0. Prologue

101K 6.8K 813
                                    

"Guntur Putra Perkasa."

Seisi kelas nampak berbisik-bisik ketika seorang siswa laki-laki pindahan itu memperkenalkan dirinya dengan suara yang datar bahkan tanpa senyuman. Tubuh tingginya bahkan melebihi tinggi wali kelas itu yang notabenenya sudah 175 cm.

Wajah tidak ramahnya ditopang oleh ukuran tubuhnya yang tinggi besar.

"Kamu sementara duduk dikursi kosong sana dulu ya, kelas full soalnya." Ucap wali kelas itu, Remaja yang memperkenalkan dirinya sebagai Guntur itu mengangguk dan berjalan keujung kelas, berjalan santai melalui murid-murid lain yang pandangannya tentu tertuju padanya.

Guntur meletakan ranselnya diatas meja dan duduk dengan tenang dikursi paling belakang yang berada disamping jendela, tanpa teman karena kursi disampingnya kosong.

Dengan gerakan cepat ia memasang airpods disebelah telinganya bahkan saat pelajaran sudah dimulai, ia melihat keluar jendela yang menuju langsung pada halaman parkir sekolah tiga tingkat itu.

Ini sudah ke empat kalinya ia berpindah sekolah selama berada dibangku sekolah menengah atas.

"Samuel," Guntur menoleh ketika sebuah uluran tangan tersodor kehadapannya berasal dari remaja yang duduk tepat dibangu depannya, lelaki itu nampak tersenyum lebar.

Tangan itu tidak mendapat sambutan, Guntur tidak berbicara ataupun menyapa balik remaja itu bahkan ia kembali mengalihkan perhatiaannya kearea parkir.

"Emang lebih menarik parkiran daripada gue?"

Guntur dapat mendengar ucapan dari lelaki yang mengaku sebagai samuel itu.

Ia masih tidak bergeming dan menyandarkan punggungnya.

Sebagai murid baru, guntur tergolong siswa yang berani, ia berjalan diarea kantin sekolah yang padat pada saat jam istirahat, membeli makan bahkan ditengah keributan yang terjadi dan mendapat kursi kosong tanpa masalah berarti.

Dan sudah jelas seisi kantin itu akan memperhatikan dan membicarakannya.

"Boleh gabung nggak? kebetulan ini biasanya kursi tempat kita." Guntur yang baru saja hendak menyuap makanannya itu menoleh melihat empat orang laki-laki yang berdiri disampingnya.

Ia memilih tidak menjawab dan menikmati makannya, namun sebuah tangan disamping piringnya sangat mengganggu berasal dari salah satu kelompok itu.

"Lu murid baru yang lagi heboh itu? Badan lu sangar juga, mau masuk tim basket gue nggak atau salah satu Ekskul bela diri?" Lelaki itu duduk disamping Guntur dan tiga rekannya duduk didepan mereka, salah satu dari empat lelaki itu adalah orang yang dikenal Guntur, ia lelaki yang satu kelas dan duduk didepan kursinya, Samuel.

Guntur masih tidak menjawab dan memilih memasang kedua airpodsnya dengan suara musik yang nyaring karena tidak ingin menghiraukan kelompok itu.

Lelaki yang sedari tadi berbicara dengan Guntur itu nampak sudah mulai tidak tahan karena untuk pertama kalinya ia mendapat tanggapan yang sangat acuh, ia meraih satu airpods ditelinga Guntur namun sebuah gerakan cepat dari tangah kekar pemilik airpods itu menghentikan gerakannya.

Cengkraman kuat dipergelangan lelaki itu terlihat sangat menyakitkan bahkan telapak ya terlihat memutih akibat sirkulasi darah yang tertahan, Tatapan tajam dari Guntur nampak sangat mengerikan.

"Ger, udahlah balikin, lu lancang banget." Samuel nampak berdiri dan memgambil airpods itu lalu meletakannya keatas meja didepan Guntur. Samuel dapat melihat jika urat leher serta tangan milik Guntur nampal mengencang, ia tidak berucap satu kata dan bereaksi apapun namun dari tubuhnya terlihat jelas jika lelaki itu marah akibat terganggu.

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now