25. Turning Table

25.1K 2.9K 178
                                    

Sebuah mobil datang, Anak laki-laki berusia 14 tahun itu menoleh melihat keluarganya datang berkunjung.

Guntur sebenarnya tidak sepenuunya di isolasi, ia hanya dipisahkan dari kedua saudaranya karena khawatir hal itu menjadi pemicu ledakan emosinya yang tidak stabil, kedua orang tuanya rutin mendatangi anak kedua mereka itu setiap akhir pekan, memboyong serta kedua anak sulung dan bungsunya.

Guntur milihat saudara laki-lakinya itu berlari cepat kearahnya dengan senyuman lebar yang hampir membuat kedua matanya menghilang karena terhimpit pipi.

Seluruh anggota keluarga itu saling menyayangi dan itu tidak bisa diputuskan hanya karena keadaan mental Guntur yang berbeda, anak itu sebenarnya bisa mengendalikan prilakunya namun beberapa ahli psikologi menyarankan agar ia setidaknya harus berusia cukup dewasa untuk bisa kembali bersosialisasi secara utuh untuk tidak menimbulkan masalah lebih lanjut dikemudian hari.

"Yang kemarin udah selese emang?"

"Udah." Guntur berucap sambil menunjuk kearah lemari kaca etalase yang berada diruang tamu, berisi berbagai macam action figur mahal mulai dari Gundam sampai dengan tamiya.

"Nih satu lagi." Guntur menerima paket besar berisi Gundam Eclipse seharga satu juta dengan tenang.

"Ini manuver strikenya." Satu lagi paket yang diserahkan Denis kearahnya "Nggak mau nyoba pesen custom aja?"

"Mending rakit sendiri sih." Denis mengangguk paham, ia kenal betul saudaranya itu memang orang yang tekun dan fokus, merakit sesuatu adalah kesukaannya untuk menghabiskan waktu senggang disela-sela kesibukannya belajar dan menjalani pengobatan.

Fakta tentang kondisi mental Guntur sendiri tidak disembunyikan oleh keluarganya, semua anggota baik inti maupun luar keluarga mengetahui dan mereka saling mendukung untuk kesembuhan anak itu, keluarganya sangat harmonis dan tidak ada masalah sedikitpun yang ditimbulkan dari mereka.

Guntur dan Denis berjalan masuk kedalam rumah melihat Ilma yang sedang meminum susu digelas duduk dipangkuan kakeknya

"Mainan baru lagi?"

Wanita cantik itu mengangguk sambil mengusap kepala Guntur "Ayahnya baru datang dari jepang kamarin, sekalian beli oleh-oleh." ucap ibu dari ketiga anak itu.

"Bukannya di sini banyak yang jual ya, bener kan Gun?" Guntur mengangguk kearah kakeknya itu "Tapi kan beda kalo yang original dari negara produksinya pak,"

Menantu keluarga itu merupakan lelaki yang baik, sangat mencintai seluruh anggota keluarganya bahkan tidak terkecuali, ia hapal benar semua kesukaan anak-anak dan istrinya.

Termasuk hobi Guntur mengoleksi action figur.

Guntur meletakan paket itu diatas meja sebelum ikut bergabung duduk, ia menatap semua anggota keluarganya tanpa ekspresi yang timbul diwajahnya, semua orang nampak bahagia dan ceria, tidak ada kesedihan atau kesusuhan yang dibagikan setiap kali mereka berkumpul.

Harusnya itu sudah cukup mendorong Guntur untuk bisa bebas dari belenggu buruk pikirannya sendiri.

Namun anak laki-laki itu tidak pernah merasakan sesuatu yang dapat membangkitkan emosi dasarnya.

Guntur tersentak dari lamunannya saat Denis menarik tangannya, anak itu menoleh dan melihat Denis yang tersenyum lebar "Main ayo, cerita dikit disekolah ada cewek cantik"

Suara ambulance terdengar nyaring dan menganggu, Tangis histeris wanita itu membuat semua orang nampak teriris.

Tidak ada yang bisa menghindari suasana mencekam itu saat ini, semua orang nampak terkejut dengan keberadaan tubuh tanpa nyawa yang tergeletak disamping kolam renang gelanggang itu.

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now