E P I L O G U E

14K 1.6K 762
                                    

Perihal kehidupan tidak ada yang tahu, sama halnya dengan tidak ada yang tahu bahwa acara liburan sekolah dulu adalah hari terakhir Luka menghirup udara di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal kehidupan tidak ada yang tahu, sama halnya dengan tidak ada yang tahu bahwa acara liburan sekolah dulu adalah hari terakhir Luka menghirup udara di dunia. Kecelakaan itu telah merenggut nyawa Luka. Luka sempat dibawa ke rumah sakit. Namun takdir berkata lain, kematian menjemputnya.

"Dad ... anak kita Dad, dia bohongin kita. Dia pamitnya pergi liburan tapi kenapa dia pergi selama-lamanya. Anak kita anak durhaka, bisa-bisanya dia bohongin Mommynya." Adel menunjuk-nunjuk makam Luka seraya memukuli suaminya. Tangis Adel menggema disekitar makam.

Tidak ada yang lebih memilukan dari tangisan seorang Ibu yang kehilangan Anaknya. Bagi seorang Ibu kematian Anaknya lebih menyakitkan dari luka fisik.

"Dad! Suruh Ana bangun, Dad. Mommy kangen Ana." Adel menarik lengan Alex meminta agar suaminya itu membangunkan Anak mereka.

Alex memeluk Adel dalam dekapannya. Setiap kali mengunjungi makam Luka tingkah Adel selalu begini. Seakan tidak pernah menerima bahwa Luka sudah meninggal dunia. Bahkan di rumah Adel lebih banyak melamun.

"Tenang, Mom. Jangan seperti ini. Ana nggak bakalan senang ngeliat Mommy kayak gini." Alex mengelus punggung Adel yang sedang menangis dalam pelukannya.

"Gimana Mommy mau tenang! Anak kita meninggal, Dad. Meninggal! Mommy nggak bisa liat Ana lagi." Adel semakin histeris. Kemudian Adel pingsan.

"Mommy pingsan lagi," ucap Alexa menatap Mommynya.

Alex melirik Alexa, memberi isyarat kalau dia akan pergi membawa Adel ke mobil. Alex bangkit sambil menggendong istrinya itu. Kemudian pergi meninggalkan Alexa.

"Lo liat kan Mommy sekarang, gara-gara lo Mommy jadi sedih," pungkas Alexa menatap makam Luka.

Perlahan tangan Alexa terulur membelai foto Luka. "Maafin gue, Kak. Meski rasanya sudah terlambat buat minta maaf." Mata Alexa terasa panas hingga cairan bening keluar membasahi pipinya.

Alexa selalu berkata maaf di depan makam Luka setiap kali ia mengunjungi kuburan Luka. Selama Luka hidup belum pernah terucap kata maaf dari bibir Alexa atas semua perbuatannya selama ini. Sebab itu Alexa meminta maaf sekarang. Walaupun sangat terlambat.

Alexa juga sudah meminta maaf kepada Elang, mengakui perbuatannya yang telah mengubah nilai. Begitupun dengan Elang, ia pun meminta maaf kepada Alexa. Sehingga sekarang tidak ada lagi masalah atau pun kesalahpahaman diantara mereka.

Membahas Elang, bagaimana kabar cowok itu sekarang? Elang baik-baik saja. Orang tua Elang tidak terlalu mengekang Elang seperti dulu.

Alex datang memegang bahu Alexa pelan usai mengantar istrinya ke mobil. Alexa menoleh ke arah Daddynya dengan raut wajah sendu. Alex ikut duduk di sebelah Alexa. Mereka mulai berdoa. Selesai berdoa mereka memutuskan pulang ke rumah.

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang