Pt.3 Part 14

23K 632 43
                                        

Elang menaikan alis menatap Sammuel yang berdiri didepannya bersama dengan Guntur.

"Ya terus maksud kalian apaan?"

"Tolong bang lu kan mapan nih maksud gue..sama.."

"Kennan?"

"Iya sama kak Kennan kan udah lebih lama dari kita, urusan beginian lu pasti mau nolong dong."

Elang menghela nafasnya dan mengusap wajah, memang benar jika ia dan Kennan hidup bersama cukup lama, tapi mereka tidak berpikir untuk melalukan hal-hal diluar kemampuan mereka salah satunya adalah mengadopsi anak.

Guntur hanya diam memperhatikan kekasihnya yang berusaha keras membujuk Elang untuk hal yang sebenarnya tidak perlu ia urus.

"Kenapa nggak lu berdua aja dah?" Tahua Elang tanpa tahu akar masalahnya, Sammuel mendengus.

Guntur menatap wajah kekasihnya itu dari samping, semenjak perkataannya tentang akan bertanggung jawab pada anak yang dikandung Diva, Sammuel nampak berubah total padanya, jauh dari kesadarannya Guntur tahu jika Sammuel tidak benar-benar menyukai Diva.

Dan hal ini akan semakin memberatkan remaja itu karena merasa Guntur lebih memilih membela Diva ketimbang dirinya.

"Gue—" Ucap Sammuel tertahan karena ia sendiri tidak ingin mengeluarkan ucapan yang mungkin akan membuat canggung suasana baik pada hubungannya ataupun dengan Elang.

"Gue cuma minta tolong, nggak tau kesiapa bang." Ucap Sammuel, Elang mengurungkan niatnya menjawab lebih melihat Sammuel yang terlihat pasrah pada akhirnya.

Elang beralih menatap Guntur dan merasa jika masalah sebenarnya ada pada remaja itu.

Diva masih berdiam diri dikamar setelah beberapa kali mengalami shock yang cukup parah dan Thommas tidak mampu melakukan apapun.

perkataan Thommas beberapa waktu lalu benar-benar melukai remaja itu, ia tidak mengerti kenapa hal seperti ini harus menimpa dirinya dan memberatkan semua pihak termasuk dirinya sendiri.

Remaja itu tidak menangis namun dirinya merasa kosong, mendengar ucapan Thommas tentang masa depannya yang mungkin akan buram itu terasa sangat menyakitkan, lebih menyakitkan karena ucapan itu berasal dari mulut orang yang ia pikir akan menjadi satu-satunya tempatnya pulang setelah apa yang terjadi sejauh ini.

"Yang buka lah pintunya, gue nggak maksud gitu tadi." Ucapan Thommas terdengar oleh Diva dari balik pintu kamar yang dikuncinya rapat, Diva sadar jika masalah ini jelas berat bukan hanya untuk dirinya namun bagi Thommas jelas sama, namun bagi Diva tidak seharusnya Thommas menumpahkan semua emosinya secara nyata didepan wajahnya disaat dirinya sendiri marah.

Diva lebih memilih mengunci dirinya dan berdiam diri karena mungkin saat ini hal itu lebih baik daripada menghadapi Thommas yang sudah nampak berbeda orang dimatanya.

"Nggak masalah sih," Elang menghentikan kegiatannya mengunyah makanan saat mendengar ucapan kekasihnya itu "Yang bener?"

"Beneran." Ucap Kennan nampak tanpa lelucon diucapannya atau keraguan.

"Ibu juga kemarin bilang katanya kalo mau kita bisa adopsi anak, biar ada cucu katanya. kan kita nggak bisa punya." Ucap Kennan menyodorkan gelas berisi air pada kekasihnya itu, Elang terdiam sesaat, perkiraannya akan kemungkinan terburuk saat menghadapi Kennan tentang masalah para remaja labil itu akan sulit, nyatanya lelaki itu sangat kooperatif dan tidak terduga.

"Aku lebih concern sama Divanya, Diva bener bukan?" Elang meninum air digelasnya sambil mengangguk "Iya kalo nggak salah." Jawabnya.

"Aku mau nemuin dia boleh nggak sih?"

Elang menaikan alisnya bingung akan reaksi kekasihnya itu "Ya boleh aja, ntar kumintain alamat ke Sammuel." ucap Elang, lelaki itu akan melakukan apapun untuk kekasihnya bahkan jika harus menjual gunung sekalipun, agak hiperbola namun bisa jadi itu gunung pasir.

Kennan tertawa kecil mengusap sisi bibir kekasihnya itu "Badan gede,umur tua, makan belepotan." Ucap Kennan, Elang tertawa dan mencondongkan tubuhnya maju mengecup bibir kekasihnya itu singkat.

"Sengaja sih yang." Ucap Elang, Kennan mendengus meski membalas kecupan kekasihnya itu.

"Sengaja biar apa?"

Elang tertawa kecil bangkit berdiri dan mengangkat tubuh besar Kennan seperti karung beras tanpa bertanya dan memberi aba-aba, pukulan keras dipantat didapatkan Kennan Saat Elang memikulnya dibahu dengan mudah.

"Aduh! turunin heh." Kenan tau mereka akan berjalan menuju kamar, meski sangsi lelaki itu tetap tidak memberontak dan hanya tertawa.

"Bikin juga nggak? kali aja lu bisa kaya Diva." Ucap Elang membanting tubuh kekasihnya itu cukup keras keatas kasur.

"Nggak mungkin sih, kita udah selama ini. bisa jadi kamu yang mandul." Ucap Kennan menggoda kekasihnya itu.

Elang tergelak dan melepas PDL yang dipakainya dengan mudah, memperlihatkan tubuhnya yang besar dihadapan Kennan yang juga melepas kemejanya.

"Mandi dulu harusnya kita."

"Nggak lah, ntar juga kotor lagi."

Kennan tertawa dan membuka kedua kakinya dihadapan Elang dengan seringai cukup lebar memanggil dan menggoda kekasihnya itu lebih jauh.


To be continued....

Batch 6 open up for now kids.
ini batch terakhir yak, nggak sampe 8 lagi karena kontennya lumayan eksplisit dan—liar(?) Jadi sistemnya sama kaya sebelum-sebelumnya kalau batchnya udah gue tutup dan kalian mau beli diluar PO otomatis nggak dapet bonus chapter karena itu hak spesial yanh ikut PO. terima kasih.

Pengiriman bulan januari diawali minggu kedua, so sit back and relax kids.
kalo agak slow response wa Admin tenang aja pasti dibalas kok, orangnya emang kadang ngilang-ngilang sama kaya abangnya haha.

btw, ini gue kapan mau update sound of beauty dah.

PUBLIXXENEMY

SOFTCORE [COMPLETE]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant