Pt.3 Part 9

7.3K 554 41
                                    

Break From Toronto - PARTYNEXTDOOR
.
.
.
🎶 that smile on your face
Makes it easy to trust you

"Semangat banget lu tumben." Gusti menaikan alis saat Sammuel mengepak semua gambar kerja yang telah selesai di print pada kertas besar A3 itu kedalam tabung.

Sammuel tersenyum lebar dan berjalan keluar mendahului Gusti, melihat notifikasi Guntur yang baru saja bangun dan terlihat mengosok gigi, terlihat dari foto yang dikirim
kekasihnya itu.

"Dadah, gue mau ketemu bang Elang dulu." Sammuel mengirim voice note disertai tawa diakhir ucapannya pada Guntur, remaja itu benar-benar gemar menguji kesabaran kekasihnya meski tidak benar-benar serius untuk hal itu.

Sammuel memasuki mobil dan melaju berasama Gusti menuju warehouse alat berat yang menjadi tujuan mereka saat ini.

"Desain buat warehouse gini doang sih gampang, Emma juga udah selesai ngitung sama bikin modeling strukturnya kan? cuma struktur baja doang." Ucap Sammuel melihat layar Ipadnya memantau ulanh desain miliknya untuk project warehouse alat berat yang bertempat disebuah tambang batu bara.

"Ini anak warehouse pusatnya bang?"

Gusti yang sedang menyetir itu mengangguk menjawab pertanyaan Sammuel "Iya, kan yanh dikota ini pusatnya tuh, cuma kayaknya—kayaknya sih alat mereka udah kebanyakan jadi kalo maintenance alatnya nggak parah bisa ditempat aja, cuma dilokasi itu belom ada warehouse gede jadi ya ini kita dapet proyeknya." Ucap Gusti menjelaskan.

Sammuel menganggukan kepalanya dan melihat gedung terbuka besar didepannya, banyak lelaki berlalu lalang dan alat berat yang keluar masuk, mobil berbelok menuju parkir umum dan Sammuel berjalan keluar mengikuti Gusti setelah mereka sampai.

Bunyi bising besi dan alat yang beradu terdengar nyaring dan para pegawai ditempat itu nampak biasa, berbanding terbalik dengan Sammuel yang beberapa kali mengernyit karena merasakan gendang telinganya tersiksa.

"Load Ki, Ntar sama gue nganternya."

"Dicopy bang dicopy."

Sammuel melihat seorang laki-laki yang berbicara melalui telpon nampak sibuk mengarahkan pemuatan sebuah aspal finisher pada truk pengangkut.

Gusti dan Sammuel berjalan lurus menuju kantor umum warehouse itu dan dengan mudah Sammuel bisa mengidentifikasi Elang, Lelaki dengan tubuh tinggi tegap itu berlihat sedang sibuk berbicara ditelpon sambil menghisap rokok dengan tenang, bersandar pada lengan besar excavator disampingnya, lelaki yang memakai kemeja pdh hitam dengan aksen abu biru dan strip reflective itu terlihat gagah dibalut celana jeans ketat serta sepatu safety coklatnya.

Setelah standar para pekerja namun Elang nampak berbeda dimata remaja itu.

This mas hit different.

Elang menggigit putung rokoknya dan melempar senyum tipis saat melihat kedatangan Gusti dan Sammuel, lelaki itu mematikan sambungan telponnya dan berjalan mendekat.

"Gimana?"

"Bisa hari ini matok bang." Ucap Gusti menyerahkan Ipad memperlihatkan desain baru warehouse yang diminta perusahaan besar itu setelah revisi ketiga di expose.

"Yaudah, kebetulan tim gue juga hari ini mau nge load alat ke site , kalian bisa ikut sekalian survey lokasi. Perlu alat lain? Gue udah nyewa tim geodesi buat nembak kontur."

Sammuel terdiam melihat betapa peka dan detailnya Elang akan pekerjaan yang notabenenya bukan bidang dan keahliannya, lelaki itu jelas cerdas.

Sammuel harus menceritakan itu pada kekasihnya.

"Dari tim sipil diperusahaan sih minta sampel tanah juga bang." Ucap Gusti, Elang mengangguk dan menyerahkan kembali Ipad pada Gusti "Gampang diatur, lu kasih listnya aja ntar gue yang ngurus ke owner." Jawab Elang dengan tenang.

Perusahaan besar itu nampak sangat tidak segan menggelontorkan uang besar untuk proyek mereka.

