Prolog

401 111 159
                                    

Seorang cowok dengan kaos partai hasil pembagian kepala Desa, sedang berjongkok di sebuah rawa-rawa dibawah terik matahari yang begitu panas. Samuel mengelap keringat di keningnya dengan kaos. Ia sudah merasa begitu lelah seperti ini.

Lelaki tampan itu tadinya adalah seorang anak dari pengusaha besar yang terkenal, ia bahkan dulu sekolah di international high school, Samuel cukup terbilang modis dengan barang-barang mewah yang selalu melekat di dirinya, apalagi ia adalah seorang anak tunggal yang apa-apa selalu dimanja dan akan dituruti segala keinginannya.

Itu hanya bicara tentang dulu.

Sekarang keadaan berbeda setelah Ayahnya dengan tega menyuruhnya untuk pindah sekolah ke sebuah kampung Mbah dan Eyangnya karena suatu alasan. Mbahnya Samuel selalu saja menjadikan Samuel babu di sana, pagi-pagi sudah disuruh memberi makan di kandang ayam, baru boleh ke sekolah sambil jalan kaki. Setelah pulang sekolah, ia harus membantu Mbahnya ke sawah atau ke kebun karet. kalau malam ia harus sudah terpantau sedang belajar, baru bisa tidur. Benar-benar berubah total.

Terkadang di hari libur, ia juga tidak bisa bermain dengan teman-teman sekolahnya di kampung karena alasan tidak dibolehkan oleh Mbahnya. Kelewatan sekali bukan?

Samuel yang cemberut pun kini berjalan sambil berjongkok seolah mencari sesuatu.
"Ya Allah kuatkan hamba mu ini, Ya Allah!" Keluh Samuel seraya mengangkat kedua tangannya sambil memejamkan mata.

"Gue kuat!" Samuel memukul dada kirinya seolah menyemangati dirinya sendiri.

"Gue harus cari belut-belut itu, biar gak diocehin sama mbah-mbah itu!"

Samuel pun mulai berfokus meraba-raba rawa yang hitam pekat. Ia mencari hewan panjang dan licin itu, walau Samuel agak jijik, tapi ia terpaksa melakukannya.

"Nah, dapet satu!" Pekik Samuel heboh. Tetapi tiba-tiba ia terdiam mamatung merasakan ada yang aneh setelah ia raba.

"Kok, belut gede banget ya?" Lagi-lagi Samuel terus meraba-raba sampai akhirnya ia yang terlalu penasaran dengan apa yang dipegangnya membuat ia langsung saja menarik makhluk itu keluar dari rawa dan setelah dilihat...

"ULERRR!!!" teriak Samuel heboh dan langsung melempar ular python yang panjang itu ke sembarang arah.

Saat itu juga Samuel berlari tanpa henti seolah ia sedang ketakutan yang amat hebat, ia pun akhirnya berhenti sambil menyender di sebuah pematang sawah sambil mengatur nafasnya tak beraturan. Samuel pun menangis seolah meratapi nasibnya.

"Mamaaa, Sam mau pulang lagi aja ke Jakarta, maaaa. Sam janji akan jadi anak baikkk."

Hei Yoo guyss!
Wellcome to the story of epilogue part.

Baru prolognya nih, guys.
Oke, lanjut ke part selanjutnya yaaa....

Seperti biasa, ambil cerita positifnya dan buang hal negatifnya untuk mengambil sebuah pembelajaran dalam cerita ini.

See you💖

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)Where stories live. Discover now