10. Beginning of Trouble

17.8K 1.9K 189
                                    

"Nggak ada yang boleh bully sih hama, kecuali gue!" Alexa menatap tajam Sindi sambil mencengkeram tangan kanan Sindi yang hendak menampar pipi Luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak ada yang boleh bully sih hama, kecuali gue!" Alexa menatap tajam Sindi sambil mencengkeram tangan kanan Sindi yang hendak menampar pipi Luka.

Alexa menghempaskan tangan Sindi membuat Sindi sedikit terhunyuk. "Pergi lo, kalau lo gangguin dia awas aja!" Alexa mengancam sekaligus mengusir Sindi membuat Sindi segera keluar dari uks dengan perasaan jengkel.

TEET

Bel tanda istirahat berbunyi. Alexa menatap Luka dengan pandangan datar. Ia mengambil sesuatu dari laci berupa serbuk putih lalu keluar dari uks tanpa mengganggu ataupun membully Luka. Luka bernapas lega ketika Alexa keluar.

Luka memegang lengannya, terasa sakit karena dicengkram Sindi barusan. Luka turun dari kasur, ia sudah cukup istirahat saatnya kembali ke kelas. Koridor ramai karena sekarang sudah jam istirahat.

"Aakkh." Luka terjatuh ketika siswa laki-laki berlari sambil menabraknya.

"Sorry," kata laki-laki itu lalu pergi begitu saja tanpa membantu Luka.

Luka menatap pungung laki-laki yang menabraknya kian menjauh, ia bersiap untuk bangkit namun ada sebuah tangan yang terulur di depannya. Luka mendongkak untuk melihat sih pemilik tangan tersebut.

"Orion," gumam Luka.

Orion menatap Luka lalu memberi isyarat mata agar Luka segera menerima uluran tangannya, dengan ragu Luka menerima uluran tangan Orion. "Lo gapapa?" tanya Orion ketika Luka sudah berdiri.

"Gapapa," jawab Luka.

"Lengan lo kenapa?" Mata Orion menangkap seragam Luka dibagian lengannya merah pekat.

"Kebuka lagi," gumam Luka.

"Lo tunggu di sini," ucap Orion segera melepaskan pegangan tangannya dari Luka. Orion berjalan cepat menuju uks. 5 menit berlalu Orion kembali membawa sebuah kotak berwarna putih.

Orion mengajak Luka duduk disalah satu bangku dekat lapangan basket. Orion menggaruk tengkuknya, ia bingung bagaimana cara mengobati Luka, kalau ia langsung memegang lengan baju Luka lalu menariknya ke atas terlihat tidak sopan.

"Baju lo," ucap Orion. Mengerti maksud Orion, Luka segera menyingsing lengan bajunya sedikit ke atas. Kain kasa yang dipakaikan Mira tadi pagi sudah terbuka. "Gue nggak pernah ngobatin orang, bisa tutor?" ucap Orion kikuk.

Luka terkekeh menatap Orion membuat Orion terpaku. "Cantik."

"Sini." Luka mengambil kain kasa serta beberapa alat untuk membersihkan darahnya yang mengucur keluar.

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang