14. Motive

28.7K 3.7K 236
                                    

Ariana Grande, Doja Cat- Motive
.
.
.
"Udah?"

"Iya," Guntur mengacak rambut Ilma dan dengan cepat disingkirkan gadis itu karena malu "Udah gue bilang adek gue pinter." Ucap Guntur dengan bangga didepan teman-temannya.

Sammuel diam memperhatikan sifat guntur yang pertama kali ditemuinya itu, Guntur memang benar-benar Family man.

"Jadi cepet banget gini ngerjainnya, Makasih ya Il." Rajib membereskan alat tulisnya diiringi Dera.

Tim dengan dua Juara kelas ditambah Ilma yang memang cerdas itu jelas tidak mendapat masalah apapun saat mengerjakn tugas fisika standar itu.

Dera dan Rajib bangkit saat jam menunjukan pukul setengah delapan malam hari setelah mereka selesai mengerjakan tugas kelompok.

"Oh ini gue ada Coklat, tau sih nggak seberapa, cuma anggap aja ucapan makasih udah bantu kita." Ilma menerima coklat bar pemberian Dera dengan senyuman lebar, Guntur melihat adiknya itu dengan senyuman.

"Makasih kak." Ucap Ilma, Dera mengacungkan jempolnya "Itu satu udah gue potek, maaf ya." Ucap Dera, Ilma tertawa kecil sambil mengangguk.

Guntur dengan cepat menahan Sammuel saat remaja itu hendak ikut pergi bersama Rajib dan Dera.

"Lu nggak ada fungsinya sama sekali kerja kelompok." Ucap Guntur, Sammuel menahan langkahnya. Guntur mengunci pagar sesaat setelah Rajib dan Dera pergi, Sammuel menaikan alisnya ketika melihat Guntur berlalu melewatinya dan menuju kearah Ilma yang melihat mereka berdua dengan bingung.

Guntur mendorong kursi roda adiknya itu masuk kedalam kamar, melepas kancing seragamnya sambil berjalan menuju Sammuel yang masih berdiam dihalaman.

"Fungsi lu nahan gue apaan?" Tanya Sammuel menatap lelaki yang sudah bertelanjang dada didepannya itu.

"Nggak mau ngobrol sama gue? Katanya lu mau tau soal gue." Guntur menyampirkan seragamnya dibahu kiri sambil berdiri tegap didepan Sammuel.

Sammuel mendecih dan berbalik menghadap Guntur "Lu nantangin gue?"

Guntur menyeringai "Let's give a try babe."

"Jadi bokap lu engineer di Pertamina?" Guntur menekan puntung rokoknya keasbak sambil mengangguk, Kedua orang itu sedang duduk dikursi yang ada dihalaman belakang rumah besar itu, menatap langsung langit malam yang nampak bersih itu.

"Iya,"

Sammuel menyandarkan punggungnya, Guntur memang menepati janjinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ia ajukan.

"Adek lu sakit kenapa?" Sammuel mulai mengajukan pertanyaan sensitif, meski mungkin akan kembali di pelintir oleh Guntur setidaknya ia telah mencoba.

"Gagal gantung diri." Ucap Guntur nampak santai dan kembali menyulut rokoknya, Sammuel agak tersentak mendengar jawaban dari lelaki disampingnya itu.

Ia memang melihat bekas aneh dileher gadis itu meski ia memakai baju dengan bahan tinggi menutupi leher, Kenyataan yang cukup mengejutkan.

"Sorry." Ucap Sammuel, Guntur mengangguk lelaki itu menghembuskan asap rokoknya perlahan.

"Kenapa?"

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now