27. Pulang Ke Jakarta

51 21 0
                                    

Sesuai kesepakatan awal, Samuel pagi ini akan berangkat ke Jakarta. Pertama-tama Samuel akan menaiki travel untuk ke kota, lalu ia akan naik pesawat ke Jakarta.

Samuel membantu supir mengangkut sekoper baju dan barang-barangnya ke dalam bagasi travel. Setelah itu, Samuel menatap Rasmi dan Mahmud yang memasang wajah sedih tetapi tetap tersenyum.

"Sam, pamit ya, Mbah, yang," pamit Samuel sambil menyalimi tangan Rasmi dan Mahmud secara bergantian.

"Iya, Sam. Titip salam dari kami berdua buat papa dan mama mu disana ya," pesan Rasmi membuat Samuel mengangguk.

"Siap! Yaudah, sekarang Sam berangkat ya."

"Jaga diri kamu baik-baik ya, Sam. Hati-hati," ujar Mahmud membuat Samuel tersenyum.

"Pasti, mbah. dadahh!" Balas Samuel sambil melambaikan tangannya. Kemudian Samuel pun masuk ke dalam mobil travel untuk berangkat. Tak lama dari itu, mobil pun jalan.

Saat di dalam mobil, Samuel menoleh ke belakang melihat Mahmud dan Rasmi dari kaca mobil yang masih setia berdiri sambil menatap kepergian Samuel. Samuel ikut merasa senang dan sedih. Ia senang karena masih tak menyangka akan pulang ke Jakarta, disatu sisi sedih karena tak tega meninggalkan Mahmud dan Rasmi.

****

Pukul jam 11 siang Samuel telah tiba di Jakarta, Samuel keluar dari bandara untuk mencari Pak Tarman, Supir pribadi kepercayaan keluarga Samuel.

"DEN!" Panggil seseorang yang sangat Samuel kenali dari suaranya. Samuel pun mengedarkan pandangan ke sekeliling bandara mencari orang itu dan tiba-tiba pak Tarman lah yang menghampiri Samuel sambil berlari.

"Pak," tegur Samuel sambil menyalimi tangan pak Tarman tanpa permisi.

Pak Tarman pun langsung kaget melihat perlakukan Samuel barusan. Pak Tarman melongo heran seolah baru kali ini melihat sisi berbeda dari Samuel, Samuel memang terlihat sangat kurus, tetapi kesopannya itu yang membuat pak Tarman kagum. Padahal dulu sebelum Samuel pindah ke Yogyakarta, Samuel selalu bersikap kasar kepada dirinya bahkan orang lain yang lebih tua.

"Pak, kok melamun?"

"Eh, enggak kok, Den. Bapak cuman kangen aja sama Den Samuel."

Samuel terkekeh pelan. "Sama, Sam juga kangen sama pak Tarman, kangen nongkrong di post satpam malem-malem kalo Samuel pulang larut dari tawuran geng motor maksudnya."

"Hahaha, bisa aja, Den. Yasudah, mana kopernya, sini biar pak Tarman yang bantu angkat."

"Eh, gak usah, pak. Biar Sam aja, cuman 1 juga kok masa Samuel gak kuat," tolak Samuel sambil menggeserkan kopernya menjauhi pak Tarman.

Setelah berbincang-bincang, akhirnya mereka berdua masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju rumah Samuel. Di sepanjang perjalanan, Samuel hanya diam menatap padatnya kota Jakarta yang macet serta langit hitam, tak sebiru cerah seperti kampung Langit Biru.

"Den Samuel kok jadi kurusan ya?" Tanya pak Tarman membuka suara agar tidak terlalu suntuk.

"Hahaha, disana makan apa adanya, Pak, udah lama juga gak gym. Tapi tetep punya otot kok, pak, soalnya Samuel sering nyangkul di kebon."

"Hah? Den Samuel disana suka berkebun? Panas-panas dan kotoran-kotoran gitu?"

"Iya, pak. Tapi seru banget kok, pak."

"Den Samuel jadi berubah ya?"

"Iya pak, namanya juga proses hidup, Alhamdulillah Samuel jadi banyak belajar pengalaman disana."

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin