36. Seperti Sebuah Mimpi

58 30 0
                                    

Di hari Sabtu ini, semua orang libur sekolah, kecuali Samuel dan Savira serta 2 cewek yang bernama Nana dan Lala yang mewakili lomba storytelling dan newscasting, mereka semua sedang berdiri di gerbang depan sekolah bersama ma'am Deli dan mba Indah yang menjadi pendamping mereka. Mereka berenam saat ini sedang menunggu mobil angkot yang sebelumnya sudah di pesan ma'am Deli untuk mereka pergi ke tempat yang dituju.

Mobil angkot bewarna biru pun datang dan berhenti di depan mereka, mereka semua pun langsung naik ke dalam angkot itu.

Saat di dalam angkot, Samuel celingak-celinguk melihat isi angkot yang ia naiki, untuk pertama kalinya ia naik mobil angkot, rasanya agak aneh karena kursi yang memanjang ke badan mobil, serta goncangan yang tidak henti-hentinya, angin kencang dari luar yang sedari tadi menerpa kulitnya apalagi jika sedang rem dadakan, rasanya tubuh samuel miring ke samping seolah nyawanya ingin loncat.

Apalagi sedari awal ia di dalam mobil angkot, musik dangdut yang di remix menggetarkan telinganya dengan hebat, jika ada keresek hitam, Samuel ingin segera muntah karena ia pusing. Bicara tentang lagu dangdut membuat Samuel teringat dengan Midun yang fanatik sekali dengan musik tersebut.

Jadi kangen mereka.

Samuel tersenyum karena bertekad setelah lomba ini selesai, Samuel akan menjauhi Savira dan menjelaskan semuanya kepada Kemal dan teman-temannya.

"Nanti kalau sudah di atas panggung, kalian jangan nervous ya?" Pinta ma'am Deli membuat mereka semua tersenyum mengangguk.

"Mba Indah lagi gak ada jadwal ke kampus?" Tanya Samuel ke mba Indah yang sedari tadi mereka diamkan.

"Gak ada, Sam. Paling nanti malem ada kelas online," jelas mba Indah sambil tersenyum.

Savira yang berada di sampingnya pun merapat ke Samuel, membuat Samuel yang sadar dengan perlakuan Savira barusan membuat ia risih, entah sejak Savira keceplosan bahwa cewek itu menyukainya, membuat Samuel jaga jarak, takut jika Savira melakukan hal yang tidak-tidak seperti di sinetron.

Kebetulan sekali lagi ada lampu merah di jalan membuat mobil angkot pun berhenti. Samuel pun melirik ke mereka semua. "Ma'am, Saya duduk di depan aja ya di samping supir, gak enak ma'am disini saya yang cowok sendiri."

Mereka semua yang memaklumi langsung mengizinkan Samuel untuk pindah ke bangku di samping supir, kecuali Savira yang cemberut karena tak bisa berdekatan dengan Samuel.

Saat Samuel pindah duduk di depan, seketika aroma bangkai tikus menusuk hidungnya.

Bau ketek beut anjir nih orang!

Samuel mati-matian menahan nafasnya dari zat beracun sang supir, supirnya juga penuh dengan tatto, kumis dan berewokan lebat, dan sesekali jago nyebat rokok.

***

Mereka berenam sampai di SMA Yadika, tempat lomba diadakan. Savira, Nana dan Lala sibuk berfoto-foto di lapangan untuk kebutuhan status, apalagi sekolah SMA Yadika cukup dibilang sekolah elit, membuat Samuel jadi rindu akan sekolah lamanya.

Savira pun menoleh menghampiri Samuel. "Kak, foto berdua yok!"

Samuel menolaknya dengan mentah-mentah bukan karena apa, tapi ia ingin segera berlari mencari toilet untuk muntah karena sedari tadi ia merasa mual di dalam angkot. "Sorry, gue mau ke toilet!"

Savira merenung menatap kepergian Samuel, ia merasa menyesal pernah keceplosan bahwa ia menyukai Samuel, imbasnya adalah sekarang ia mulai dijauhi.

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें