29

116 11 0
                                    

Jaeyun membayangkan masa lalu dimana dia mendengar Jungwon sebagai adik kelas yang lucu seperti anak ayam, tidak lagi memiliki pikiran ini sewaktu dia menemukan kesan serius dari Jungwon yang menunjukkan perasaan dan perhatiannya pada Heeseung.

Bukan menyesakkan Heeseung dengan ungkapan romantis atau pemberian manis, Jungwon menelusuri jalur tenang dimana dia menunjukkan perhatian dengan terang atau memberi jarak saat dia pikir Heeseung ingin sendiri dan tidak membahayakan diri.

Sedikitnya Jaeyun menduga apa yang hendak dilakukan Jungwon pada saat ini, melempar senyum kecil sebelum Heeseung menjauh.

"Kupikir kau mengawasi Heeseung-Hyung dan telah mengetahuinya," Jungwon memulai kata dengan berhati

"tapi aku Jungwon, adik kelas yang menyukainya di masa lalu," Mata Jungwon lurus pada ukiran nama Jaeyun

"dan aku masih menyukainya saat kami kembali melakukan temu." Jungwon melanjutkan kata.

Jaeyun memperhatikan lainnya yang berdiam saat semilir angin berhembus, mungkin ia menduga ini merupakan balas dari Jaeyun.

"Dia pernah menjadi orang paling bahagia karenamu," Jungwon meneruskan kata saat semilir angin berhenti

"dan sekalipun aku tidak ingin menyalahkanmu, dia pun begitu sedih karenamu," Iya, Jaeyun dapat menerima kata ini

"mungkin aku terlalu percaya diri, tapi aku tahu kau akan mengijinkan aku," Kata Jungwon hanya memiliki tenang

"ijinkan aku untuk menjadikan dia sebagai orang paling bahagia sekali lagi," Jungwon memiliki yakin pada bicaranya

"mulai saat ini dan seterusnya." Laki-laki ini hanya menunjukkan serius kapanpun dia membahas perasaannya.

Kembali mendiamkan diri saat semilir angin kembali berhembus, sejenak dia melepaskan tatap matanya dari ukiran nama Jaeyun pada batu.

"Aku tahu kau akan mengijinkannya, karena Heeseung-Hyung layak bahagia, benar?" Kembali merendahkan mata

"Benar. Heeseungie-Hyung layak bahagia" Jaeyun menyetujui kata ini dengan seluruh kesadarannya

"Terima kasih karena kau telah menjaga dan membuatnya bahagia sebelum ini" Kata Jungwon mendapat senyum

"Aku tidak tahu apa aku layak menerima kata ini" Senyuman tipis dibentuk oleh Jaeyun

"Heeseung-Hyung memikirkan bahagia saat dia memikirkanmu, dan merasa sedih karena semua ada di masa lalu" Jungwon membentuk senyum tipis

"Perjalananmu sungguh panjang" Jaeyun tidak lupa masa dimana Heeseung menutup dan menarik diri dari Jungwon

"Aku tahu, tapi aku ingin menunjukkan bahagia untuknya di saat ini" Tentu, Jungwon dan kesungguhannya mengenai Heeseung

"Kupikir Heeseungie-Hyung dapat melihatnya" Menyadari Heeseung yang mulai membuka diri pada beberapa waktu terakhir

"Maaf karena aku memberi perkenalan dan mengatakan aku akan mengambil kekasihmu," Jungwon berkata

"tapi aku pikir kau tidak akan marah mengenai ini," Bibir dirapatkan sewaktu angin kembali berhembus

"apakah aku salah?" Kening dikerutkan saat semilir angin menjadi lebih kuat.

Jaeyun merasakan dirinya ingin menertawakan kesan polos dari Jungwon, meninggikan pandangan untuk melihat awan kelabu yang mendekat.

"Tidak. Sekarang, kembali pada Heeseungie-Hyung sebelum hujan turun" Jaeyun kembali melihat Jungwon yang meninggikan tatap

"Kau dapat marah padaku di lain waktu, tapi aku harus pulang saat ini" Sadar dengan awan kelabu yang dekat, Jungwon melangkah jauh.

Kehadiran Jungwon menghapuskan kerutan dahi milik Heeseung, mendiamkan diri pada gerbang menuju area pemakaman. Jungwon melemparkan diri dan mendapatkan balasan serupa dari sosok yang lebih dewasa.

Jaeyun dapat membayangkan mereka melewati hari dengan bahagia, menunjukkan perhatian dan peduli pada satu sama lain. Dia senang untuk memikirkan kebahagiaan Heeseung, bahagia pasangan ini di masa depan.

= catatan

ide kasar udah ada sampe penutupan, tapi aku sempet ngalamin buntu pas aku nulis bagian ini. beruntung karena bagian ini bisa tuntas di hari yangsseung.

terima kasih karena telah membaca dan memberi dukungan untuk cerita ini.

live happilyWhere stories live. Discover now