INTUISI : 19

22 2 0
                                    

Meski nyaris terlambat, tapi akhirnya Bentang dan teman-temannya berhasil mengikuti pertandingan. Saat ini, tim Bentang sudah mencetak 2 goal dan 15 menit lagi pertandingan babak pertama akan selesai.

Kinara yang duduk di tribun paling depan tak hentu-hentinya berdecak kagum melihat kelincahan Bentang di lapangan. Gadis itu sangat exicted seolah ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan Bentang bermain futsal. Salisa dan Sean yang berada di samping kanan dan kiri Kinara sampai menutup telinga sesekali ketika Kinara berteriak sekuat tenaga memanggil-manggil Bentang. Tapi meski begitu mereka ikut bahagia melihat keceriaan Kinara yang akhirnya kembali lagi.

"Bentang, you look so gorgeous!" Ucap Kinara dengan mata berbinar ketika Bentang berjalan keluar dari lapangan menuju ke arahnya.

Bentang melambaikan tangan kepada gadis di depannya sambil mengembangkan senyum yang merekah sempurna. Tatapannya terkunci hanya pada gadis itu, gadis paling cantik diantara gadis lainnya di dunia, Kinara.

Bentang tertawa gemas saat berlari kecil untuk bisa lebih cepat menggapai Kinara. Lalu tanpa jeda sedikitpun cowok itu langsung mendekap erat tubuh Kinara yang jadi terlihat mungil dalam kuasanya. Tak lupa dia memberikan kecupan pada seluruh wajah Kinara, hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Seakan tidak tahu tempat, di tribun yang dipenuhi ratusan murid pun Bentang tidak bisa untuk menghilangkan kebiasaan itu. Kebiasaan yang sudah menjadi candu baginya.

"Gila! Kuping gue sakit denger teriakkan netijen. Heboh bener liat lo berdua. Kaya nggak pernah liat aja heran gue." Kenzo berdecak kesal sambil mengipasi telinganya yang memerah.

Iya, karena aksi Bentang yang tidak tahu tempat mengundang reaksi yang super duper heboh dari para murid yang hadir disana. Namun sepertinya Bentang sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya. Cowok itu malah asik berjalan turun dari tribun sambil merangkul leher Kinara. Mau tidak mau kelima temannya mengekor di belakang.

"Sialan si Ben! Kaya bumi ini punya bapaknya aja." Bara mencibir kuat mengundang perhatian orang-orang.

"Biarin aja lah, yang penting doi seneng. Dari pada cari ribut adu skill sama anak orang." Bela Sean dengan tenang seperti biasanya.

Cowok cool itu juga mendapat banyak tatapan kagum sejak awal kemunculannya. Maklum saja soalnya cowok cuek dan dingin seperti Sean ini memang tipe idaman sejuta cewek. Tapi yang ganteng!

"Sal, lo ngapa dah diem aja dari tadi?" Tanya Bara membuat Atensi keempat cowok itu beralih pada Salisa.

Ya, cewek yang biasanya cerewet dan berisik itu hari ini seperti sedang sariawan. Irit bicara.

"Nggak papa gue. Lagi capek aja hari ini." Jawab Salisa sembari membenarkan ikat rambutnya.

"Gue kira karena lo iri liat Ben sam Ki nempel terus." Kata Kenzo asal bicara.

Bara terkekeh sambil memperhatikan sepasang manusia di depan mereka. "Gila sih tapi, vibes nya Ki sama Ben itu udah kaya pasangan yang baru taken. Maunya nempel mulu."

"Taken apaan? Mereka kan sodara." Sean berujar.

Bara tiba-tiba berhenti melangkah membuat teman-temannya heran, dan juga ikut berhenti. Atensi mereka sekarang tertuju pada Bara yang terlihat sedang memikirkan sesuatu di otaknya.

"Kenapa lo, Barbar? Ngapain stuck disitu?" Tanya Salisa heran.

"Kalian sadar nggak sih, guys?" Tanya Bara membuat teman-temannya menggeleng.

"Ben sama Ki itu sebenernya saling cinta gitu. Terlalu naif aja buat__"

"Lo ngomong apa sih, Bar? Ngaco banget!" Potong salisa cepat. "Kena sawan lo?" lanjut Salisa di akhiri kekehan kecil.

INTUISIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora