Side Story Pt.8 (Confess)

19.8K 2.5K 408
                                    

CL - 5 Stars
.
.
.
.
"Kamu dulu pas dideketin Guntur risih nggak?"

"Banget." Jawab Sammuel, kedua orang itu sedang berada di Gramedia, Sammuel menyetujui permintaan Diva untuk keluar bersamanya karena remaja itu hendak meminta saran.

"Div gue nanya nih ya, lu jawab jujur deh, nggak usah malu. Lu ngerasa ada yang aneh nggak tiap deket Thommas? rasa geli diperut atau sesak didada?"

Diva yang sedang melihat judul komik itu tertahan sesaat mendengar ucapan Sammuel, ucapan lelaki itu benar dengan keadaannya setiap kali berada didekat Thommas.

"Muka lu merah, bener berarti gue?"

"I-iya bener, kayaknya."

Sammuel menyeringai lalu merangkul bahu Diva dan sedikit menunduk mendekatkan wajahnya ketelinga kiri remaja itu "Lu berdua udah ngapain aja?"

Wajah Diva semakin bersemu mendengar ucapan lelaki disampingnya itu, Diva dengan cepat menyingkirkan tangan Sammuel dan menatap remaja itu "N-ngapain apanya?"

Sammuel menatap Gemas Diva yang nampak gugup, "Hadeh...lucu banget lu, pantes pacar gue dulu gemes." Ucap Sammuel mengacak rambut Diva.

Diva menunduk saat rambutnya diacak oleh Sammuel, lelaki itu mendengus dan merapikan rambut setelahnya "Kalo kata gue sih Div, jalanin aja. Ntar juga tau ujungnya, terlalu dipikirin emang kadang nggak masuk akal."Ucap Sammuel.

Diva terdiam mendengar ucapan Sammuel, seolah mengangkat semua beban pikiran yang selama ini ditanggungnya hanya karena Thommas.

"Kamu beneran naksir sama Gu—"

"Gila, masih aja ada yang mikir gue nggak naksir sama pacar gue. Div, liat gue—" Diva menoleh menuruti ucapan Sammuel tentang menatapnya, Diva sedikit mendongak menatap tepat dikedua bola mata coklat terang Sammuel "Ada lu liat gue ragu pas ngomong soal Guntur? Gue bilangin ya, Gue nggak pernah secinta ini sama orang, terlepas dari dia yang ngeluarin uang atau segala macem buat gue, tapi gue beneran cinta. Jadi kalo lu masih mau sama pacar gue, gue saranin lu mikir dua kali. Gini-gini gue masih bisa bikin orang masuk rumah sakit." Sammuel menepuk beberapa kali bahu Diva sebelum berjalan menyusuri rak berisi komik itu.

Diva meringis melihat betapa percaya dirinya Sammuel tentang perasaan dan hubungannya.

"Kadang gue mau jadi kayak lu Div, lu lucu, manis, imut, gampang disukain orang—" Diva yang berjalan dibelakang sammuel itu melihat punggung kokoh Sammuel didepannya "Gue pikir kadang Guntur juga mau punya yang kayak lu kali ya."

Diva menghentikan langkahnya dan menaikan alis "Kalo gu—"

"Kata siapa? Aku malah pengen kayak kamu." Sammuel menghentikan langkah dan menoleh menatap Diva yang terlihat menghel nafas "Kamu PD, kamu juga nggak ragu bilang kalau Guntur punyamu, jadi orang-orang tau, nggak seenaknya deketin terus biki—"

"Cemburu?" Diva mengangguk mengiyakan ucapan Sammuel, Kedua remaja itu terdiam setelahnya, selama ini mereka selalu menginginkan hidup orang lain sedangkan tanpa sadar hidup miliknya pun diinginkan oleh orang lain.

"Aku juga mau berani kayak kamu—"

"Lu tiap minggu kesini sampe bosen gue." Dewa meringis melihat Guntur yang berdiri menjulang didepan pagar, menghalangi Ilma yang ada dibelakangnya.

"Il, gue bawain canvas bar—"

"Modus lu kontol." Guntur masih menatap Dewa didepannya "Sirik aja lu anjing, minggir."

"Bang, minggir." Ucap Ilma memukul cukup keras paha Guntur didepannya karena kesal.

"Aduh, najis banget pacar lima langkah." Guntur sedikit bergeser mempersilahkan Ilma mendorong kursi rodanya maju.

SOFTCORE [COMPLETE]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu