05

214 20 0
                                    

Jaeyun tahu Heeseung menyenangi tidur hingga matahari tinggi di penghujung pekan, namun Heeseung mengubah kebiasaan saat nama Jaeyun dituliskan pada batu nisan di area pemakaman yang jauh.

Telah meninggalkan apartemen dengan pakaian rapih di pukul delapan, Heeseung memiliki bunga yang telah dirangkai indah di tangannya saat seseorang menempati bangku perhentian bis di sisinya.

Heeseung hanya memberikan perhatian pada bunga, bunga yang biasa diberikan Jaeyun pada hari yang dianggapnya istimewa.

"Pagi, Heeseung-Hyung" Ini membuat mata rusa milik Heeseung berpindah pada laki-laki yang duduk di sisinya, sosok familiar

"Pagi, Jungwon" Jaeyun masih menemukan canggung pada wajah Heeseung yang berusaha membalas senyuman Jungwon

"Kau membeli bunga untuk kekasihmu?" Tanya Jungwon hanya pertanyaan basi, tidak memiliki maksud yang buruk

"Iya" Tapi Jaeyun mengetahui perasaan berat dalam senyuman Heeseung, tidak peduli meski dia menggunakan nada tenang

"Ah. Kau ingin menemuinya saat ini?" Kelihatan seperti tidak menyadari berat Heeseung dalam membentuk senyuman

"Tidak, aku hanya ingin mengunjunginya" Mata Heeseung memutus kontaknya
dengan Jungwon, memilih menatap rendah

"Kumohon, jangan menanyakan lebih jauh" Jaeyun menatap Jungwon dan mengharap dia tidak memanjangkan bicara,

Jaeyun tidak senang saat Heeseung menangis seraya menaruh bunga di batu nisannya,

namun Heeseung yang berpura kuat dan berpura baik di depan orang lain lebih buruk lagi.

"Kau membeli bunga untuk kekasihmu?" Heeseung melempar tanya saat dia menyadari Jungwon juga membawa bunga

"Tidak. Aku membelikannya untuk orang lain" Jungwon menatap bunga di tangannya, memiliki kesan rindu pada senyumnya

"Kekasihmu tidak marah?" Jaeyun mendengarkan nada ringan dari kata Heeseung, memperhatikan geleng yang diberikan Jungwon

"Tidak, tidak ada yang akan marah pada Nenekku" Balas Jungwon dengan senyum, mengembalikan fokus pada Heeseung di sisinya

"Telah lama dari terakhir aku melihat Nenekmu" Jaeyun meyakini mereka begitu dekat hingga Heeseung tahu keluarga Jungwon

"Mungkin kau dapat mengunjunginya di lain waktu" Jaeyun hanya peduli pada Heeseung, tapi dia menyadari kosong di senyum Jungwon.

Tidak memiliki waktu untuk membuat asumsi saat Jaeyun sadar kendaraan besar telah menghentikan laju di perhentian, membuat Heeseung dan Jungwon meninggalkan posisi duduk.

"Kau, menggunakan bis ini?" Heeseung memberikan tanya selagi dia menempelkan kartu transportasi pada mesin di sisi kemudi

"Iya. Kelihatan seperti kita memiliki arah yang sama, Hyung" Jungwon menjawab, menunggu di belakang punggung Heeseung

"Nenekmu menempati rumah dengan saudara lain?" Tanya Heeseung saat keduanya telah menempati bangku

"Dia menempati rumahnya seorang diri," Jaeyun menyadari familiar pada ekspresi wajah yang diperlihatkan Jungwon

"maka aku berkunjung di akhir pekan." Jungwon memiliki raut tenang namun kosong, seperti Heeseung yang berpura kuat

"Kedengaran sepi" Heeseung menanggapi kata Jungwon dengan sikap polos, kelihatan tidak sadar mengenai maksud sebenarnya

"Aku memikirkan hal yang sama, tapi Nenek mengatakan aku harus menjalani hidupku" Kata Jungwon kelihatan berat

"Kelihatan seperti kau menjalani hidupmu dengan baik" Namun Heeseung membalas seperti dia tidak menyadari berat Jungwon

"Baik untuk mengetahui kau memikirkan aku seperti itu" Bibir Jungwon membentuk senyuman yang dipaksa pada wajahnya

"Aku salah dalam berkata?" Kelihatan senyum Jungwon membuat Heeseung menyadari kepuraan antusias milik laki-laki yang muda

"Astaga. Tidak, tidak, kau tidak salah dalam berkata" Jaeyun tak menemukan kepuraan dalam ekspresi geli Jungwon

"Jungwon," Heeseung memperlihatkan sikap merajuk, menggelitik laki-laki yang lebih muda untuk sungguh meloloskan tawa.

Hanya ada percakapan singkat mengenai kesibukan saat ini pada waktu berikutnya, hingga keduanya menurunkan kaki di henti yang sama dan mengantar keheningan sejenak pada keduanya.

Heeseung memutuskan untuk menemani Jungwon mengunjungi Neneknya, pun Jungwon menemani Heeseung saat mengunjungi Jaeyun. Memberinya dekap yang tak bisa diberikan Jaeyun.

Jaeyun melihat Heeseung yang menahan diri sebelum Jungwon memberikan usap di punggung, pelan dalam berkata dia akan menyembunyikan airmata Heeseung dari orang lain.

= catatan

mulai memiliki momen baik diantara momen sedih, tapi aku ngga menjanjikan momen sedihnya udah berakhir.

terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca book ini.

live happilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora