08. Physical

34.4K 3.7K 536
                                    

Gerald menatap saudaranya yang nampak tidak tenang itu.

"Lu kenapa sih?"

Leon menghentikan langkahnya lalu menatap Gerald "Lu semua nggak ada yang tau siapa Guntur?"

"Denis siapa bang?" Leon menghela nafas sambil mengusap wajahnya, Lelaki itu duduk dan menghisap dalam rokok dimulutnya.

"Bukan siapa-siapa." Ucap Leon.

Gerald menaikan alisnya bingung "Lu sebelumnya udah kenal sama Guntur apa gimana?"

"Gue nggak kenal dan nggak tau sama sekali." Leon menjawab sebenarnya, lelaki itu memang tidak tahu apapun Soal Guntur.

"Gue saranin sih lu acuhin aja. Freak banget bocahnya sok jagoan, palingan cuma buat caper di sekolah."

Leon menoleh menatap sang adik "Lu emang bodoh ya Ger,"

"Lah?!"

"Kalo menurutlu dia ngelakuin itu buat caper di sekolah itu jelas nggak, Lu pikir kenapa dia cuma milih temenan sama bocah cupu yang selama ini nggak dikenal orang?"

Gerald terdiam mendengar ucapan kakaknya itu, memang benar selama ini meski Guntur sangat populer ia tidak berteman dengan siapapun selain Diva yang semakin hari nampak semakin akrab.

"Jangan main-main sama itu orang." Ucap Leon bangkit dan berjalan pergi.

Irfan dan Thomas melihat Samuel yang semakin pendiam akhir-akhir ini, remaja itupun hampir tidak pernah lagi ikut berkumpul dan bersenang-semang dengan mereka.

"Lu Sakit Sam?" Thomas bertanya ketika melihat Samuel yang memakai jaket tebal itu.

"Nggak." Jawabnya cepat, Samuel menyandarkan punggungnya dan menatap gelisah kearah parkiran tempat Guntur yang baru saja tiba dengan motornya.

Samuel bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas, ia melihat guntur yang berjalan santai. Samuel melihat koridor yang nampak sepi dan dengan cepat menghampiri Guntur menarik tangan lelaki itu menuntunnya menuju WC.

Guntur hanya menyeringai tipis sambil berjalan mengikuti langkah Samuel dan membiarkan remaja itu melakukan hal yang dia inginkan.

"Udah gue bilang jangan kan kemarin."

"Kenapa? Sakit lu make jaket tebel gini?" Guntur menyeka kerah hoddie yang dipakai Samuel hingga jenjang leher remaja itu terlihat.

Samuel menepis tangan guntur dengan cepat dan mendecih "Gue setuju bukan berarti lu bisa seenaknya Gun." Samue menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu.

seringai Guntur nampak terlihat lebih lebar "Kenapa cantik?" Guntur menunduk dan mengendus pipi hingga ketelinga samping kiri Samuel, dengan suara rendahnya yang berat membuat remaja lebih pendek itu gusar.

"Gue bisa nyimpen rahasia lu, kalau lu nurut sama gue." Guntur meraih dagu Samuel dan membuat remaja itu mendongak menatapnya.

Samuel dapat melihat jelas tatapan penuh manupulatif dari kedua bola mata Guntur, Kedua tangannya meremat tanpa berniat melawan. Samuel hanya diam bahkan ketika sebuah kecupan mendarat tepat dibibirnya.

Perutnya terasa mual seketika dan Guntur dapat melihat jelas jika Samuel menutup kedua matanya erat, tubuhnya gemetar dan keningnya mengkerut.

Guntur mengusap pelan bibir remaja itu dan mengusap pipinya "Guarantee buat ini cuma tiga hari, kalau lu mau gue nyimpen rahasia lu lebih lama lu tau harus apa." Guntur membuka kuncian pintu dan berjalan meninggalkan Samuel yang terdiam membeku.

SOFTCORE [COMPLETE]Where stories live. Discover now