"Lu ikut ke Lokasi Sam, gue nggak bisa, mau ketemu pak Nando buat proyek ruko kemarin." Ucap Gusti, Sammuel nampak terkejut sesaat.

"Lah gue sendiri bang?" Gusti mengangguk "Iya lu cuma nentuin posisi warehouse, ambil aja di siteplan yang dibikin Sultan."

Sammuel meringis sesaat "Lah mobil lu bawa?"

"Iya lu ikut tim bang Elang aja, pulang gue jemput. Aman ya? Gue tinggal dulu udah dicariin gue." Ucap Gusti "Bang gue nitip anak buah," Ucapnya lagi sambil tertawa dan berjalan pergi.

Elang tertawa kecil dan mengangguk "Ikut gue Sam, briefing dulu sama tim."

Sammuel mengikuti langkah Elang menuju barisan beberapa orang laki-laki remaja seumurannya. remaja itu merasa terasingkan karena hanya dirinya yang memakai setelah rapi kemeja dan celana berdiri disamping Elang.

"Tim satu load alat langsung ke pit, sisanya bawa kewarehouse sementara, gue ngikuti dibelakang sekalian ada urusan lain." Ucap Elang membagi timnya menjadi dua untuk masing-masing jobdesknya. Tim itu bergerak cepat tanpa tanya.

"Ayo." Ucap Elang memasuki mobil Triton miliknya yang didanai perusahaan, Sammuel jelas mengenal ciri khas para mekanik tambang itu karena mereka selalu menggunakan mobil karakteristik keras.

Dan dikarenakan hal itu juga saat ini Sammuel dan Elang duduk berdampingan didalam mobil.

Sammuel terdiam melihat bagaimana cara elang menyetir, tidak ada bedanya dengan sang kekasih bahkan mereka seperti anak kembar yang terpisah, namun mungkin karena usia Elang yang jauh lebih tua membuat wibawa lelaki itu lebih terlihat atau memang istilah "Rumput tetangga jauh lebih hijau" Sedang menyerang Sammuel.

"Lu anak kelahiran berapa Sam?"

"dua ribu bang." Ucap Sammuel cepat tersentak, Lelaki itu terlihat mengernyitkan kening, mengikuti santai laju iringan pengantaran alat berat itu dibagian paling belakang.

"Ohhh dua ribu, bocil masih berarti." Ucap Elang terdengar serius namun ucapannya adalah candaan, khas bapak-bapak.

"Lu ketuaan kali bang." Sammuel mengutuk mulutnya yang tak terkontrol.

Namun Elang tertawa sebagai reaksinya "Iya sih gue udah mau kepala tiga." Ucap Elang jujur.

Sammuel teralihkan pada ponsel milik Elang yang terletak paha lelaki itu, dua buah pas foto berlatar biru terlihat pada case ponsel keluaran terbaru itu, namun keduanya sama sama laki-laki.

Sammuel masih berusaha fokus dan tenang meski pikirannya melayang pada ucapan Guntur yang mengidentifikasi jika Elang juga seorang gay saat remaja itu melihatnya.

"Kenapa?" Sammuel tersentak saat Elang berucap, remaja itu menoleh saat Elang memperlihatkan bagian belakang ponselnya lebih jelas pada Sammuel.

"Kaget? atau lu ada mau nanya?" Ucap Elang nampak tahu isi kepala remaja itu.

"Ah..Enggak bang." Sammuel tertawa garing.

"Pacar gue, Emang cowok. Udah mau jalan sebelas tahun." Ucap Elang tanpa keraguan, remaja itu membuka ponselnya dan memperlihatkan foto seorang lelaki yang nampak rapi dan tampan, Sammuel bisa menebak jika lelaki itu bekerja disebuah kantor besar.

"Ntar ketemu, ini pacar gue Kennan, kerjanya ditambang yang kita datengin nih, bagian Internal Audit." Elang nampak sangat bangga menceritakan hal itu, Sammuel terdiam dan melihat lelaki itu dengan kagum.

"Gue juga punya pacar bang, Kerja Driller—"

"Offshore? Kerja Migas pacar lu? keren. Cewek lagi." Ucap Elang, Sammuel tertawa.

"Cowok pacar gue bang." Ucap Remaja itu menyandarkan punggungnya.

Keduanya hening sesaat namun tertawa nyaring setelahnya, mereka nampak sangat bodoh dan aneh diwaktu bersamaan.




To be continued....

Batch 4 open kids.
Buat pengiriman udah jelas Januari ya adik-adik, sabar.

PUBLIXXENEMY

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now