01 || Diatribe

171K 6.5K 769
                                    

Maaf banget untuk ketidaknyamanan pembaca cerita ini. Terimakasih yang udah setia menunggu cerita ini kembali aktif 🙃🙏

.


.

Vote dan coment

◦•●◉✿★✿◉●•◦

~Enggak pernah dihargai membuat gue lupa caranya menghargai~
Elvisya

~Enggak pernah dihargai membuat gue lupa caranya menghargai~—Elvisya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dua puluh enam!"

"Dua puluh tujuh!"

"Dua puluh delapan!"

"Dua puluh sembilan!"

"Dua puluh delapan!"

"Dua puluh sembilan!"

"Tiga puluh!"

"Woi! Hitung yang bener! Masa dua puluh empat sama dua puluh delapan ngulang terus!"

Orang yang bertugas menghitung tersebut mengangkat alisnya sebelah. "Tugas lo cuma lari dan kelilingi lapangan, jangan protes," balasnya.

"Anjir! Engap napas gue engap! Tanggung jawab lo!" Seorang gadis yang sudah memutari lapangan basket sebanyak tiga puluh kali itu terduduk lemas di lapangan. Ia menghirup oksigen dengan serakah, napasnya tidak beraturan. Keringat bercucuran di keningnya, rambutnya terasa lepek, baju seragamnya hampir basah karena keringat.

Setelah napasnya kembali normal wajahnya segera mendongak dan menatap tajam cowok yang sedari tadi mengawasinya sekaligus menghitung berapa kali putarannya.

"Mau bunuh orang secara perlahan, ya, lo?!" tuduhnya.

"Cuma menjalani tugas," jawabnya singkat.

"Tugas mbah lo!"

"Mbah gue udah meninggal."

Gadis tersebut mencibir. Sebuah ide cemerlang melintas dari otak brilian nan liciknya. Dengan tergesa-gesa ia melepas sneaker yang ia pakai.

Melihat gerak-gerik gadis itu membuat si cowok curiga dan bersiap siaga.

"Elvisya, mau ngapain lo?"

"MAU BIKIN OTAK LO BENJOL--"

"Elvisya, sini kamu!"

Ucapan dan tindakan gadis tersebut yang baru saja mengambil ancang-ancang ingin melempar kepala cowok yang berdiri tidak jauh darinya harus tertunda. Err, bukan tertunda, tapi sepertinya memang gagal.

𝐀𝐋𝐙𝐇𝐄𝐈𝐆𝐀𝐑𝐀Where stories live. Discover now