41. Kill Yourself Or Be Killed

11.7K 1.7K 5.1K
                                    

Jam istirahat, kantin selalu ramai oleh para siswa kelaparan yang mulai mengisi perutnya setelah beberapa jam menguras otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam istirahat, kantin selalu ramai oleh para siswa kelaparan yang mulai mengisi perutnya setelah beberapa jam menguras otak. Luka bersama Axel mengantre untuk membeli makanan. Sebenarnya Luka menolak pergi ke kantin, tapi karena Axel memaksa serta menyeretnya membuat ia pasrah pergi bersama Axel, tak Lupa Damian serta Reyan mengikuti di belakang mereka sudah mirip seperti pengawal pribadi.

Axel mendengus melihat antrean panjang di depannya. "Dam, potong antrian," suruh Axel kepada Damian.

"Ogah gue, suruh Reyan aja," balas Damian malas, ia tidak mau nanti diamuk para cewek-cewek karena memotong antrean.

Axel serta Damian menatap ke arah Reyan membuat Reyan membuang muka sambil bersiul-siul kecil. "Kenapa lo berdua ngeliatin gue?" tanya Reyan melirik mereka bergantian.

Mengerti tatapan dari kedua temannya itu membuat Reyan menghela napas pasrah. Reyan menggulung lengan seragamnya ke atas, matanya menatap tajam para siswa di depannya.

"Permisi permisi, air anget air anget ... minggir-minggir orang ganteng mau lewat." Reyan menerobos sekumpulan cewek-cewek yang sedang mengantre membuat mereka menepi saat mendengar suara Reyan, sebagian dari mereka mendengus kesal karena Reyan mendorong mereka. Akhirnya Reyan berada diantrean paling depan, ia segera memesan makanan serta minuman.

Arkan dan sih kembar baru saja memasuki kantin membuat mereka menjadi pusat perhatian tak lupa para cewek-cewek juga menyapa mereka. Ketiga cowok itu melangkah mendekati meja Luka, tanpa persetujuan mereka pun duduk di sana membuat Axel menatap tak suka.

"Ngapain lo ke meja kita?" sinis Damian.

"Jagain Bu ketu," jawab Arkan sambil menggoyangkan sebelah kakinya santai.

"Sono lo bertiga pergi, ganggu kita makan aja," sewot Reyan.

"Kalo kita nggak mau pergi, lo mau apa," tantang Fano memajukan wajahnya ke depan muka Reyan hingga wajah mereka hanya berjarak satu jengkal.

"Najis, jauhin muka lo." Reyan mendorong muka Fano.

"Anjir ... tangan lo bauk taik, lo belum cebok ya!" Fano mengusap wajahnya jijik.

Reyan menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil nyengir lebar. "Jorok banget lo!" sinis Fano.

"Gue udah cebok kok, Ya ... mungkin kurang bersih aja," balas Reyan santai sambil menyuapkan pentol bakso ke dalam mulutnya.

"Mana ketua lo?" tanya Axel.

"Kepo lo kek dora," sahut Fino.

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang