INTUISI : 16

56 2 0
                                    

 
Siang hari menjelang sore, Bentang, Kenzo dan Bara serta anggota tim lainnya masih berada di lapangan futsal indoor untuk latihan terakhir mereka sebelum menghadapi pertandingan, lusa. Hari ini mereka berlatih cukup lama karena besok sudah tidak ada latihan lagi. Satu hari sebelum pertandingan mereka tidak boleh ada kegiatan yang melelahkan fisiik, mereka harus mengisi energi.

Sedangkan Randi, cowok itu sudah kembali mrngikuti pelajaran dikelas sejak satu jam yang lalu. Tepatnya saat Kinara memutuskan untuk kembali masuk kelas. Karena memang dia hanya diminta untuk menjaga Kinara yang kekeuh ingin menonton Bentang latihan. Ya, dalam geng nya hanya Randi sendiri yang bukan anggota tim cabang olahraga sekolah. Cowok itu sempat ditawarkan menjadi anggota tim basket dan futsal, karena postur tubuhnya tinggi dan cukup proporsional. Tapi, entah kenapa sepertinya cowok itu sama sekali tidak tertarik dengan dunia olahraga.

"Inget, sehebat apapun permainan kita, jangan pernah nyepelein lawan. Jangan pernah sombong karena kita belum pernah kalah. Belum pernah bukan berarti nggak pernah, kekalahan bisa dateng sama kita kapan aja."

Semua anggota menganggukki perkataan coach Handi.

"Untuk Bentang, tolong fokus ya. Saya liat dari tadi kamu banyak melamun."

Sontak semua mata menatap Bentang.

"Maaf, Coach. Saya akan berusaha untuk lebih fokus lagi."

Coach Handi menepuk pundak Bentang dua kali, "besok ajak Kinara ke pertandingan, Ben. Saya rasa kamu akan lebih fokus kalau Kinara dalam jangkauan."

Bentang langsung mengangguk tanpa beban, "Thank you, Coach."

"Oke come on, Dude! Kita latihan lagi untuk yang terakhir. SEMANGAT-SEMANGAT!!"

Semua langsung menurut, berlari kembali menuju lapangan untuk melakukan latihan yang terakhir. Sebenarnya permainan mereka semua tidak perlu diragukan. Tapi tetap saja pelatih mereka selalu melakukan latihan keras tiap kali akan menghadapi pertangdingan.

Tapi mendadak ditengah-tengah latihan, Randi meneriakki nama Bentang sambil berlari dari arah pintu. Dari raut wajahnya terlihat sekali cowok itu sedang panik. Terpaksa latihan kali itu terjeda.

"Ben, gu-- gue itu--"

"Apaan, Ran? Ngomong yang bener!" Kata Bentang ikut panik.

"Kinara, Ben, dia--" 

Randi berbicara patah-patah karena nafasnya masih tersengal akibat lari. Bayangkan saja dari gedung IPS ke gedung olahraga cowok itu harus melewati gedung perpustakaan yang sangat luas, kantor guru, lapangan basket, sampai toilet yang memanjang.

"Kenapa Kinara?" Kali ini Bentang sangat panik.

"Itu tadi anak-anak bilang dia sama Kara berantem."

Damn!

Bentang langsung berlari keluar lapangan begitu saja tanpa menghiraukan panggilan dari pelatih mereka. Tidak ada lagi pertandingan di dalam pikirannya, yang ada hanya Kinara.

Dan tepat di ambang pintu, tubuhnya hampir saja menabrak tubuh mungil Kinara. Untung saja tangannya dengan cepat meraih pintu menahan badannya.

Keduanya bersitatap cukup lama, dengan wajah Kinara yang memerah menahan tangis sedari tadi. Bentang maju lalu menangkup wajah cantik itu, "kenapa, Ki? Kata Randi kamu beran-"

Belum sempat Bentang menyiapkan kalimatnya, Kinara sudah lebih dulu menghambur ke pelukkannya lengkap dengan isak tangis yang membuat hati Bentang mencelos.

Tentu saja pemandangan itu tidak luput dari mata semua orang disana.

Bentang memberi isyarat kepada Bara untuk mengosongkan lapangan indoor agar dia bisa fokus menenangkan Kinara. Untung saja pelatihnya tidak mengeluarkan protes apapun, terlihat sangat pengertian sekali. Bahkan sebelum keluar ia sempat menepuk lagi bahu Bentang dua kali sambil berbisik, "good luck, Dude."

Bentang mengangkat tubuh Kinara untuk ia dudukkan diatas tribun. "Siapa yang udah berani buat kamu nangis, Ki? Can you tell me, please..."

"Ini." Kinara meyodorkan HP-nya kepada Bentang masih dalam keadaan sesenggukkan.

Reka adegan Kara yang melontarkan kalimat panjang lebar kepada Kinara terputar dengan jelas. Video itu sudah menyebar dan menjadi trending topik, padahal belum ada setengah jam berlalu.

"Aku malu, Ben. Kamu tau 'kan aku nggak pernah di roasting sama siapa pun seumur hidup aku."

Bentang mengeratkan pelukkannya pada Kinara, gadis cantik yang amat sangat dia sayangi sejak kecil. Tak perlu Kinara ucapakan, Bentang sudah sangat paham bagaimana hancurnya perasaan Kinara sekarang.

"Aku bakal beresin masalah ini sebelum besok pagi. Kamu tenang dulu ya, jangan nangis terus nanti kepalanya pusing." Ucap Bentang lembut seraya menghapus jejak air mata di wajah Kinara, meski gadis itu tetap belum berhenti menangis.

"Ki, heii ... jangan nangis terus, please," Bentang mengecup kedua bola mata Kinara yang tertutup.

"Kamu percaya sama aku 'kan?" Kinara mengangguk.

"Liat mata aku, Ki." Lembut Bentang karena sedari tadi Kinara hanya menunduk, dan gadis itu menurut.

Bentang menyorot Kinara dalam sekali dengan jarinya yang masih setiap mengusap pipi basah Kinara. "Everything's gonna be fine, I'm promise you, Ki. Aku janji nggak akan ada lagi yang boleh bikin kamu sakit."

Kinara mengagguk berkali-kali, tatapan keduanya masih bertemu dan mata cantik Kinara masih saja basah. Bentang kembali menarik tubuh gadis itu kedalam dekapannya, mengecupi surai coklat itu berkali-kali. Hingga isak tangisnya perlahan mereda dan gadis itu menjadi tenang dengan nafas yang teratur.

Kinara tidur.

Bentang tersenyum melihat wajah damai itu. Dengan gerakkan super lembut dia membersihkan jejak air mata di wajah Kinara lalu menggendongnya menuju mobil milik Randi. Iya, Bentang tidak biasa membawa mobil ke sekolah. Hanya sesekali saja ketika dirinya berangkat sekolah bersama Kinara.

Sebelumnya dia sudah mengirim pesan suara kepada Randi dan meminta cowok dingin itu untuk mengambilkan tas miliknya dan juga Kinara, lalu menunggunya di parkiran

"Help me, Ran, bukain pintunya." Ucap Bentang kepada Randi, cowok itu menurut.

"Tolong juga setting-in kursinya ya, Ran." Lagi Randi hanya bisa menurut.

Begitu kursi selesai di setting, Bentang segera memasukkan Kinara ke mobil dengan sangat lembut dan hati-hati.

"Thank's banget gue. Gue balikin mobil lo besok nggak apa-apa 'kan?" Tanya Bentang seraya menutup pintu mobil pelan-pelan. Iya pelan kalau keras-keras nanti Kinara bisa bangun.

Randi mengangguk, "Woles, Ben." Jawabnya "So, lo bakal balik lagi buat latihan atau nggak?"

Bentang menggeleng, "kalau bisa nanti gue balik deh, sampein ya sama Kenzo dan Bara jangan terlalu di arepin, sampein juga maaf gue sama Coach Handi."

Randi mengangguk, "Okay ntar gue bilangin. Take care, Bro." Randi menepuk pundak Bentang dua kali sebelum cowok itu masuk kedalam mobil.

Lalu Bentang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, kalau terlalu pelan dia takut Kinara malah kedinginan karena di mobil Randi tidak ada selimut, dia hanya bisa membalutkan jaketnya pada Kinara. Meskipun dia sudah menaikkan suhu AC tapi perjalanan dari sekolahnya ke rumah Kinara lumayan jauh, memakan waktu hampir satu jam perjalanan dengan kecepatan seperti saat ini. Sangat beresiko dengan tubuh Kinara yang sensitif dengan suhu.

Kedinginan atau kepanasan bisa membuat gadis itu demam. Atau jika suhu udara terlalu panas kulitnya bisa sampai melepuh. Bukannya berlebihan, tapi Kinara memang seperti itu.

***

INTUISIWhere stories live. Discover now