45. Mortal Enemy

11.3K 1.6K 3.1K
                                    

Matahari pagi mengintip dari sela-sela gorden ruangan Luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari pagi mengintip dari sela-sela gorden ruangan Luka. Orion tidur dalam posisi duduk, kepalanya berada di sisi kasur dengan tangan Luka yang ia genggam semalaman. Perlahan Orion membuka matanya, ia mengerjap pelan saat Angkasa membangunkannya.

"Sana pulang, kamu harus sekolah," ucap Angkasa.

"Hm," sahut Orion singkat beranjak dari kursi yang ia duduki. Baru saja membuka pintu Orion menemukan Axel berdiri di depannya lengkap dengan seragam SMA.

"Yoo man!" Axel mengangkat tangan untuk mengajak Orion tos. Orion sudah mengangkat tangan. Namun mereka berdua mematung setelah sadar kalau mereka musuh bebuyutan. "Haram," umpat Axel, menurunkan tangannya.

"Cih najis," umpat Orion ikut menurunkan tangannya.

"Minggir lo," ketus Orion.

"Ya elah ... nih jalan perasaan masih lebar, lewat sono aja lo," tunjuk Axel ke jalan di sebelahnya. Padahal koridor rumah sakit masih lebar lantas mengapa ia harus menggeser tubuhnya? Memang dasar Orion ingin mencari gara-gara dengannya.

Orion mendorong Axel agar Axel tak menghalangi jalannya. "Woii kampret, kusut nih baju gue!" teriak Axel tidak terima sambil menatap punggung Orion melenggang pergi.

Axel berbalik lalu ia masuk ke dalam ruangan Luka. "Om," sapa Axel.

"Om, bisa lepasin dulu nggak tangan pacar saya," ujar Axel melihat tangan Angkasa menggenggam tangan Luka.

"Sejak kapan Luka jadi pacar kamu?" tanya Angkasa tidak terima.

"Udah lama om, om aja yang nggak tau," imbuh Axel bangga.

"Mana mau Luka sama modelan cowok kere kayak kamu," cibir Angkasa.

"Sekate-kate lo om, yatim-yatim gini gue juga kaya raya bisa nafkahin Luka tujuh turunan tujuh tanjakan plus tujuh belokan." Sombong Axel.

"Minggir om." Axel dengan tidak sopannya mendorong kursi yang Angkasa duduki membuat Angkasa spontan berdiri.

"Pagi ayang," sapa Axel sambil menatap wajah damai Luka, mata Luka masih terpejam erat, ia meraih tangan Luka.

"Cepet bangun ya." Axel mengecup punggung tangan Luka sekilas.

"Semoga pas lo bangun lo lupa sama Orion sama sih om dan cuma ingat gue doang," celetuk Axel.

"Enak aja kamu," protes Angkasa tidak terima mendengar ucapan Axel barusan, gimana kalau terkabul Luka tiba-tiba lupa dengan dirinya. Tidak-tidak itu tidak boleh terjadi!

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang