52. Elang's Secret

8.4K 1.2K 3.9K
                                    

Luka sedang memasukkan bukunya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka sedang memasukkan bukunya ke dalam tas. Sedangkan di bangku masing-masing terlihat Orion serta Axel saling tatap. Mereka berdua sama-sama berdiri hendak mendekati bangku Luka.

"Gue duluan bangke." Axel menyenggol bahu Orion kuat.

"Enak aja, gue duluan." Orion membalas menarik rambut Axel membuat Axel mengaduh kesakitan.

"Yon kita udah jadi sohib loh, masak masih ribut aja." Axel berusaha melepaskan tangan Orion dari rambutnya.

"Kalo urusan Luka kita tetap musuh," balas Orion.

"Oke! ngajak ribut beneran lo." Axel meraih leher Orion kemudian leher Orion ia jepit dengan lengannya membuat Orion meronta-ronta. Orion mengencangkan tarikannya pada rambut Axel sehingga Axel berteriak kesakitan.

"Aduh-aduh bangke, sakit anjirr lepasin." Axel menepuk-nepuk tangan Orion minta dilepaskan.

"Kalo kepala gue lepas lo harus tanggung jawab, gue gentayangin lo seumur hidup," sambung Axel.

Dari tempatnya Luka geleng-geleng kepala melihat Axel dan Orion yang sedang ribut. Luka memakai tasnya ke bahu lalu keluar dari kelas.

Mendengar ucapan Axel spontan Orion melepaskan tarikannya dari rambut Axel begitu pun dengan Axel ia juga melepaskan tangannya dari leher Orion. Mereka berdua mengatur napas kemudian saling pandang.

"Udah nih ributnya?" tanya Damian.

"Noh liat, Luka udah pergi tuh." Damian menunjuk ke arah pintu dengan dagunya.

Axel dan Orion melihat bangku Luka. Kosong, orangnya sudah pergi ternyata. "Gara-gara lo nih, Yon," kesal Axel menyalahkan Orion.

"Salah lo!" ketus Orion.

Tanpa aba-aba Axel mendorong dada Orion membuat Orion terhunyuk lalu terduduk dikursi. "Gue duluan, bye." Axel memasang tampang mengejek. Ia berlari keluar kelas menyusul Luka lebih dulu sebelum Orion.

"Sialan," maki Orion menatap kepergian Axel. Orion segera bangkit menyusul Axel.

"Ditinggal nih kita," ujar Fano.

"Ya gini nasib punya Bos lebih mentingin ayangnya daripada kita." Reyan merangkul bahu Fano sambil melihat keluar pintu.

"Biasalah," timpal Arkan.

"Ayo cabut," ajak Elang.

"Gass lah," sahut Fino.

Di parkiran Angkasa keluar dari mobilnya. Ia sudah menghubungi Alex agar tidak perlu menjemput Luka karena ia yang akan menjemputnya. Dari  kejauhan Angkasa melihat Luka sedang ngobrol dengan Alexa.

About Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang