21. Rancangan Masa Depan

55 19 0
                                    

Susan sudah rapih dengan seragam Pramukanya, ia mengepang satu rambutnya di depan cermin sambil bernyanyi kecil. Lalu Susan pun memakai farfum dan bedak tipis, ia sangat natural, tak perlu memakai lips tint ataupun skincare lainnya, Susan bahkan sudah sangat cantik dan mulus.

Setelah Susan sudah puas dengan penampilannya, ia langsung berjalan keluar dari kamar sambil mengambil tas untuk berangkat ke sekolah.

Susan pun memakai sepatunya, lalu ia berjalan menuju pintu rumahnya untuk segera berangkat, tak lupa ia pamit terlebih dahulu dengan ibunya yang ada di dapur.

Cekklekk....

Susan yang tadinya tersenyum ceria langsung mendadak jutek saat ia membuka pintu, ternyata ada Samuel yang sedang bermain handphone di kursi terasnya. Sadar, Samuel pun menoleh ke arah sampingnya menatap Susan.

"Good morning, Susantiii!" Sapa Samuel ceria ala bocil sambil melambaikan tangannya.

"Kamu kenapa ada terus sih?" Decak Susan bete.

"Gue ada terus? Ada terus di sekitar lo apa di hati lo? Eakkkkk."

"Haha, krik!" Balas Susan jengah sambil berjalan ke arah luar pagar rumahnya. "Dah, ah. Aku mau berangkat."

"Berangkat sekarang? Oke sayang!" Semangat Samuel sambil mengambil kunci motor dan jaketnya yang ia taruh di atas meja.

"Ayok, naik pelan-pelan," ucap Samuel saat ia menaik motor. Tiba-tiba senyumnya pudar saat Susan tampak acuh dan malah berjalan kaki meninggalkan Samuel.

Samuel pun menyusul sambil membawa motornya dengan pelan karena Susan berada tidak jauh dari dirinya. "San, ayok dong, masa jalan kaki. Gue udah dari pagi buta lho disini nungguin lo."

"Naik motor bikin dingin," balas Susan pelan sambil menunduk.

Samuel memang mengerti. Suasana perkampungan memang lah sangat dingin. Apalagi masih pagi dan tak ada polusi. Mana lagi harus berada di atas motor membuat hembusan angin yang sangat kencang membuat badan menggigil.

Samuel membuka jaketnya membuat Susan mengerit bingung. "Sini ya, gue pakein," ujar Samuel sambil memakaikan Susan jaket miliknya dan Susan tak menolak.

Mata mereka bertemu, keduanya sama-sama menegang, tapi Susan lah yang lebih gawat disini, membuat dirinya sulit bernafas.

"Cantik," puji Samuel tersenyum saat Susan cocok memakai jaketnya. "Ayok berangkat."

"Kamunya gimana? Kan dingin," cetuk Susan merasa tidak enak.

"Santai, gue lelaki tampan, tangguh dan pemberani, angin langsung insecure!" Balas Samuel sombong dan gengsi padahal ia sendiri ke sekolah pakai jaket karena memang dingin.

Mereka pun naik ke atas motor. Hanya ada keheningan di sepanjang perjalan mereka ke sekolah. Samuel tersenyum saat tak sengaja melihat wajah Susan di spion motor dan apesnya Susan sedari tadi memperhatikan wajah Samuel di kaca spion membuat Susan membuang wajahnya malu.

"Cieee dari tadi liatin cowok ganteng, liatin aja, gak apa-apa, San. Kapan lagi coba?" Ujar Samuel sambil terkekeh.

"Ge'er."

"Masih dingin gak?"

"Masih, tapi gak sampe meninggigil kayak tadi, sih."

"Peluk gue aja, San. Biar tambah anget hehehe. Soalnya gue bukan cowok cool tapi cowok hot hehehe," ucap Samuel sambil cekikikan.

Samuel pun langsung menarik kedua tangannya Susan dengan tangan kirinya untuk memeluk perutnya erat.

"Oh ya, San. Nanti gue suatu saat bakal beli mobil deh, biar lo gak kedinginan lagi, gak kehujanan, gak kepanasan, lo bisa puas liatin wajah gue langsung tanpa harus liat spion, doa'ian aja ya."

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)Where stories live. Discover now