Bentang menggeleng. "Bentang mau disini aja Bun sampai Kinara sadar."

"Kamu kalau di sekolah jagain dia kan' Ben?"

Bentang mengangguk. "Jagain lah! Pasti!" Sahut Bentang nge-gas.

"Kamu tau dong makanan apa aja yang di konsumsi Kinara seminggu kebelakang?"

Bentang mengerutkan dahi nya samar. "Ki itu kalau makan dijaga banget kok Bun, kalau nggak bawa bekal ya makanan kantin. Selain itu mungkin Es krim."

INTUISIWhere stories live. Discover now