37. Didatangi Papa

66 33 3
                                    

Hari Senin ini semua orang tengah berkumpul upacara, disaat upacara telah selesai, salah satu guru maju ke depan sambil berkata 'pengumuman-pengumuman' yang berarti mengode siswa-siswi untuk tetap berada di lapangan.

Ada 2 buah piala berukuran tinggi dan kecil karena sebuah perlombaan, semua orang bertanya-tanya siapakah pemilik Piala tersebut?

"Hari Sabtu kemarin, salah satu teman kalian sudah mengharumkan nama sekolah Langit Biru di bidang prestasi non akademik. Harap yang saya sebutkan namanya untuk maju ke depan menerima piala.

"Dengan bangga, juara harapan 2 lomba storytelling se-SMA Nasional yang diselenggarakan di SMA Yadika, bernama Nurlela Kharisma dari kelas 11 IPA 4."

Lala yang kemarin ikut lomba storytelling langsung maju berjalan ke lapangan dan disoraki orang-orang, termasuk teman sekelasnya yang heboh.

"Kedua, ada perwakilan dari lomba Speech memenangkan juara 1 se-SMA Nasional yang diadakan di SMA Yadika, dari kelas 12 IPS 4 bernama Samuel Revanu Aditama."

Prok....prok...prok....

Semua orang berteriak heboh sama seperti Sabtu kemarin saat Samuel naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan.

Cewek-cewek dalam barisan fans fanatik Samuel langsung beryel-yel heboh pakai bahasa Jawa.

Sedangkan Kemal, Arong, Midun dan Junot hanya datar tak bereaksi apapun melihat sahabat mereka maju di panggil menerima penghargaan.

"Mal, itu si Samuel," tegur Junot memberi tahu.

Kemal diam dan ia langsung pergi entah kemana membuat mereka semua saling mengerit bingung, mereka harap maklum kalau Kemal masih kesal dengan Samuel yang bisa mendapatkan apapun yang ia mau, termasuk Savira.

Semua orang bubar dari lapangan menuju kantin, bahkan bermain kesana-kemari. Sedangkan Samuel yang ingin pergi ke kelas langsung bertemu dengan sosok pria yang sempat renggang sebulan yang lalu.

Papa?

Samuel masih tidak menyangka bahwa di hadapannya ada Aditama sedang berdiri tersenyum menatapnya. Samuel tak pernah kepikiran jika ayahnya itu datang menemuinya disini apalagi menyaksikan ia mendapatkan penghargaan, padahal dulu saat Samuel dapat juara 1 karate, ayahnya biasa saja dan menganggap itu wajar karena Samuel memang harus diwajibkan menang sebab sudah di kursus kan.

"Nak... Selamat ya, papa selalu bangga sama kamu," ucap Aditama dengan lirihan yang ia tutupi dengan senyuman.

Mata Samuel berkaca-kaca. Selalu bangga? Baru kali ini Samuel merasa kemenangannya berarti untuk dirinya sendiri dan ayahnya. Samuel pun maju mendekat dan mereka saling berpelukan.

Samuel menangis di pelukan Aditama, dan Aditama hanya bisa menahan air matanya agar tidak jatuh, Aditama hanya menepuk-nepuk punggung Samuel agar kuat. "Anak laki-laki kok nangis."

"Hiks ... Maafin Sam, pa. Maaf kalau Samuel selama ini selalu kurang ajar dan membantah, sekarang Sam banyak belajar dan mulai mengerti dengan maksud papa," ucap Samuel sesenggukan dan berusaha menghapus air matanya.

Aditama melepas pelukan mereka, Aditama memegang kedua bahu Samuel. "Papa gak pernah benci sama anak papa, papa selalu sayang sama Samuel. Maafkan papa nak kalau papa selalu memberatkan kamu dan tidak pernah mikirin perasaan kamu, nak."

Samuel yang tangisannya mulai mereda langsung tersenyum menetralkan semuanya. "Papa tumben kesini? Sama siapa? Kok gak ngabarin?"

"Papa hanya kangen dan ingin melihat kondisi kamu, Samuel. Maaf papa sama Mama ke kampung ini gak bilang kamu karena sengaja."

SAMUEL : Si Anak Dari Kota (END)On viuen les histories. Descobreix ara