INTUISI : 21

20 2 0
                                    


Sekarang masih hari senin dan Kinara sudah merasa lelah sekali. Tubuhnya lemas sejak kemarin meskipun dia memang tidak sakit. Kinara mencatat poin-poin penting mata pelajaran yang diterangkan oleh guru di hadapannya saat ini. Meski tidak bertenaga, tapi Kinara harus tetap fokus pada materi karena minggu depan mereka akan melaksanakan UAS. Dan Kinara tidak boleh turun dari posisi juara 1 terbaiknya saat ini atau Syahra akan sangat kecewa kepadanya.

Sebenarnya Kinara muak harus terus memenuhi ekspektasi orangtuanya. Tapi biar bagaimanapun hanya dia satu-satunya harapan Mama dan Papa jadi dia tidak boleh egois. Terlahir sebagai anak tunggal memang membuatnya harus menjalani hidup yang seperti ini. Terkadang dia iri kepada Bentang karena Ayah dan Bundanya tidak pernah menuntut apa pun. Bentang itu bebas menentukan jalan hidup yang dia mau, cita-citanya dan kegiatan apa saja yang mau dia lakukan.

Tidak seperti dirinya yang hidupnya sudah di atur sedemikian rupa oleh Syahra. Bukannya tidak bersyukur, tapi terkadang Kinara juga ingin merasa bebas. Bebas melakukan hal-hal yang dia sukai tanpa harus memenuhi ekspektasi siapa-siapa. Jujur saja, menjadi sempurna seperti yang dikatan orang-orang tidak membuat dirinya bahagia.

Jika bisa memilih, Kinara ingin hidup menjadi perempuan yang biasa saja. Bisa melakukan hal yang dia inginkan, tidak mendapat tekanan dari siapa-siapa lalu merasa bahagia. Enjoy, Kinara ingin menikmati hidup dan masa mudanya dengan caranya sendiri. Tapi sepertinya dia harus membuang mimpi itu jauh-jauh.

"Ki? Mau pulang bareng gue nggak?" Tawar Salisa begitu bel pulang berbunyi.

Kinara menoleh sebentar kepada Salisa kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya membereskan alat belajar lalu dimasukkan kedalam ransel. "Thank you, Sal. Tapi gue bareng Ben aja mau ke tempat les soalnya."

Salisa berfikir sebentar lalu mengangguk. Tapi sedetik kemudian raut wajahnya berubah. " Eh tapi Ben bukannya ada latihan ya, Ki? Kan lusa mau final futsal."

Kinara menepuk jidatnya pelan. "Gue lupa." Ucapnya dengan bahu yang merosot lesu.

Pasalnya, akhir-akhir ini mereka jarang sekali bisa quality time. Bertemu pun hanya saat makan siang di kantin saja. Selebihnya mereka tenggelam dengan aktivitas masing-masing. Bakan weekend kemarin pun mereka sama sekali tidak bertemu. Bentang yang sibuk dengan tim futsalnya juga Kinara yang sibuk dengan perisapan penampilan ballet nya Karena besok adalah penentuan juara pertama.

"Gimana, Ki? Mau bareng?" Tawar Salisa sekali lagi yang dibalas gelengan pelan oleh Kinara.

"Nggak usah, Sal. Gue minta jemput pak Ega aja. Ntar lo muter lagi kalau nganter gue, tempat les gue beda arah sama rumah lo."

"Lo yakin, Ki?" Tanya Salisa sekali lagi.

Kinara mengangguk mantap. "Iya, Sal. Lo duluan aja. Bentar lagi palingan Pak Ega sampe." Bohong Kinara.

Bagaimana mungkin sebentar lagi sampai sedangkan Kinara saja sama sekali belum menghubungi Pak Ega. Dalam hati kecilnya dia masih berharap agar Bentang lah yang akan mengantarnya.

Bentang
online

Ki, dimana?
15:48

Belum saja Kinara selesai mengetikkan balasan pesan untuk Bentang, cowok itu sudah muncul tepat di hadapannya membuat Kinara terkejut.

"Ben kaget tau!" decak Kinara sambil memegangi dadanya.

Sekolah sudah sepi sejak beberapa menit lalu tapi Kinara masih bertahan di depan kelasnya sendirian lalu tiba-tiba saja Bentang menyentuh bahunya, rasanya jantung Kinara akan copot saking terkejutnya.

Bentang merangkul pinggang Kinara yang hampir saja terjungkal kebelakang tadi. "Maaf, Ki. Maaf banget."

Kinara menarik nafas pelan-pelan membuang rasa shocknya. "Kamu kata Salisa ada latihan ya hari ini?"

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang