10 || The Plan

56.2K 4.4K 1.3K
                                    

Hai apa kabar?

_____________________________________________

"Jangan terlalu peduli dengan penilaian satu orang, karena penilaian bukan hanya darinya."


"Bagaimana Lea, Al?"

"Syukurlah dia udah tidur, Mi."

"Keadaannya?"

Alzheigara mengehala napas panjang. "Dia cuma shock sama kejadian tadi siang."

"Kok bisa?" Vanna terlihat sangat khawatir saat melihat putrinya pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Mami nggak perlu cemas, aku bakal urus semuanya. Lea akan baik-baik aja," jawab Alzhei menenangkan.

Vanna mengangguk, ia tersenyum kemudian menepuk pundak putranya. "Mami percaya sama kamu. Jagain Lea," ucapnya.

Alzhei hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ya udah, pelajaran hari ini jangan lupa dipelajari lagi. Setelah belajar baru istirahat."

"Iya, Mi. Good night ...."

"Night too," jawab Vanna.

Setelah Vanna pergi, Alzhei segera menuju kamarnya yang terdapat di Sebelah kamar Lea.

Laki-laki itu duduk di kursi belajarnya. Bukannya belajar seperti yang diperintahkan Vanna, tapi ia sedang kalut memikirkan sesuatu. Sebuah pertimbangan yang berat. Keputusannya yang satu ini akan sangat berdampak bagi orang-orang yang terlibat.

"Untuk keputusan kali ini gue harus egois," gumamnya.

"Aarrrghhh!"

"Maafin kakak, Lea. Ini untuk kebaikan kamu, kakak nggak mau menyakiti kamu nantinya. Lebih baik sekarang ...."

"Dan Isya ... maaf, gue bakal libatkan hidup lo untuk ini, tapi lo tenang aja ...." Senyum miring terbit dari bibirnya.

"Pengorbanan lo ini bakal membantu beberapa cita-cita lo akan cepat terkabul," sambungnya menyeringai.

"Mau punya rumah sendiri, terus ajak Kina tinggal bareng sama gue, terus biayain pendidikan Kina sampai kuliah, terus pingin ketemu sama Papa, terus pingin kabur dari Mama--"

"Punya rumah sendiri."

"Kina? Hm, siapapun Kina ... lo bakal tinggal bareng dia."

"Biayain pendidikan Kina sampai kuliah? Gue bakal bantu lo, Elvisya."

"Ketemu sama papa .... Untuk itu gue bakal berusaha selidiki. Terakhir, kabur dari mama ...." Alzhei terkekeh.

"Cita-cita seorang anak kabur dari nyokapnya? Wow impresif. Gue yakin lo gadis gila, Elvisya."

"Kalo bukan lo yang gila berarti nyokap lo yang gila." Alzhei mengedikkan bahunya.

Tangannya meraih sebuah pena dari atas meja belajarnya. Diketuknya berkali-kali sehingga menghasilkan bunyi. Ketukan itu selaras dengan pikirannya dalam memperkirakan sesuatu. Sifat yang diturunkan Agraven kepadanya.

"Lo nggak akan kabur dari nyokap lo, tapi nyokap lo sendiri yang langsung ...."

"Buang lo."

Alzhei manggut-manggut. "Ide bagus, Alzheigara. Lusa semuanya akan segera dimulai."

Tangannya yang memainkan pena beralih pada handphone yang terdapat di atas nakas.

Dilihatnya foto yang menjadi wallpaper handphonenya.

𝐀𝐋𝐙𝐇𝐄𝐈𝐆𝐀𝐑𝐀Where stories live. Discover now