38. Malu

67 36 1
                                    

Mobil Fortuner hitam masuk ke dalam pekarangan rumah Mahmud. Samuel dan Aditama langsung turun dari mobil. Di ruang tamu sudah ada Ratna dan Rasmi yang menyambut mereka berdua.

Samuel dan Ratna saling berpelukan. "Ma, Sam kangen."

"Baru bulan kemarin ketemu, Sam," ujar Ratna terkekeh. "Kata papa kamu menang lomba speech ya? Selamat ya sayang."

Samuel mengangguk. "Makasih, Ma."

"Ayok kita sekarang makan enak-enak sebelum magrib," ajak Rasmi membuat mereka mengangguk semangat berjalan ke dapur.

Mahmud pun datang menghampiri mereka di ruang makan, Mahmud begitu senang dan terharu mendengar cerita cucu satu-satunya juara 1 lomba speech se-SMA Nasional. Mahmud yang sedang sakit merasa agak ringan mendengar itu semua seolah menjadi obat.

Di meja makan, Samuel memimpin do'a. Setelah itu mereka makan bersama sambil bercerita dan tertawa. Baru kali ini Samuel merasakan kehangatan keluarga, keluarga seperti inilah yang Samuel harapkan dari dulu.

Malamnya, saat mereka sedang ingin tidur, mereka membagi kamar. Mbah Mahmud dan eyang Rasmi tetap sekamar di kamarnya, sedangkan Ratna tidur di kamar Samuel sendirian karena kasur Samuel hanya untuk satu orang. Sedangkan Aditama dan Samuel tidur beralaskan tikar di depan TV sambil nonton bola.

Baru kali ini Samuel hidup 18 tahun di dunia bisa sedekat ini dengan ayahnya, mereka berdua tampak kompak menyoraki acara bola kesayangan mereka, ditemani kopi hitam dan cemilan keripik.

"Goallll!" Heboh Samuel dan Aditama berteriak keras sehingga mengundang Ratna yang sedang tidur di kamar Samuel.

"SAMUEL, PAPA, TIDUR. UDAH MALEM!" Teriak Ratna tanpa keluar dari kamar.

Samuel dan Aditama saling menoleh dan tertawa cekikikan, mereka berdua pun akhirnya mematikan TV untuk segera tidur.

Mereka akhirnya tidur dengan beralaskan tikar, bantal sofa, tanpa kipas, serta sarung buat sholat sebagai selimut agar tidak di gigit nyamuk, apalagi pakai kaos oblong tipis dan celana pendek. Benar-benar seperti rakyat jelata pada umumnya.

***

Pagi-pagi mereka semua sarapan nasi uduk yang Samuel beli di pasar subuh-subuh. Mereka semua makan lesehan di depan TV sambil bercerita.

"Papa sama Mama pulangnya masih lama kan?" Tanya Samuel memastikan, karena ia takut kehangatan keluarga ini langsung sirna.

Ratna dan Aditama saling menoleh. "Besok papa sama Mama sudah pulang, Sam," balas Ratna membuat Samuel sedih.

"Cepet banget, baru aja baikan."

"Papa masih ada kerjaan, nak. Kasian kalau sekertaris dan orang-orang lain yang dikantor kalo gak ada papa," timpal Aditama menjelaskan.

"Nanti kalau ada waktu senggang, papa sama Mama ke sini lagi kok, Sam," sahut Ratna membuat Samuel mengangguk mengerti.

Aditama tersenyum tipis, jujur saja ia ingin berlama-lama disini karena ia dan Samuel sudah sangat dekat. Aditama juga menyadari banyak perubahan dengan hidup Samuel, anak itu selalu beribadah, belajar tiap malam, bersih-bersih dan rajin menghemat uang. Aditama juga banyak mendengar dari tetangga sekitar saat baru sampai dari Jakarta bahwa Samuel sering ke kebon dan Sawah. Samuel jadi lebih sopan dan mulai terlatih dengan kebiasaannya kepada orang lain, Aditama merasa sangat senang atas semua perubahan Samuel.

Tinggal dirinya lah yang berusaha berubah menjadi ayah yang baik sekaligus kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk mereka.

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)Where stories live. Discover now