"Cuma ini yang bisa gue beli, semalam gue ngerangkai ini sendiri," lanjut Axel.

Luka menatap Axel khawatir, tetapi yang dikhawatirkan malah memasang tampang biasa saja. "Terus gimana? Kalo lo pulang dari sini lo tinggal di mana?" tanya Luka panik.

"Gampang, masih ada keluarga Damian yang udah anggap gue sebagai anak mereka sendiri," pungkas Axel.

"Ini ambil." Axel menyodorkan buketnya kepada Luka.

Luka meraih buket berukuran cukup besar itu. "Makasih Xel, gue suka banget." Luka tersenyum bahagia menatap buket pemberian Axel.

Luka terharu, ia tidak masalah mau pemberian Axel murah atau pun mahal. Namun yang ia apresiasikan adalah usaha Axel merangkai sendiri buketnya.

Buket pemberian Axel unik. Bagian paling atas Axel susun Komix OBH 100 shaceth berwarna biru. Di bawahnya ada permen kaki 200 biji tersusun rapi. Kemudian ada adam sari 100 bungkus, dilanjut lagi bagian paling bawah tersusun tolak angin 100 shaceth.

Awalnya Axel mau memberi Luka softex bentuk love, akan tetapi Axel malu membeli sendiri softexnya. Akhirnya tidak jadi.

"Kalo lo butuh obat tidur, lo tinggal minum komix," celetuk Axel.

"Kok gitu? Komix kan obat batuk." Heran Luka.

"Komix collab sama obat tidur, buktinya habis minum komix jadi ngantuk, terus tidur deh."

Luka tertawa pelan. Ada-ada aja omongan random Axel. "Jadi jalan nggak nih?" tanya Luka.

Axel naik ke atas motornya. "Buruan naik," suruh Axel.

Luka memanggil petugas keamanan yang sedang berjaga di baseman, ia menitipkan buket pemberian Axel kepada petugas keamanan. Kalau dibawa bisa melayang semua isinya.

Luka memegang sebelah bahu Axel lalu naik ke atas motornya. "Sesuai aplikasi ya, Mas."

"Ojol kali gue." Axel tertawa menanggapi gurauan Luka.

"Pegangan, biar gak jatuh terus mati muda," kata Axel.

Tanpa ada rasa gugup Luka melingkarkan tangannya ke perut Axel. "Buruan jalan," ucap Luka.

"Siap ... Kanjeng Ratu." Dengan semangat 45 Axel mulai melajukan motornya.

Di tengah perjalanan Luka bertanya kepada Axel. "Btw kita mau ngedate kemana?" Suara Luka terdengar jelas sebab Axel membawa motornya pelan.

"Kita cari tempat ngedate gratisan," sahut Axel.

Luka menaruh dagunya ke bahu Axel. Angin sepoi-sepoi menerpa lembut wajahnya sehingga sejuk terasa. Siang ini cerah namun tidak panas, tidak banyak juga kendaraan berlalu-lalang. Padang rumput hijau dilengkapi beberapa pepohonan besar terbentang luas di sisi kiri dan kanan jalan. Kota S terkenal bersih sehingga tak nampak satu pun sampah sejauh mata memandang.

Duduk berdua di atas motor sambil menikmati pemandangan hijau memang terasa menyenangkan. Luka semakin mengeratkan pelukan pada pinggang Axel karena Axel sengaja menggas motornya.

Axel menghentikan motor saat melihat beberapa pasangan kekasih sedang lesehan di atas rumput. Ada yang nyender manja, ada yang suap-suapan makanan. Karena sekarang Axel kere maka tempat ini cocok untuk kencan gratis.

About Everything [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя