NAH KAN

683 46 17
                                    

"Kamu terlalu hebat. Di saat dia membencimu kamu masih tetap tulus mencintainya"

****

"Au ah. Capek gue ngomongin dia melulu" Ujar Irsyad dengan nada kesal.

"Susah banget di bilangin" Sahut Abian. Setelah Hampir lima bulan mereka tidak bertemu lantaran Abian terlalu sibuk dengan bisnis ayahnya itu, Dan di markas secarpion ini mereka kembali bertemu lengkap dengan tetua secarpion.

di usianya yang masih terbilang muda. Abian sudah di ajarkan untuk berbisnis oleh ayahnya. Bukan ayahnya yang meminta. Tapi, Abiannya yang meminta itu sendiri. Bahkan Abian sudah bisa meng handle perusahaan ayahnya.

Selepas pulang sekolah. Mereka memutuskan untuk ke markas secarpion. Membahas Noe yang masih saja tidak mau menemui Laras. Lelah? Jelas...

"Laras terlalu hebat"

Mereka sontak menoleh ke sofa yang berada paling pojok. Itu suara dari Reza yang duduk di sofa paling pojok. Cowok itu tidak menatap temannya, melainkan menatap layar handphonenya.

"Maksud Lo?" Tanya vinzo

Reza berdecak. Matanya masih mengarah ke Layar handphone "Di saat Noe benci sama dia. Dia masih tulus mencintainya, hebat"

Mereka terdiam beberapa detik.

"Noe sekarang di mana?" Tanya Abian. Cowok itu menatap ke empat sahabat Noe satu persatu. "Biar gue yang ngomong"

Vinzo berdecak kesal. "Percuma bian. Noe gak dengerin Lo nantinya"

"Di coba dulu emang salah?"

"Serah Lo. Nanti juga Lo nyesel udah ngomong panjang lebar sama dia"

"Sekarang dia di mana?"

"Rumah bokapnya"

Tanpa pikir panjang. Abian segera melangkah keluar markas. Anak laki-laki yang terlahir dari keluarga konglomerat itu hanya tau rumah Noe yang sering kali di huni. Rumah yang lainnya tidak. Toh tidak penting juga kan?

"Gue gak bisa diem aja" Celetuk Satria. Kaki jenjang miliknya itu melangkah keluar markas.

"Mau kemana bang?" Tanya Egend.

Tidak ada jawaban dari Satria. Entah budeg atau sengaja. Kakak Laras itu masih saja melangkah menuju motornya yang terparkir rapih di halaman markas.

****

"Mamaaaa!!!!!...."

Suara yang sangat kencang itu terdengar hingga lantai dua. Bocah laki-laki yang menciptakan suara itu berlari ke arah ibunya.

Dengan tas biru bermotif mobil tayo yang masih di gendong olehnya. bocah itu memeluk erat ibunya dari belakang "Mama... Tadi di sekolah. Temen temen saka pada punya adik. Saka mau kaya mereka maaa..."

Saka Aileen Wijaya namanya. Bocah laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 1 SD itu sudah mahir dalam mengucapkan huruf R. Entah sesuatu apa yang menghasutnya hingga ingin memiliki seorang adik. Padahal dulu, Saka sama sekali tidak menginginkan seorang adik.

Mama saka yang sedang mencuci piring tersenyum lalu membalikkan badannya menghadap anak bungsunya "Mama kan udah tua. Kalo mama sakit nanti siapa yang jagain adik kecil. Saka emang bisa?" Tanyanya.

"Kak Satria kan bisa jagain adiknya maa..."

Teri Wijaya-Ibu Saka sekaligus ibu dari Laras dan Satria itu tersenyum. Ada saja jawaban dari bocah itu, pikirannya "Kak Satria kan harus kerja. Papa juga kerja. Kak Ayas sama kak Noe. Mereka gak bisa jagain adik dong?"

NoLasWhere stories live. Discover now