INTUISI : 02

107 5 0
                                    


"Ki"

Kinara menoleh ke belakang dan mendapati seorang cowok dengan seragam berantakkan berjalan kearahnya disertai senyum lebar. Satu tangannya menggenggam setangkai bunga mawar merah beserta sebuah kotak kecil di tangan lainnya.

Kinara menghela nafas berat ketika cowok itu sampai di hadapannya "Kenapa lagi lo? Mau jadi anak berandal pake dasi di kepala?" Omelnya.

Cowok itu tersenyum. "Rapihin dong!" Titahnya membuat Kinara kembali menghela nafas.

Meski dengan wajah yang ditekuk, sepasang tangan Kinara tetap melepas dasi cowok itu lalu memakaikannya ke leher seragam dengan benar dan telaten.

"Lo ngapa sih hobi banget dandan urakan? Nggak malu sama jabatan?" Kinara mengomel lagi begitu kegiatannya selesai.

"Suka aja, biar di omelin sama lo kaya gini."

Kinara mendengus. "Gila! Gue nggak suka cowok berantakan."

"Tau, Ki. Tiap hari lo ngomong gitu ke gue." Cowok itu tak mengalihkan tatapannya dari Kinara barang sedetikpun.

"Apaan sih, lo? Nggak usah kebiasan deh!" Protes Kinara menutup kedua mata cowok itu menggunakan tangannya.

"Minggir, Kaf! Gue mau lewat." Kinara sebal karena jalannya terus saja di halangi oleh tubuh cowok itu.

"Disini dulu, Ki. Gue mau ngomong." Kata cowok itu menyorot Kirana dalam-dalam.

Melihat tatapan itu membuat Kinara menelan salivanya. Dirinya paham betul apa maksud dari cowok itu.

"Kaf, lo--"

Mata Kinara membola saat mendapati cowok itu berlutut di depannya dengan sebuah cincin dan bunga. Sontak seluruh mata siswa di koridor itu terpusat pada mereka berdua.

"Be my girlfriend, Ki, please? ... "

"CIEEEEE!!!"

"TERIMAAA TERIMA TERIMAA!!"

Kinara mengedarkan pandangannya dan mendapati sosok Bentang beridiri tak jauh dari sana bersama Bara dan yang lainnya. Bentang tersenyum kepada Kinara, juga memberikan isyarat anggukkan bermaksud agar Kinara menerima perasaan cowok yang masih berlutut di hadapannya. Kinara menghela nafas berat lalu mengalihkan atensinya dari Bentang.

"Kaf, enough!" Ucapnya, namun ucapannya tak dihiraukan.

Cowok itu menggeleng. "Gue bakal jadi cowok yang rapi, Ki. Gue janji! Selama ini gue sengaja berantakkin seragam gue semata-mata buat dapet perhatian dari lo."

Gue tau, Kaf, sahut Kinara dalam hati.

Kinara memegang kedua bahu cowok itu, mengajaknya bangun kemudian memeluk tubuh kekar itu. Tindakkannya membuat suasana koridor XI MIPA kian berisik.

"Sorry, Kaf, gue nggak bisa." Bisik Kinara sangat pelan.

"Lagi, Ki?" Cowok itu melepas pelukkan Kinara, menatap sendu kepada mata indah yang sangat ia kagumi itu.

Kinara mengangguk. "Maaf."

'Maaf' hanya kalimat itu yang mampu Kinara ucapkan.

"Gue kira hari ini bakalan berhasil. Tapi ternyata belum ya?"

Kinara diam dan menunduk, memutus kontak mata mereka.

"It's oke, Ki. Masih ada besok kan? Besok gue coba lagi, semoga aja diterima. Doain gue ya, Ki!" Katanya dengan senyuman seraya memegang kedua sisi pipi Kinara yang tertutup rambut.

Tanpa melihat pun Kinara tahu jika cowok baik itu sedang melebarkan senyumnya, senyuman menyedihkan yang membuat Kinara semakin merasa bersalah.

"Maaf, Kaf. Gue nggak bisa balas perasaan lo."

INTUISIWhere stories live. Discover now