27. Released the past

25K 3.1K 199
                                    

"Guntur ka—"

Lelaki yang baru tiba itu baru hendak membuka mulut namun tindakan bersujud yang dilakukan Nita secara mendadak itu membuatnya bungkam, Bahkan Leon, Sammuel serta Guntur dan Ilma pun sama terkejutnya melihat gadis itu sungguh-sungguh melakukan tindakan diluar tebakan.

"Saya mohon maaf buat semua beban selama ini om, tapi saya mohon kali ini semua omongan yang keluar dari mulut saya sama Leon itu bukan bohong." Ucap Nita, Sammuel menghampiri kakaknya itu dan menariknya bangkit namun Nita masih bersikeras bahkan isakan terdengar darinya.

Gadis itu nampak sangat tertekan karena beban yang selama ini disimpannya, semua beban yang diakibatkan oleh persepsi perasaan seorang laki-laki yang tidak terbalas itu sangat menghantui setiap langkah hidupnya.

"Nit, bangun." Sammuel yang merasa serba salah itu mengusap punggung saudaranya itu, Guntur masih diam berdiri dibelakang kursi roda tempat adiknya duduk.

Leon menjatuhkan dirinya disamping Nita "Saya udah berusaha keras waktu itu, tapi saya nggak cukup waktu buat ngejaga Denis tetep hidup." Ucap lelaki itu pelan, Itu memang ucapan dari hati yang dikeluarkannya.

Semenjak kejadian itu, Leon yang merupakan Altet renang profesional beralih jenis olahraga, bahkan ia sendiri tidak pernah lagi menyentuh segala jenis hal yang berkaitan dengan olahrgara itu karena setiap kali ia melihat dasar kolam renang maka bayangan Denis yang kehabisan nafas akan selalu datang menghantuinya.

"Saya tau, waktu itu saya terlalu kasar sama Denis. Tapi saya pikir itu bakal bikin dia nyerah." Ucap Nita mengeluarkan semua isi kepalanya dengan tangis yang cukup keras.

Leon semakin merasa dirinya gagal karena mendengar tangisan gadis disampingnya itu, ia mendongak menatap lelaki paruh baya yang masih sama seperti terakhir kali ia temui beberapa tahun yang lalu.

"Kalau kali ini masih belum cukup, saya siap buat laporan penyerahan diri buat kasus Denis, umur saya udah legal buat bisa ditahan." Ucap Leon, Nita yang mendengar hal itu dengan cepat bangkit menatap Leon yang berucap dengan kesungguhan, lelaki itu bahkan tidak ragu sedikitpun akan ucapannya.

"Yon." Nita menaikan alisnya menatap lelaki disampingnya itu, Leon memang selalu memasang badannya paling depan setiap kali pembahasan tentang kasus Denis diungkit, ia bahkan tidak pernah membiarkan Nita tersentuh pihak manapun.

"Kamu pikir dengan nyerahin diri kepolisi bisa ngem—"

"Ayah udahlah, Ayah sendiri kan yang bilang dengan ngelakuin ini semua emang bisa bikin Denis sama mama balik? Enggak kan?"

Guntur terkejut bukan main saat adiknya itu turun dari kursi roda dan bersujud didepan Ayahnya disamping Nita.

"Kita semua capek Yah, Kita baru bisa kumpul sama bang Guntur karena hal ini? Ayah mikir nggak selama ini kita nggak pernah bener-bener merhatiin bang Guntur cuma karena dia tinggal sama nenek, mungkin emang kematian mama sama Bang Denis bukan hal baik tapi coba cari hal baik dari kejadian ini, ya kita bisa sama bang Guntur. Nggak ada yang mau kehilangan Yah, kita semua tau." Guntur menatap adiknya itu, selama ini ia memang menyadari jika kembalinya dirinya bersama lelaki paruh baya itu hanya karena untuk membalas dendam melalui dirinya.

Sammuel menoleh menatap Guntur yang berdiri tak jauh dari dirinya, lelaki itu terlihat terkejut.

"Udah lah y—" Lelaki paruh baya itu mendekati Ilma dan menariknya kepelukan, sebuah hal yang tidak pernah terjadi selama dua tahun ini kini ada didepan mata.

Guntur adalah satu-satunya orang yang berdiri, ia berbalik melihat potret besar keluarganya yang terpasang di dinding itu, ia melihat bagaimana senyum dari semua anggota keluarga namun tidak dengan dirinya.

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now